24 ❇ Wanita Dari Masa Lalu

17 8 0
                                    

Dia datang dari masa lalu, membawa kembali kisah lama yang telah tenggelam oleh waktu, lalu dengan lancangnya membangkitkan ulang kenangan yang sudah menjadi dulu.

❇❇❇

"Fadil, kamu harus bertahan, kamu harus kuat." Sayup-sayup aku mendengar suara Rendy memasuki telingaku. Aku mencoba membuka mata dengan perlahan, seketika itu pula rasa sakit yang amat luar biasa kembali kurasakan. Rasa sakit itu seolah menyelimuti seluruh tubuhku hingga membuatku lemas tak berdaya. Sekilas, kulihat perutku sudah berlumur darah. Bahkan, kaos yang kukenakan sudah hampir seluruhnya berubah warna menjadi merah.

Aku dapat merasakan bahwa saat ini aku sedang berada di brankar yang tengah di dorong. Rendy berada di samping kananku sembari berlari kecil. Sementara di samping kiriku terdapat dua orang suster yang tengah mendorong brankar tempatku berbaring sekarang.

Saat mataku tak sengaja berpapasan dengan mata dari salah satu suster yang saat ini tengah mendorongku, dadaku tiba-tiba saja bereaksi. Aku seperti kembali menemukan seseorang yang amat berarti yang dulu sempat hilang dari kehidupanku. Yah, wajah itu tak asing bagiku, tatapan mata indah itu adalah milik seorang wanita yang dulu sempat mengisi celah kosong di sanubariku.

Di tengah kondisiku yang sekarat dengan kesadaran yang hampir kembali menghilang, aku berusaha membaca nametag kecil yang tersemat di seragam putih suster itu. Hingga aku dapat membaca dengan jelas bahwa nama dari suster itu sama persis seperti nama wanita dari masa laluku.

Mahikarani

Nama yang sejak dulu seakan tak pernah beranjak pergi dari pikiranku.

Tak berapa lama, kepalaku seakan berdenting. Rasa sakit yang semakin luar biasa membuat mataku bahkan tak sanggup untuk terbuka lebih lama. Pandanganku perlahan mengabur, semuanya kembali berubah menjadi gelap.

❇❇❇

Kubuka mata dengan perlahan, kemudian pelan-pelan kukerjapkan. Ruangan bernuansa putih menjadi pemandangan yang pertama kali kulihat.

Kugerakkan kepala ke samping kiri, di sana selang infus terhubung dengan tanganku. Aroma khas obat Rumah Sakit pun merebak di indra penciumanku.

Aku tersadar bahwa saat ini aku tengah terbaring di Rumah Sakit. Insiden mengenaskan malam itu kembali kuingat saat pisau tajam itu menembus perutku. Rasa sakit dan nyerinya bahkan masih membekas sampai sekarang.

"Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Dil."

Aku menoleh ke sudut ruangan saat suara yang tak asing itu terdengar. Pria berwajah chindo itu tersenyum kemudian duduk di dekat pembaringanku.

"Sudah berapa lama aku di sini, Ren? tanyaku dengan suara lemah.

"Kamu di sini sejak kemarin malam, Dil. Untungnya, pisau itu tidak sampai mengenai organ vitalmu, hingga akhirnya kamu masih bisa tertolong meskipun waktu itu sempat mengalami pendarahan."

Maha Baik Allah dengan segala kekuasaan-Nya, aku sungguh bersyukur karena masih bisa selamat dan masih diberikan kesempatan untuk hidup hingga aku bisa kembali membuka mata di alam yang sama. Semoga kesempatan hidup yang telah diberikan ini bisa kumanfaatkan dengan sebaik mungkin dan peristiwa ini pun semoga bisa menjadi pelajaran berharga agar aku lebih berhati-hati. 

"Yasudah, Dil, kamu istirahat dulu aja. Aku mau keluar panggil dokter buat mengecek keadaanmu," kata Rendy, setelah itu dia berjalan keluar dari ruangan.

Tak berselang lama, seorang dokter dan perawat memasuki ruanganku. Mereka berdua datang memeriksa keadaanku.

Saat aku melihat perawat yang berkunjung ke ruanganku, aku jadi teringat seseorang. Tepat sebelum aku tidak sadarkan diri, aku sempat melihat Rani sebagai salah satu perawat yang membantu mendorong brankarku.

Journey Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang