2. Penyihir Kegelapan

1.5K 207 9
                                    

Ketika aku sedang tenggelam dalam alam mimpi, sesuatu menekan pipiku tanpa henti. Itu terasa seperti kulit ramping yang lembut, tetapi pula keras karena kuku jemarinya yang panjang. 

Aku mengerutkan dahiku, masih setengah tersadar, aku menepis sesuatu yang menekan pipiku. Aku sedang terlelap dan menikmati mimpi yang indah, tidak ingin diganggu dulu. Sayangnya, satu detik kemudian, pipiku kembali ditekan. 

"Hei! Jangan menggangguku! Aku sedang tidur!" kataku dengan setengah sadar. 

Aku pun membuka separuh mataku, pandanganku masih kabur, ditambah gelapnya ruangan mendukung kedua mataku untuk memandang panorama dengan kurang jelas.

Sebagai balasan atas bentakanku, aku mendengarkan tawa kecil di sampingku. Suara itu kedengaran asing di telingaku. Tidak terdengar seperti suara lembut Aurie, atau para pelayan wanita yang melayaniku, melainkan suara seorang pria.

Hah? Suara seorang pria? Fakta itu saja sudah mampu membuatku memelotot. Rasa kantukku lenyap seketika dan pandangan yang kabur mulai menyesuaikan diri dengan ruang yang gelap. Lenganku yang hampir pulih dari patah tulangnya--kini tidak memerlukan kain bebat lagi--lantas menopang berat tubuhku untuk segera mengubah posisi berbaring menjadi duduk.

Di sana, di samping ranjangku, aku bisa melihat seorang pria di kamarku. Dia memiliki kulit yang terlihat pucat  kala sinar luna dari kisi-kisi jendela menyelinap dan menyiram wajahnya, rambutnya hitam legam di mana poninya jatuh menutupi dahi dan alisnya, kedua matanya bagaikan permata gelap yang siap menenggelamkan siapa pun dalam dua buah danau malam, lalu pakaian mewah dengan banyak aksesori berwarna hitam serta merah. Penampilan pria ini cukup menarik, tapi tunggu dulu! Meskipun dia kelihatan menarik, tapi tidak ada alasan baginya untuk memasuki kamar seorang lady di tengah malam, 'kan? Lagipula, dari mana pria ini masuk?!

Seakan menjawab rasa penasaranku, pria di hadapanku menunjuk pintu balkon yang terbuka dengan dagunya.

Aku menganga. Pintu yang sebagian besar terbuat dari kaca itu terbuka lebar, gorden yang menutupinya menari-nari karena angin malam mulai bermain. Oke, ini penyusupan. Jelas-jelas para pelayan mengecek pintu balkon sudah dikunci sebanyak dua kali ketika aku hendak tidur, dan pria ini memasukinya dengan paksa?!

Aku menatap pria di depanku dengan pandangan jijik. "Hei, apa yang kau lakukan di kamar seorang lady? Kau hendak berbuat apa, hah?! Dasar pria mesum!"

Pria di hadapanku itu tertawa. Wajahnya yang tampan terlihat menarik kala dia tertawa lepas. Namun, impresi pertamaku padanya sangat buruk. Dia jelas-jelas menyelinap ke kamar seorang lady di tengah malam, di saat aku tertidur, dan di mana posisiku sedang lengah. Lagipula, aku tidak bisa memikirkan hal lain yang dibutuhkan oleh seorang pria pada seorang wanita ketika dia menyusup masuk kemari, selain orang mesum.

"Nona, kamu kejam sekali memanggilku seperti itu." Tawa pria itu mereda, dan dia menyeka sudut matanya dengan jemari, menyeka air mata komedi yang turun dari kelopak mata.

"Kenapa kamu menyelinap masuk ke kamarku?! Aku akan berteriak, loh! Para pengawal ada di depan kamarku."

"Berteriak saja sesuka hati, Nona. Tidak akan ada yang dapat mendengarkan suara manismu kala kamu berteriak," bisik pria itu dengan nada ringan.

Aku merinding. Di satu sisi, penampilannya benar-benar menarik. Namun di sisi lain, penampilannya sangat misterius hingga terlihat menakutkan. Terlebih ketika dia berbisik padaku, dia juga melayangkan senyuman menantang.

"Aku sudah membentuk ruang kedap suara di kamarmu. Teriakanmu tak akan terdengar oleh siapa pun di luar sana selama sihirku masih bekerja," sambung pria itu.

Accidentally, I'm Taking Over the Main Character's RoleWhere stories live. Discover now