Chapter 11

34.4K 2.4K 202
                                    

Angkasa terbangun dalam keadaan sudah bersih dan berpakaian lengkap.

Namun sialnya ia tak mampu meski hanya untuk duduk berlama lama.

Lubangnya begitu perih jika dijadikan tumpuan setengah badannya.

Angkasa sekali lagi merebahkan tubuhnya dan perlahan ia tengkurap, guna meredakan rasa sakit itu.

"Pak Bara sialan.....bokong gue" keluhnya sambil memukul headbed.

Kruyuuk.

Perutnya bunyi, menandakan perlu ssgera diisi.

"Laper....." gumamnya namun ia yakin, ia tak sanggup berjalan karena ia dapat merasakan kakinya yang begitu lemas.

Akhirnya Angkasa memilih menunggu Bara sejenak.....namun yang ditunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

5 menit.

10 menit.

15 menit

Bara belum juga muncul, Angkasa terpaksa mencari cari handphonenya, namun nihil, ia lupa meletakkannya dimana, namun dibalik bantal, ia menemukan handphone Bara.

Angkasa tersenyum kala mendapatkan handphone itu.

Namun yang jadi masalah, HP bara terkunci oleh kode angka

"Cih, kenapa dikunci se?" Angkasa lalu menerka nerka kode pasword itu.

Namun sayangnya Angkasa tidak tau tanggal lahir Bara. Ia sudah dua kali mencoba namun tetap salah.

Untuk percobaan ketiganya, Angkasa tidak mau terlalu percaya diri. Ia memilih tanggal pernikahannya dan ya.....

Kuncinya terbuka.

Dan terpampanglah walpaper kedua tangan yang saing bertautan dengan cincin yang tampak sama.

"Norak" ledek Angkasa.

Ia lalu mencari cari nomor orang yang sekiranya ia kenal, untung ada nomor Faas di kontak Bara.

Ia ingin langsung mendial nomor itu, namun seseorang bernama Mikasa lebih dulu menelfon.

Angkasa pikir orang ini mungkin saja sangat penting, karena yang dipakainya saat ini adalah no luar negri.

Angkasa mengangkat panggilan itu dan terdengarlah suara laki laki yang sangat lembut digendang telinganya.

"Kon'nichiwa, bara-san, isogashīdesu ka?(halo Bara, apa kau sedang sibuk) Ucapnya dalam bahasa Jepang disebrang sana.

Angkasa jelas tidak paham, lalu ia menjawabnya dengan memakai bahasa indonesia.

"Maaf saya tidak bisa pake bahasa Jepang" jawab Angkasa.

Orang disebrang sana sepertinya paham dan langsung tau yang menjawab bukanlah sipemilik Handphone.

"Ini siapa?" Tanyanya.

"Gue.....eh saya Angkasa, ini siapa?"

"Ini handphone Barakan?"

"Iya, ada perlu apa ya?"

"Ah, sampaikan saja dengan Bara kalau aku mengajukan pernikahannya, KITA harus cepat fitting baju, karena akhir akhir ini Bara cukup sibuk dan sulit dihubungi"

Bagaikan disambar petir dihari yang cerah, Bara akan menikah? Lalu dirinya?

Angkasa langsung menutup handphonenya, jantungnya berdegup cukup kencang.

Rasa perih pada cincin lubangnya menghilang begitu saja, Angkasa duduk dengan bersandar pada head bednya.

Angkasa tak sadar kini dirinya tengah meneteskan air matanya.

Angkasa (End)Where stories live. Discover now