17. Kesepakatan

581 71 25
                                    

Sonet mengerutkan dahinya kala dia bersitatap dengan Helix. "Bisakah kau tutup mulutmu? Kau berisik," desisnya.

Helix menyipitkan mata. "Sedang apa kau di sini?"

Sonet tak menjawab, melainkan menatapku dengan tatapannya yang tajam. Sepasang manik abu-abu itu menyorotku dengan aneh, seolah terdapat sebuah dendam di baliknya, tetapi pula ada suatu hal yang menahannya untuk berhenti menatapku dengan benci.

Dari awal aku bertemu dengan pria itu pun, aku memang selalu merasa bahwa dia adalah pria yang aneh. Pria yang kasar, egois, dan semaunya sendiri.

Sonet bergerak, dia berjalan mendekatiku, berdiri di handapanku dengan ekspresi arogannya. "Bisakah aku bicara denganmu? Sebentar saja."

Aku mengerutkan dahi. Untuk apa dia bicara padaku? Kami tidak ada urusan, seharusnya. Lagipula, jika mengikuti alur novel White Lotus, Sonet belum muncul di bab awal sehingga kehadiran Sonet di kamarku bukanlah variabel yang sesuai dengan apa yang ditulis di dalam novel.

Helix di sampingku bersuara, "Sonet, jika kamu ingin bicara dengan Nona, mengapa kau dengan tidak sopannya memasuki kamar Nona tanpa izin? Bahkan tidak ada pemberitahuan bahwa kau akan datang hari ini. Itu menyalahi martabat dari keluarga kerajaan, bukan?"

Sonet memutar bola mata, lalu menunjuk dada Helix secara kasar; keki. "Terserah kau, yang dikatakan bahwa kau yang paling tahu soal martabat keluarga kerajaan. Sekarang, bisakah kamu keluar dari ruangan ini?"

"Aku tidak percaya padamu. Mana mungkin aku mau meninggalkan Nona bersamamu, bukan?"

Sonet mengacak rambutnya frustrasi dengan sebelah tangan. "Helix, cepat patuh padaku, atau kau akan tahu apa yang bisa kulakukan padamu!"

Helix tersentak kecil. Dia lantas melirikku, ragu sejenak, sebelum kembali melirik Sonet. "Jangan lukai Nona, aku akan berada di luar. Jika Nona terluka walau seinci saja—"

"Kau sedang mengancamku?" Sonet mendengus, seringaian terbentuk di bibirnya. "Apakah kau bahkan diperbolehkan untuk mengancamku?"

Helix menggeram kesal, lalu tanpa mengatakan sepatah kata apa pun lagi, dia keluar dari kamarku.

Suara pintu kamarku yang tertutup menjadi tanda bahwa kini hanya ada aku dan Sonet saja di dalam ruangan.

Memang benar apabila Sonet adalah salah satu dari tiga pemeran utama pria di dalam novel White Lotus, dia akan mengasihi Aurie sebagaimana mestinya, tetapi sebelum dia mencintai Aurie, dia adalah seseorang yang pernah mendekati Aurie karena dia menganggap bahwa menggandeng tangan Aurie adalah sebuah kompetisi di antara dirinya dan kakak laki-lakinya.

Aurie di mata Sonet sama halnya dengan sebuah barang, menganggap bahwa Aurie adalah hadiah dari sebuah kompetisi. Kini, persepsi Sonet terhadapku pasti tidak jauh seperti itu.

"Aku akan langsung ke intinya, Nona Malicia," kata Sonet.

"... Ya, katakan," ucapku agak ragu. Sonet menatapku tatapan serius, aku juga jadi bingung bagaimana harus menanggapinya.

"Bekerja samalah denganku."

"Ya?" Aku mengerjap.

"Kamu adalah gadis suci sekarang, jadi bekerja samalah denganku."

Aku mengerutkan dahi. Tunggu, apa aku tidak salah dengar? Apa Sonet tengah menawarkan kesepakatan padaku?

"Bekerja sama?"

Sonet menghela napas. "Ya, bekerja sama. Dengar, menjadi gadis suci tidak akan mudah jika kamu tidak ingin berafiliasi pada kerajaan atau gereja, bukan? Sudah pasti baik kerajaan dan gereja, akan berusaha keras untuk mendapatkan kekuatan suci darimu, sekaligus mendapatkanmu untuk mereka sendiri sebagai pengangkat citra mereka. Bagimu yang tidak tertarik untuk berafiliasi dengan kerajaan atau gereja, bekerja sama denganku adalah opsi yang bagus," jelasnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 26, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Accidentally, I'm Taking Over the Main Character's RoleWhere stories live. Discover now