16.

26K 886 132
                                    

Bantu Vote Ytt🙏🏻
Satu vote kalian sangat berguna untuk kemajuan ceritaku, heheh😘

***

Langkah Aiden terus menyusuri lorong kecil yang begitu gelap.

Percikan air sehabis hujan menemani langkah kaki Aiden.

Sampai di ujung lorong, Aiden melihat sosok wanita meringkuk pada jalan lorong tersebut.

"Hnnn ...."

Aiden perlahan semakin mendekat ke arahnya.

Entah kenapa, ia ingin segera memastikan siapa wanita itu.

"Hei," panggil Aiden.

Wanita itu tetap menunduk, bersama punggung yang bergetar.

"Hnn ... sakit, hnn ...."

Perlahan namun pasti, Aiden berjongkok untuk menyentuh wanita itu.

Saat tangannya menyentuh bagian lengan, sang empu langsung mengangkat kepalanya dan menatap Aiden dengan wajah kaget.

"Ayla," lirih Aiden.

Aiden tidak menyangka jika bertemu lagi bersama Ayla.

"Pergi!" teriak Ayla.

"Lo kenapa ada di sini?" tanya Aiden seakan panik.

"Pria jahat! Pergi!"

Aiden semakin mendekatkan tubuhnya. Ia memegang kedua bahu Ayla agar tidak menjauh darinya.

"Ayo ikut, gue."

Ayla menepis kuat tangan Aiden hingga tangan pria itu terlepas dari tubuhnya.

"Semua ini gara-gara kamu .... Semua ini karna kamu!" Ayla menunjuk wajah Aiden. "Kamu Pria brengsek! Bajingan! Sampah!"

Entah kenapa cacian Ayla begitu menyakiti hati Aiden.

Wanita itu berbicara dengan wajah yang kecewa, marah, dan sakit. Air matanya tak henti turun membasahi pipi mulusnya.

"Akh!" ringis Ayla memegang perutnya saat itu juga.

"Ayla," panik Aiden melihat kondisi Ayla yang menjerit kesakitan meremas perutnya.

"Ayla, lo kenapa?!"

"Akh! Sakit ...."

"Ayo, kita pulang ...."

Saat Aiden hendak mengangkat tubuh Ayla, wanita itu justru mendorongnya.

Padahal kondisi Ayla sedang kesakitan. Namun wanita itu dapat mendorong Aiden, sampai pria itu terduduk di jalan yang basah itu.

"Pergi! Pergi dari sini!!!"

"Ayla, gue-"

"Akh!"

Aiden menyaksikan Ayla yang semakin memucat, bersama darah yang mengalir di jalanan.

Cairan berwarna merah itu membasahi mereka berdua, bersama jeritan Ayla yang kesakitan.

"Ayla!"

Aiden lekas kembali mendekat ke arah Ayla.

Saat itu juga, tubuh Ayla runtuh. Aiden menyentuh wajah Ayla agar wanita itu kembali sadar.

"Ayla, Ayla bangun ...."

Wajah Ayla memucat, bibirnya sudah membiru.

Pada saat Aiden mengarahkan telapak tangannya di dada Ayla, ia tidak merasakan detak jantung wanita itu lagi.

Aiden menyadari tangannya semakin basah dan lengket

"Tidak," ujar Aiden menatap telapak tangannya yang penuh akan darah segar.

AYLA Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu