21. Ngopi Bersama Bapak Sendy

185 57 8
                                    

Rena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rena

"Silahkan kalau berani. Dengan senang hati," ucapnya aneh dan buat aku tambah pengen nampol pipinya.

Kenapa harus nulis hukuman itu sih? Dasar Serena bego!

Senjata makan tuan!

Itulah yang aku alami saat ini. Terlebih lagi senyum Kak Regal buat aku malu. Mana udah pede ngasih hukuman. Tapi! Aku nggak akan semakin mempermalukan diri.

"Aku bakal revisi hukumannya!" tegasku.

"Saya tunggu. Sekalian dengan hukuman pasal empat yang saya buat."

"Mau request juga. Squat jumpnya direvisi aja, Kak," suruhku. Capek tau lompat-lompat kayak gitu.

"Baik, nanti malam saya beri revisian yang baru," balasnya.

Aku mendongak. "Oke! Aku juga bakal kasih revisian yang baru dan persyaratan baru juga buat satu tahun ke depan." Aku kini berkacak pinggang. Dan dia malah ketawa lagi. Kayaknya Kak Regal lagi bahagia. Bahagia habis nganter Ibu Guru PPL sih kayaknya.

"Kenapa sih ketawa mulu. Iya iya yang seneng habis anter pulang Ibu Guru PPL yang cantik jelita itu. Iya kan?" cibirku.

"Kamu masih saja cemburu. Saya tertawa karena kamu terlihat menggemaskan," jawabnya.

Aku menurunkan kedua tanganku dari pinggang. Apa dia bilang tadi? Kenapa dia semakin agresif begini sih? Apa predikat cowok galak akan tersingkir menjadi cowok tukang gombal? Kemarin permaisuri, sekarang menggemaskan. Apa itu nggak buat aku curiga?

"Ah iya, Serena. Besok saya akan tinggal bersama teman satu kelompok PPL saya di sebuah kontrakan dekat sekolah. Lamanya sekitar satu setengah bulan sampai saya selesai mengajar di sekolah kamu," jelas Kak Regal dan buat aku menatap kedua matanya. Dia mau tinggal satu kontrakan sama kelompok PPLnya?

"Jadi, les kamu bisa lewat daring saja, Serena," lanjutnya.

"Berarti Kak Regal bakal tinggal satu rumah sama Bu Guru itu?" tanyaku sedikit kesal.

Kak Regal mengangguk. Kemudian dia mengelus kepalaku. Tentu saja hatiku, kakiku, perasaanku kacau balau. Kakiku sekarang udah mleyot banget rasanya. Aku beneran nggak pernah menduga kalau Kak Regal bakal kayak gini ke aku? Kenapa ya? Bukannya Kak Regal suka sama Kak Sarah?

"Kalau kamu tidak suka saya terlalu dekat dengan dia. Saya tidak akan dekat. Lagian saya juga tidak tertarik dengan dia. Kamu mengkhawatirkan apa sebenarnya? Kamu takut saya akan menaruh hati padanya?" tanya Kak Regal sambil menurunkan tangannya. Aku yang mau membuka mulut buat jawab pertanyaan dia langsung kejeda waktu Kak Sarah keluar.

"Eh ada Regal. Loh Rena udah pulang? Sera mana, dia bukannya bareng sama kamu tadi?" tanya Kak Sarah yang udah rapi. Kayaknya dia mau pergi sama Mama ke supermarket buat beli kebutuhan di Kos Surabaya. Katanya, nanti malam habis maghrib Kak Sarah mau balik ke sana.

Regal & Rena Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang