12. Tren di Eimeir

844 144 44
                                    

Segalanya berlangsung dengan cepat. Cahaya perak itu jatuh padaku alih-alih pada Aurie, sehingga akulah yang mendapatkan kekuatan penyembuh dari Dewi Bulan. Marquis Lionel bahkan segera memohon sambil bersujud padaku supaya aku bisa menyembuhkan putranya. Aku menyembuhkan tuan muda itu dengan pikiran kosong, masih berusaha untuk memproses apa saja yang terjadi hari ini.

Berkat kekuatan penyembuh, tuan muda itu berhasil bertahan hidup.

Kompetisi berburu dilanjutkan sesuai prosedur karena hanya tersisa waktu dua jam hingga kompetisi berakhir. Seperti yang diprediksi, Sonet-lah yang memenangkan kompetisi, tetapi lagi-lagi tak memberikan hewan buruannya sebagai persembahan bagi wanita yang dia pilih. Namun, aku kesulitan untuk memproses apa saja yang telah terjadi hari ini. sebab, seolah telah banyak hal yang terjadi sehingga aku pun kewalahan.

Anehnya, saat keluarga Cerle akhirnya kembali ke kediaman, aku merasa tidak nyaman atas tatapan tajam dari Aurie. Memang saat aku menatapnya dengan tatapan tanda tanya, Aurie kembali melembutkan tatapannya seolah dia memang tak pernah memelototiku.

Itu janggal.

Selepasnya, aku kembali ke kamarku. Aurie tak mengucapkan apa pun padaku, bahkan tidak mengucapkan selamat malam atau mimpi indah seperti biasanya. Keanehan Aurie akan kutepis terlebih dahulu karena aku memiliki sesuatu untuk dipikirkan.

Mengunci pintu kamarku, aku duduk di atas ranjangku. Biar aku simpulkan kejadian hari ini dimulai dari jatuhnya cahaya suci dari langit. Aku tahu dengan jelas bahwa Dewi Bulan seharusnya memberikan kekuatan suci itu pada Aurie. Lantas ada angin apa bahwa rupanya cahaya perak dari langit malah turun kepadaku?

"Apa yang membuatmu merasa gundah, Nona?"

Aku tidak terlalu terkejut saat melihat Helix rupanya berada di dalam kamarku. Sebelumnya, aku masih cukup terkejut ketika melihat Helix tiba-tiba muncul dari udara kosong, tetapi sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan tingkah Helix yang selalu seenaknya.

"Aku memiliki banyak tanda tanya di benakku, Tuan Helix." Aku mengurut pelipis. Rasanya, menanyakan banyak hal tanpa menemukan jawabannya membuat kepalaku seolah hampir meledak.

"Apa itu?" Helix mendekatiku yang duduk di atas ranjang. Dia berdiri di hadapanku, menatapku dengan sebelah alis terangkat.

"Apakah Dewi Bulan keliru?"

"Keliru?" ulang Helix.

Aku mengangguk. "Ya, Tuan Helix. Misalnya, mengapa kekuatan suci justru ditimpakan padaku, yang jelas-jelas kamu saja sudah tahu, bahwa aku adalah sosok yang memiliki sisi negatif pula. Atas alasan apa, Dewi Bulan memberikanku kekuatan sucinya, alih-alih pada sosok yang telanjur suci?"

Helix mengulas senyum miring di bibirnya. Dia lalu berjalan mendekat dan menepuk kepalaku berkali-kali. "Nona, Nona. Tidak semua yang kamu lihat dari kedua matamu adalah kenyataannya. Misalnya, kamu mengatakan bahwa kamu pula diliputi oleh sisi negatif, sehingga merasa keheranan mengapa kekuatan suci jatuh padamu? Mungkin karena tak ada yang tahu bahwa rupanya jiwamu itu suci, Nona."

Aku mendengus. "Tidak mungkin."

"Lalu, apa yang membuat Nona yakin bahwa Aurie adalah sosok yang suci?"

"Apa yang membuatku yakin?" Aku mengerutkan dahi. Tentu saja Aurie adalah sosok yang suci, itu karena dia adalah pemeran utama di dalam novel White Lotus, sosok asli yang seharusnya mendapatkan kekuatan suci itu dibandingkan aku yang memiliki peran antagonis di dalam novel.

Kekeliruan Dewi Bulan membuatku dilanda pemikiran yang pelik. Memikirkan mengapa juga harus aku yang mendapatkan kekuatan suci? Jika aku mendapatkan kekuatan suci ini, lalu apa yang harus kulakukan sebagai gantinya? Dan yang paling penting, apa yang akan terjadi pada Aurie Cerle? Apa yang akan terjadi kepada ketiga male lead yang tertarik kepada Aurie karena dia adalah pemilik dari kekuatan penyembuh?

Accidentally, I'm Taking Over the Main Character's RoleWhere stories live. Discover now