34. | Another baby?

50.5K 4.9K 1K
                                    

Akhirnya Mal-ming lagi
jumpa KagenBi lagi, pfftt

ea, judulnya bikin curious
bhenarkah bakal ada KagenBi versi mini lagi, xixixixixi~

3.209 kata untuk bab ini
pelan-pelan aja bacanya
menikmati kegeblekan KagenBi, hahahaha

.

jangan lupa vote & comment ya
terima kasih banyak

사랑해

🌟

34. | Another baby?

"Hallo, Re ..."

Lyre mengangguk sopan atas sapaan itu. Sosok lelaki yang dibawa sang ayah untuk bertamu ini memang berbeda jika dibandingkan dengan seseorang dalam ingatan Lyre. Raksa jangkung sedari dulu, namun kurus, gaya berpakaiannya terlalu formal sekaligus terlihat akademis. Berbeda dengan lelaki yang kini lebih maskulin, mengenakan seragam karate dan hanya melapisinya dengan jaket bomber. Raksa yang sekarang memang lebih enak dilihat, meski tetap tidak sebanding dengan lelaki muram yang bersedekap mengawasi Ravel mengelusi bagian atas kepala iguana.

Lyre yakin dirinya memang tidak pernah salah dalam menempatkan ketertarikan. Kagendra yang dulu atau yang sekarang masih sama menggiurkan, bahkan meski suaminya itu hanya mengenakan setelan kaus polo dan celana training.

"Mas Ndra, udah kenalan?" tanya Lyre.

"Dia yang ngajar kelas karate tadi," jawab Kagendra lalu berlutut di samping sang anak. "Ravel, udah ya? Mandi dulu ..."

"Raphael boleh ikut? Igunana bisa berenang."

"Ravel enggak berenang, tapi mandi. Iguana harus dikasih makan ... Ravel juga gitu, habis mandi terus sarapan."

Lyre memperhatikan fokus anaknya masih pada hewan reptil tersebut. Itu ciri khas anak lelaki, mereka cenderung fokus dan sulit dialihkan ketika sudah menyukai kegiatan terbaru.

"Papa hitung sampai sepuluh ya, terus udah elus Raphaelnya?" ucap Kagendra.

"Mau igunana-nya di lengan kayak Om Esa..."

"Ya, belum bisa, lengannya Ravel enggak sebanding sama iguananya."

"Apa sebanding?"

"Ng ..." Kagendra kemudian menoleh Lyre. "Gimana jelasin bahasa Indonesianya, Re ... comparing things and measurement."

Lyre segera berpikir dan memberi tahu, "Sebanding itu kalau dua hal sama kuat atau sama besarnya. Nah, tubuhnya Raphael masih kegedean buat lengannya Ravel."

Raksa ikut menyahut, "Mereka baru sebanding soal nama, Ravel-Raphael ... mirip."

"Nama lengkapnya Kharavela," sebut Kagendra lalu kembali memberi tahu sang anak. "Ravel, lihat Papa dulu ..."

"Ng ... mau main sama Raphael."

"Mainnya bisa nanti habis mandi," ucap Raksa, mencoba membantu.

Kagendra langsung menoleh, tidak senang dengan ide begitu. "Habis mandi, dia harus sarapan terus belajar."

"Oh, sorry ... I just trying to help you. Biasanya anak-anak gitu, asal udah bisa dialihkan dulu, baru setelahnya bisa diatur aktivitasnya." Raksa beralasan.

REPEATEDWhere stories live. Discover now