Chapter 17

26.9K 2.5K 203
                                    

"Sa, gue kangen sama lo" ucap Abian dengan tangan kanan yang merangkul pundak Abian.

"Ck, apaan se lu, risih gue dengernya"

"Lo masih tinggal sama ortu apa ngekost"

"Gue masih numpang sama bokap njir"

"Oh, lo gak pengen hidup sendiri gitu?"

"Udah pernah tapi gak betah"

"Pantes" Abian mengusak rambut Angkasa gemas.

"Pantes apanya njir, udah lepasin tangan lu"

"Oh ya Sa, lo mau ikut gue gak?"

"Kemana?"

"Besok lo kuliahkan? Kalo udah balik telpon gue, gue jemput"

"Tapi lo gak ngajak gue macem macemkan?"

"Sejak kapan gue kayak gitu, yang ada lu ngajak gue tawuran mulu"

Angkasa nyengir kala mengingat masa lalunya, dialah yang paling gencar untuk tawuran dan melakukan hal hal konyol dan Abianlah yang selalu menolong dan membawanya pulang dengan selamat. Tapi dipertengahan semester kelas 12, Abian harus pindah keluar kota dengan orang tuanya dan mereka harus berpisah.

Setelah 3 tahun, barulah keduanya bertemu lagi saat ini.

.

Bara sudah kembali dan ingin segera menemui Angkasa, namun sepertinya, hal itu percuma, Angkasa terus terusan menghindarinya

Angkasa butuh waktu untuk mencerna semua kenyataan tentang Bara.

Mantan istri berbeda dengan mantan pacar. Mereka pernah hidup bersama bertahun tahun. Meski hal itu sebuah masa lalu tapi Angkasa belum bisa menerima segalanya tentang Bara.

Ia akui dirinya mulai menyukai Bara dan nyaman dengan pria dewasa itu, namun sekarang, semua tampak berbalik.

Hati Angkasa sangat sakit membayangkan Baa dan Kai tengah hidup bersama.

Melihat Bara dirumahnya, Angkasa melewatinya begitu saja.

"Sa" panggil Bara.

Angkasa mempercepat langkahnya dan Bara mengikutinya.

"Sa, kita bicara dulu oke"

Angkasa belum siap, ia masih ingin berpikir tentang Bara.

"Sa..... please!"

Angkasa buru buru menutup pintu kamarnya namun tangan Bara lebih cepat menghalanginya.

"Tangan bapak bisa tolong menyingkir tidak?"

"Sa, kita butuh bicara, tolong dengerin saya dulu"

Dalam hati Angkasa mengumpat, kenapa juga rumahnya sepi, ayah dan kakaknya tak terlihat dimanapun padahal ini sudah jam 7 malam.

"Dengerin apa? Bapak yang udah pernah menikah dan bapak gak pernah jujur sama saya gitu?"

"Sa, bukan itu maksud saya"

"Lalu apa? Apa karna saya tidak pernah bertanya? Apa itu yang ingin bapak katakan?" Ungkap angkasa dengan mata berkaca kaca.

"Angkasa, izinkan saya masuk dulu dan kita bicara baik baik"

"Maaf pak, bapak tolong pulang"

Sepertinya percuma jika Bara terus memakda, ia memilih mengalah dan menarik tangannya dan Angkasa langsung menutup lalu mengunci pintu kamarnya.

Kakak Angkasa keluar dari kamar dan menggampiri Bara.
"Angkasa mungkin masih binggung, biar nanti aku bicara sama dia"

Bara memaksakan senyumnya lalu pamit pulang.

Angkasa (End)Where stories live. Discover now