3. White Lotus dan Kenyataan

1.3K 195 23
                                    

Sayang sekali, perkiraanku salah. Bukannya jera, Helix malah semakin gencar mengunjungi kamarku. Tujuannya tidak jelas, hal itu kadang membuatku memutar bola mata. 

"Aku bosan," katanya, atau sesekali, "Aku pikir kamu bosan dan kesepian, Nona, jadi aku akan berbaik hati dan menemanimu."

Maksudku, di bagian mana aku merasa bosan di dunia ini, hm? Tidak, sama sekali tidak. Meski pergerakanku hanya terbatas di dalam kamar, aku bisa membaca banyak buku yang dibawakan pelayan kemari, aku bisa mencoba banyak gaun cantik, sepatu tinggi, perhiasan yang terbuat dari emas, perak, intan, permata, dan berlian. Ketika melihat kilauan dari harta itu, membuatku berbinar tanpa sadar. Jadi, aku sama sekali tidak bosan. Helix saja yang menyimpulkan seenaknya.

Namun, aku juga tidak bisa mengusir Helix. Bukannya tidak bisa, tetapi dia akan datang lagi dan mendobrak pintu balkonku beberapa jam setelah kuusir. Makanya, daripada menghabiskan tenaga dengan sia-sia, akhirnya aku membiarkan pria itu menghabiskan waktu di kamarku.

Rupanya, tidak buruk juga ditemani Helix di dalam kamarku. Bukannya Helix juga berani melakukan sesuatu yang tak terpuji, dia bahkan cukup baik dalam membawakan banyak topik. Namun, memang ada kalanya dia berubah menjadi menyebalkan, atau berubah menjadi guru privat mengenai sihir di Kerajaan Eimeir.

Kabar baik dari Helix adalah dia yang akan tutup mulut mengenai reinkarnasiku, tetapi sebelumnya aku tidak mati, sehingga aku menyebut ini sebagai transmigrasi. Aku sebelumnya dikutuk dan itu bukan pengalaman yang menyenangkan.

Jadi, di sinilah kami berdua. Duduk di atas sofa dengan cangkir teh di kedua tangan masing-masing, di tengah meja bundar berwarna putih juga disediakan banyak kudapan manis yang menggugah selera.

"Yah, aku tertolong dengan kehadiranmu, Nona. Soalnya, kediamanku sunyi sekali. Jika tidak ada kamu, mungkin aku sudah mati karena rasa bosan." Helix menggedikan bahu.

"Oh, kupikir kamu tinggal di jalanan." Aku menggigit sebuah pastry di atas piringku, rasa renyah dan manisnya meleleh dalam mulutku sehingga aku bersenandung bahagia. Seperti yang diharapkan dari kediaman bangsawan, mereka memiliki banyak bahan makanan berkualitas tinggi!

"Mana ada orang jalanan dengan pakaian mewah." Helix tertawa renyah.

Yah, tidak salah juga. Selama satu minggu terakhir Helix mengunjungiku, helai kain yang melekat di atas kulitnya selalu mewah. Sekali dilihat saja, aku bisa tahu jika kualitas sutra itu adalah yang terbaik. Ditambah, ada beberapa perhiasan emas dan permata asli yang berkilauan ketika cahaya matahari menimpanya. Namun, pria ini sok misterius sekali. Dia kerap kali mengenakan pakaian mewah, tetapi berwarna hitam dengan aksesori merah atau kuning keemasan. Cukup kontras dengan rambut dan bola matanya yang hitam, sehingga kesan misteriusnya semakin kuat.

Meski begitu, penampilan Helix yang misterius justru menjadi daya tarik tersendiri.

"Jika kamu mengenakan pakaian mewah setiap hari, apakah Tuan Helix adalah seorang bangsawan?"

Helix menyesap tehnya. Lama sekali sebelum dia memberikan jawaban, "Aku juga merasa bingung, Nona. Sebelumnya, ya, aku adalah bangsawan, tetapi aku dibuang oleh keluargaku karena kutukan Dewa Kegelapan."

"Eh?" Aku mengerjap. Rupanya, ada juga keluarga sinting yang membuang anak mereka.

"Ini memang kasus yang rumit. Namun, Kerajaan Eimeir adalah kerajaan yang suci. Eimeir itu sendiri berarti 'suci', sehingga tak akan aneh apabila banyak keluarga bangsawan yang ingin berpihak pada kesucian itu. Sementara itu, aku berada di pihak Dewa Kegelapan, sehingga keluargaku yang berada di sisi Dewi Bulan, tak akan segan untuk membuangku yang kotor ini. Lagipula, posisi penerus wilayah sudah diamankan, sehingga aku tidak dibutuhkan lagi."

Accidentally, I'm Taking Over the Main Character's RoleWhere stories live. Discover now