16 ❇ Kekuatan Cinta

23 16 0
                                    

Terkadang kekuatan cinta begitu luar biasa hingga bisa mengubah pendiam menjadi penyair, penakut menjadi pemberani, yang jauh menjadi dekat, dan yang tidak mungkin menjadi mungkin.



Happy Reading
~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sore ini aku baru saja pulang dari kampus. Sampai di kostan, aku melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam terparkir di depan kostan. Awalnya aku sedikit heran karena tak biasanya ada mobil mewah terparkir di sini, namun aku berusah tak memperdulikannya, sebab mungkin saja salah satu penghuni kost ini sedang kedatangan teman, keluarga atau kerabat.

Aku pun kembali melangkahkan kakiku menuju kamar, tapi saat aku hendak membuka pintu kamar, seseorang dari dalam lebih dulu membuka pintu itu, dan aku sangat terkejut ketika orang itu ternyata bukanlah Salman, Rendi atau pun Abay. Melainkan, pria paruh baya yang tidak aku kenal. Dia mengenakan pakaian formal khas orang kantoran.

"Siapa ini? Kenapa dia bisa masuk ke dalam kamarku," batinku.

"Kamu temannya Rendi?" Pria itu langsung bertanya kala dia berpapasan denganku di depan pintu kamar.

"Iya benar. Bapak siapa, ya?" tanyaku sopan.

"Aku ayahnya Rendi."

Jawaban pria itu membuatku sedikit terkejut. Pasalnya, selama hampir dua tahun berteman dengan Rendi, aku belum pernah sekalipun bertemu dengan ayahnya.

Tanpa bertanya pun seharusnya aku sudah bisa menebak bahwa pria ini adalah ayahnya Rendi, sebab wajah mereka berdua benar-benar mirip, dan sepertinya gen orientalis milik Rendi pun diturunkan dari sang ayah.

"Saya mau minta tolong sama kamu, boleh?" tanya pria itu.

"Dengan senang hati, Pak."

Sebelum mulai berbicara, pria itu menghela nafas dengan begitu berat.

"Tolong, kamu bantu nasihati Rendi agar bisa menggunakan uang dengan baik dan bijak. Karena berapa pun uang yang saya transfer ke dia, selalu ludes tanpa sisa dalam waktu yang cepat. Padahal, saya selalu mentransfer lebih dari seluruh biaya kuliah maupun praktikalnya. Saya heran, dikemanakan semua uang yang saya kasih itu," eluh pria itu dengan raut wajah penuh kekesalan.

Aku yang mendengar cerita pria itu pun ikut terkejut sekaligus heran. Apakah benar Rendi seboros itu? Sebab setahuku selama ini gaya hidup Rendi tidak terlalu glamour dan berlebihan meskipun dia berasal dari keluarga berada.

"Untuk itulah saya datang ke sini untuk menyita semua fasilitas yang sudah saya kasih. ATM, kartu kredit, kunci mobil, semuanya sudah saya ambil. Biar dia mau belajar dan berpikir bagaimana susahnya mencari uang, bukan hanya tinggal menadah dan menghamburkannya sesuka hati."

Seketika aku terhenyak. Apa yang dikatakan ayah Rendi itu memang sangat benar karena aku sudah merasakan sendiri bagaimana susahnya mencari uang.

"Baik, Pak, nanti saya coba bantu nasihati Rendi. Saya akan membantu sebisa mungkin."

"Yah, terimakasih banyak, ya. Saya tahu, kamu sepertinya sangat dekat dengan anak saya. Untuk itulah saya meminta bantuan kamu. Sebab, di usia muda seperti dia sekarang ini, perkataan temannya terkadang jauh lebih didengar daripada perkataan orang tuanya sendiri."

Aku mengangguk memahami.

Setelahnya, pria itu pamit untuk pulang. Dan ternyata, mobil sedan hitam yang tadi kulihat di depan kostan ternyata milik beliau.

Aku benar-benar salut dengan bapak itu. Meskipun dia adalah orang berada, tapi dia tak lantas memanjakan anaknya begitu saja. Dia bahkan mencoba mengajarkan kepada Rendi agar bisa menggunakan harta dengan baik dan bijak. Bukan dihamburkan untuk keperluan yang tidak terlalu penting.

Journey Of My LifeWhere stories live. Discover now