49. Syarat Bersamanya

247 38 15
                                    

Rena

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rena

Perjusami adalah kegiatan yang paling kubenci. Mau libur kenaikan kelas aja pakai diadain acara perjusami. Lalu empat hari setelah perjusami baru pembagian rapor kenaikan kelas.

Pulang dari kemah yang dilaksanakan selama tiga hari dua malam buat badanku kerasa remuk semua. Aku sampai rumah jam sebelas dan langsung tidur, bangun-bangun udah jam lima sore. Untung aja aku emang lagi nggak sholat, jadinya Mama Nita nggak marah kalau tidurku lama.

Ini juga merupakan tidurku yang paling lama. Waktu aku ceritain kegiatan perkemahan di lapangan tembak tentara ke Kak Sera, katanya mirip kayak LDK waktu pelantikan OSIS Kak Sera.

Iya sih, aku disuruh guling-guling, merayap, PBB, wah pokoknya bikin kesel. Mana waktu makan aku nangis lagi, difoto tentaranya. Soalnya aku capek banget, aku juga nggak bisa kalau dibentak-bentak. Terlebih aku juga kangen sama Mama Nita.

Tiga hari kerasa lama banget, dan aku nggak suka itu. Tapi, sekarang aku udah bisa tidur di kasur empuk, dan bukan di lantai beralas tikar.

Aku keluar dari kamar dan lihat Mama udah masak buat makan malam. Kak Sarah juga kelihatan ada di rumah soalnya dia pulang kemarin. Kak Sarah bilang mau skripsian di Semarang aja, ambil tempat penelitian di sini.

"Ih tangan kamu sampe biru-biru gitu. Disuruh gali sumur kah?" tanya Kak Sera waktu lihat tanganku penuh memar.

"Ini kecapekan tau. Tau gini aku nggak bakal ikut kemah deh. Nggak seru. Kak Sera bohong lagi, katanya perjusami di lapangan tembak enak. Apaan, kemah berkedok latihan militer. Hati mungielku ini nggak bisa kalau dibentak-bentak tau!"

Kak Sera ketawa ngakak. Kak Sera mah dibentak, disuruh guling lenting pun kayaknya bakal dilakuin dengan semangat. Beda sama aku, aku udah nangis. Kemarin aja aku nangis berkali-kali, sampai hape Salsa penuh sama aibku nangis waktu di barak.

Bukan cuma aku yang nangis. Ona juga nangis. Pokoknya aku sama Ona 11 12 deh. Sama-sama nggak bisa dibentak-bentak. Kalau Salsa dibentak nggak akan nangis. Dia mentalnya kuat banget. Dikerjain tentara suruh joget di panggung aja dijabanin, waktu pensi juga Salsa bolak-balik maju ke panggung buat goyang dangdut. Luar biasa deh dia pokoknya. Cegil.

“Makan dulu sini,” suruh Mama Nita sambil meletakkan lauk yang sudah tertata di piring. Aku duduk di meja makan dan ambil makananku. Rasanya males buat ngapa-ngapain. Akhir-akhir ini aku juga merasa kayak nggak punya semangat hidup. Pengin jadi orang yang hebat, tapi males.

“Kamu putus sama Regal, Dek?” tanya Kak Sarah buat aku makin badmood. Aku natap Kak Sarah kesel.

“Kenapa kalau boleh tau?” sambungnya.

“Kurang formalin kali,” sahut Kak Sera sambil naruh cangkir berisi air. Kita makan bertiga.

Aku nggak tanggapi pertanyaan dan perkataan kakak-kakakku. Udah cukup, aku nggak mau bahas tetangga seberang. Terserah dia mau apa, mau melakukan hal apapun, aku udah nggak peduli. Hatiku masih sakit dengar kata-kata dia waktu itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Regal & Rena Where stories live. Discover now