04.

31.1K 643 17
                                    

Langkah kaki Ayla semakin tak lurus. Kepalanya terasa berat, bersama mata yang ingin terus terpejam. Namun di satu sisi, tubuhnya terasa panas. Ada desiran aneh di tubuhnya, yang paling tepat di daerah sensitif milik Ayla.

Ketika merasa tidak sanggup berada di tengah dance floor, Ayla memutuskan untuk segera pulang. Dia harus pulang sebelum jam dua belas malam. Karena jika pulang jam lebih dari itu, tidak akan ada bis yang dapat di gunakan sebagai alat transportasi.

Ayla sudah mencari Jessica, yang entah kemana perginya. Ayla sudah tidak nyaman sehingga tidak menghiraukan keberadaan temannya.

Baru beberapa langkah keluar dari pagar sekolah, tangan Ayla di cekal oleh seseorang dari belakang. Tubuhnya yang lemas terhuyung berbalik badan, serta menabrak sesuatu yang cukup keras.

Ayla mencium aroma wangi musk, begitu sensual dan mewah. Saat dia mendongakkan kepala, Ayla sedikit terkejut mendapati wajah tampan seorang pria.

"Lo perlu bantuan?" ucap pria itu dengan suara beratnya.

Mata Ayla terpaku menatap wajah pria tersebut. Apalagi posisi mereka begitu dekat, tinggal memajukan kepalanya sedikit lagi saja, maka bibir mereka akan bersentuhan.

"Gue anter pulang, mau?" ajak pria itu.

Tubuh Ayla semakin panas, serta miliknya seakan berdenyut gatal. Hanya mendengar pria itu berbicara, membuat reaksi tubuhnya di luar akal.

"A-aku," balas Ayla dengan terbata.

Pria itu mengangkat satu alisnya, kemudian satu tangannya meraih pinggang ramping Ayla.

Hal itu membuat Ayla tersentak, namun memejamkan matanya. Dia semakin pusing, juga tubuhnya seakan menunjukkan reaksi yang baru pertama kali di rasakan oleh Ayla.

Tanpa menunggu kelanjutan ucapan Ayla, pria itu membawa Ayla ke arah parkiran. Dia tetap meletakkan tangannya di pinggang, dengan satu tangannya lagi di masukkan ke dalam saku celana.

Anehnya, Ayla justru tidak menolak atau berkata apapun. Dia berfikir jika mungkin Aiden berniat baik untuk mengantarnya. Yup, pria itu adalah Aiden.

Aiden membukakan pintu untuk Ayla. Saat masuk, bagian atas kepala Ayla di tadahkan menggunakan tangan agar tidak terbentur.

Setibanya di dalam mobil, Ayla duduk gelisah. Keringat mulai bercucurai keluar. Matanya terus berkedip cepat, beserta nafas yang tak karuan.

"Buka aja blazernya kalo panas," usul Aiden.

Tanpa menyahuti, Ayla membuka blazer tersebut. Namun itu tidak menghilangkan sedikitpun rasa panasnya.

Dia tersentak kaget saat Aiden mendekat ke arah Ayla. Matanya berkedip cepat kala pria itu menyentuh pahanya dengan lembut. Nafas Ayla seakan tersedak di tenggorokan.

"A-Aiden ...."

"Gue mau masang ini," ucap Aiden sambil menekan seat belt milik Ayla.

Namun saat pria itu memundurkan tangannya, paha Ayla kembali teraba. Hal itu membuat Ayla menggigit bibirnya sendiri.

"Lo kenapa?" tanya Aiden.

Bukannya menyingkir, Aiden justru semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Ayla. Hidungnya mengendus aroma di bagian leher Ayla, yang bau akan aroma segar alami serta bau alkohol.

"Aiden, antar aku p-pulang," ucap Ayla yang semakin tidak mengerti terhadap tubuhnya.

"Kenapa lo keringetan? Padahal gue udah hidupin AC mobil."

"A-aku, hah ...." Nafas Ayla semakin tercekat, dia serasa tidak sanggup lagi.

Tiba-tiba Ayla memajukan wajahnya sendiri ke arah Aiden. Hingga .... Bibirnya mendarat tepat di bibir Aiden. Kejadian itu begitu cepat. Namun seringai licik muncul di bibir Aiden.

AYLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang