15 ❇ Sepenggal Surat

27 17 0
                                    

Hadirnya begitu singkat, namun kenangannya begitu melekat. Dia banyak mengambil peran yang dominan hingga kepergiannya menyisakan banyak kekosongan.



Happy Reading
~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pagi ini, langit Jakarta nampak mendung. Gumpalan awan kelabu merajai petala langit hingga menjadikannya muram.
Aku pun bergegas menuju kampus sebelum rintik hujan turun mengguyur.

Sampai di sana, aku tak langsung masuk kelas, melainkan duduk sejenak di kursi yang ada di depan kelas.

"Permisi, Mas, ini kelasnya semester empat Teknik Otomotif?"

Aku yang semula fokus dengan handphone langsung mendongakkan wajah saat mendengar suara itu. Tepat di hadapanku seorang perempuan yang tidak kukenal bertanya dengan ramah.

"Iya benar," ucapku singkat untuk menjawab pertanyaannya barusan.

"Saya mau bertemu Fadil? Ada?"

Aku sedikit terkejut saat tiba-tiba orang yang tidak kukenal ini malah mencariku.

"Saya sendiri orangnya. Ada apa, ya?" tanyaku penasaran.

"Yaampun, syukurlah kalo begitu." Dia nampak tersenyum penuh kelegaan.

"Jadi begini, aku Nesya temen satu kelasnya Yasmin. Aku ke sini cuma mau nganterin ini. Kata Yasmin, ini punya kamu, dia minta tolong sama aku buat nganterin ini ke kamu," ujarnya seraya menyodorkan kepadaku sebuah paper bag yang entah apa isinya.

Aku menerima paper bag itu dan langsung kulihat apa isinya, ternyata isinya adalah syalku yang waktu itu kugunakan untuk membalut luka Yasmin.

"Oiya, terimakasih banyak, ya," kataku seraya tersenyum.

"Memangnya Yasmin kemana? Kok nitip ke kamu," tanyaku. Namun entah mengapa pertanyaanku malah membuat wajah Nesya berubah menyendu. Aku sendiri tidak paham kenapa raut wajahnya jadi berubah nampak sedih seperti itu.

"Yasmin udah gak kuliah di sini. Dia udah di DO sama pihak kampus."

Perkataan Nesya membuatku sangat terkejut. "Loh kenapa? Kok bisa?"

Nesya menghela nafas dengan berat. Aku bisa melihat dengan jelas raut kesedihan terpancar di wajahnya.

"Jadi begini ceritanya. Sejak semester satu Yasmin selalu mendapatkan nilai jelek di setiap mata kuliah. Nilai IPK-nya di setiap semester bahkan semakin bertambah buruk. Dosen maupun pihak kampus sebenarnya selalu memberikan kesempatan untuk Yasmin memperbaiki itu semua, tapi Yasminnya sendiri justru tidak ada niatan untuk memperbaiki kekurangannya itu. Dia benar-benar abai dan tidak peduli. Bahkan yang lebih mengenaskannya lagi, di semester empat ini dia hanya masuk kelas satu kali dalam seminggu, selebihnya dia tidak pernah mengikuti mata kuliah alias bolos entah kemana. Di tambah lagi, beberapa waktu lalu dia terlibat kasus denganmu. Akhirnya pihak kampus sudah tidak bisa memberikan toleransi lagi untuk mahasiswi yang telah melakukan pelanggaran dan tidak memiliki niatan kuliah seperti Yasmin, untuk itulah dia akhirnya di DO."

Penjelasan dari Nesya membuatku terhenyak. Aku masih tidak menyangka jika Yasmin sudah dikeluarkan dari kampus ini.

Disaat aku mati-matian berjuang agar tetap bisa menimba ilmu di tempat ini, dia malah menempatkan dirinya sendiri agar dikeluarkan dari tempat ini. Sungguh aku tidak paham dengan jalan pikirnya. Setahuku, dia adalah anak orang berada, seharusnya dia memanfaatkan nasib baiknya yang terlahir dari keluarga kaya untuk serius dalam berpendidikan.

Dia tidak perlu pusing-pusing sepertiku memikirkan bagaimana caranya membayar uang kuliah bahkan dia tidak perlu lagi memikirkan uang dari mana untuk membeli sesuap nasi esok hari. Aku yakin orang tuanya sudah mencukupi semua itu. Namun kenapa dia malah tidak serius dalam pendidikan?

Journey Of My LifeOnde histórias criam vida. Descubra agora