1. Seroja Putih

1.8K 227 28
                                    

Poin penting yang harus dilakukan jika kamu bertransmigrasi menjadi seorang perempuan yang kamu benci eksistensinya karena peran antagonisnya, yaitu menghindari peran jahat itu sendiri.

Malicia Cerle adalah antagonis di dalam novel White Lotus. Karena tindakan kejinya, dia terbunuh. Oleh karena itu, aku yang tak berdaya karena terkena kutukan antagonis, mau tak mau harus menjalani kehidupan di dalam tubuh yang amat kubenci. Karena aku juga takut mati, maka aku harus menghindari alur tak mengenakkan dalam novel, artinya aku tak harus menjadi antagonis itu sendiri dan bisa dengan sukses menghindari akhir dari kehidupan.

Dua minggu berlalu setelah aku bertemu dengan Aurie di kamarku. Saat aku tiba di dunia White Lotus, ingatan Malicia langsung memasuki memoriku sekaligus tanpa aba-aba hingga aku merasa pusing.

Alasan mengapa Malicia terbaring di ranjang adalah karena dia jatuh dari lantai dua, begitulah apa yang orang lain katakan. Namun, memoriku menunjukkan jika dia didorong oleh putri Duke di saat Malicia tengah mengunjungi pesta teh di kediaman Duke.

Sebenarnya, orang itu membenci Malicia, tetapi Malicia juga tak mengerti alasannya. Sehingga hal ini akan kucari tahu nanti.

Fokus kali ini adalah Aurie Cerle, yang sedang sibuk mengupas kulit apel di samping ranjangku.

"Licia, apakah tubuhmu masih terasa sakit?" tanya Aurie di sela kegiatannya, tanpa menolehkan kepalanya padaku.

Oh, bahkan Aurie memiliki suara yang begitu merdu. Dalam nada suaranya pula, terdapat ketenangan dan kelembutan yang bersatu di dalamnya, membuatku yang baru saja mendengar suaranya langsung goyah dan bertanya-tanya, atas alasan apa Malicia membenci malaikat ini?!

"Tidak apa-apa, Kak Aurie," kataku sambil tersenyum kecil. "Lagipula, sudah dua minggu berlalu, aku baik-baik saja."

Yah, kecuali jika lenganku masih belum pulih total karena patah, sehingga masih ada kain yang membebat lenganku. Lalu, kepalaku juga terkadang berdenyut perih. Kaki yang terkilir sudah sembuh, tetapi masih cukup lemah untuk digunakan berjalan jauh. Aku jadi kesal, siapa yang kecelakaan, siapa yang menanggung rasa sakit?

"Benarkah? Kalau begitu, jangan memaksakan diri, ya. Kalau kamu membutuhkan sesuatu, bergantunglah pada kakakmu."

Meski kami terlahir dalam rentang waktu tak lebih dari sepuluh menit, Aurie tampaknya sangat ingin diandalkan oleh Malicia.

"Tentu saja, Kak. Jangan khawatir. Jika aku kesulitan, aku akan meminta bantuanmu."

Aurie tersenyum, lalu menyajikan apel yang sudah dipotong di atas piring padaku. "Licia, tampak berbeda, ya."

Aku bersiap untuk mengunyah apel ketika Aurie bicara, dan hal itu membuat jantungku berdetak tak nyaman. "Bukankah itu hanya perasaan Kak Aurie?"

Aku bahkan enggan menatap kedua matanya. Karena tentu saja aku tampak berbeda, aku ini bukan Malicia adikmu, melainkan seorang pembaca yang membenci adikmu.

"Benarkah?" Aurie memiringkan kepalanya, tampak begitu polos, seperti yang diharapkan dari sang white lotus itu sendiri. "Biasanya, Licia yang terlihat sangat dewasa sehingga aku hampir kehilangan identitasku sebagai seorang kakak. Namun, di sinilah Licia sekarang, bertingkah seperti adikku."

"Itu hanya perasaanmu, Kak Aurie," balasku, tersenyum kecil. "Aku memang seperti ini. Aku tak pernah berubah."

Sayang sekali bagi Aurie di dalam novel, dia dibenci oleh Malicia, tetapi Aurie masih buta dan tetap menyayanginya. Melihat sosok bagaikan titisan malaikat di sampingku ini membuatku luluh pada pesonanya. Aku bahkan mulai menumbuhkan intensi untuk mendukung peran Aurie menjadi gadis suci sepenuh hatiku, lalu mendukung kisah cinta segiempatnya.

Accidentally, I'm Taking Over the Main Character's RoleWhere stories live. Discover now