31 ❇ Kekurangan Modal

13 5 0
                                    

Hasil yang luar biasa tidak diraih dari cara yang biasa-biasa saja. Dan tujuan yang indah tidak ditempuh dari cara yang sederhana.

❇❇❇

Sepulang dari pasar aku kembali mendapati hasil yang mengecewakan. Kainku di kios pelanggan masih benar-benar utuh sama seperti minggu-minggu sebelumnya. Aku sudah total tidak lagi mendapatkan penghasilan dari daganganku itu.

Tak mau menyerah karena sedang sangat membutuhkan uang untuk kehidupanku sehari-hari, akhirnya aku mencoba menjualnya sendiri dengan cara berkeliling komplek dan pasar-pasar terdekat lainnya. Namun sampai matahari mulai menurun hasilnya tetap nihil, tak ada satu pun kainku yang berhasil terjual. Padahal untuk berjualan hari ini aku harus merelakan waktuku yang seharusnya kugunakan untuk mengerjakan skripsi.

Dengan tangan kosong tak membawa uang sepeser pun, aku memilih untuk pulang. Aku mencoba sabar, mungkin hari ini memang belum rezekiku.

Meski hari ini tidak mendapat sepeser uang pun, tapi aku sudah cukup lega karena telah mengirimkan uang ke desa untuk biaya pendaftaran sekolah adikku. Meskipun itu merupakan uang hasil dari menggadaikan motor. Apapun itu akan kulakukan yang terpenting ibuku di sana tidak sampai pontang-panting mencari pinjaman ke tetangga apalagi memeras tenaga berlebihan untuk bekerja demi mendapatkan uang.

Sampai di kost, aku langsung mendudukkan tubuhku di kursi untuk melepas lelah barang sejenak. Ditemani dengan perut yang terasa sangat lapar kubuka handphone untuk mengerjakan skripsiku yang sampai saat ini masih saja belum rampung. Namun sayangnya otakku hari ini terasa buntu, ide tak kunjung muncul. Pikiranku justru semakin tidak fokus pada skripsi dan malah berkutat memikirkan bisnisku yang saat ini sedang bermasalah. Hingga hampir tiga puluh menit berlalu aku tak mendapat hasil apa-apa. Lembar kerjaku masih kosong.

Aku pun akhirnya menyerah dan menyisihkan tugas skripsiku dulu untuk kukerjakan nanti malam saja. Sekarang aku memilih berselancar ke media sosial untuk melihat model-model pakaian yang saat ini tengah tren dan laris di pasaran. Barangkali setelah melihat referensi dari media sosial, aku jadi memiliki ide untuk membuat inovasi terbaru untuk produk batikku.

20 menit berlalu. Aku benar-benar tak mendapatkan ide apa-apa. Setelah melihat referensi pakaian di media sosial, aku malah jadi bingung dan semakin pusing. Aku sama sekali tidak mengerti tentang fashion. Aku bingung harus diinovasikan seperti apa produk batikku nanti agar bisa kembali laris di pasaran. Ingin bertanya pun kepada siapa, aku tidak memiliki teman atau kenalan yang mengambil jurusan tata busana atau setidaknya mengerti fashion.

"Ah, sudahlah, kepalaku jadi pusing," kesalku sembari menjauhkan HP. Kulipat tangan di atas meja kemudian kutenggelamkan kepalaku di sana. Rasanya aku ingin tidur, berharap setelah bangun nanti semua masalah sudah selesai dengan sendirinya. Meskipun aku tahu itu sangat mustahil.

Tak berselang lama, tiba-tiba aku teringat bahwa ibu dulu pernah bekerja di rumah produksi batik. Sedikit banyaknya mungkin dia masih memiliki ilmu di dunia fashion. Tanpa buang waktu lagi, aku langsung meraih handphone dan menyambungkan panggilan ke desa. Setelah panggilanku terjawab dan suara ibuku terdengar. Aku langsung menceritakan apa yang menjadi tujuanku menelpon sekarang.

Kuceritakan kepada ibu tentang kedilemaanku terhadap inovasi apa yang harus kukakukan agar produk batikku bisa kembali disukai masyarakat. Aku meminta ibuku untuk memberikan saran dan pendapatnya.

"Kalo menurut Ibu, bagaimana kalo dikombinasikan dengan kain lainnya saja. Masalah desain, memilih dan mengombinasikan kain atau warna, InsyaAllah semua itu Ibu masih mampu dan masih paham seperti apa bagusnya. Hanya saja, Ibu tidak ada uang untuk membeli kain kombinasi. Pendaftaran sekolahnya Nabillah saja kan waktu itu uangnya dari kamu. Kamu sendiri gimana, apa masih memiliki uang untuk modal membeli kain kombinasi?" tanya ibuku di dalam telepon.

Journey Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang