11. Seruni dan Peony

213 55 4
                                    

Rena

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rena

Sudah satu Minggu lewat setelah kejadian benerin WiFi. Aku nggak pernah ungkit-ungkit itu lagi karena Kak Regal kayaknya malu, cuma dia gengsi aja buat bilang.

Dan sekarang aku lagi sama Kak Regal dan ngajak Kak Regal ke swalayan. Tapi, kayaknya itu sebuah kesalahan besar kalau ngajak dia.

Tadi aku mau membeli beberapa alat tulis di swalayan dekat rumah. Dan karena aku cewek iseng, aku ajak aja Kak Regal. Eh dianya mau. Tapi, waktu sampai di sana dan habis beli beberapa Snack atas perintah Kak Sera dan kemudian aku sama dia naik ke lantai dua buat cari alat tulis, malah berujung adu mulut dengan mbak-mbak kasir.

Aku yang nggak tau apa-apa cuma bisa diem sambil mundur pelan-pelan waktu Kak Regal udah marah di sana.

“Harusnya anda menerima permen ini. Tadi saya mendapatkan permen ini di kasir bawah mbak. Kembalian lima ratus rupiah saya diganti dengan permen. Itu permennya sama kayak yang ada di mesin kasir mbak,” ucap Kak Regal.

“Iya, tapi maaf pak. Tidak bisa membayar pakai permen,” balas Mbak-mbak kasir.

Tadi barang yang dibeli kurang lima ratus rupiah. Dan kasir meminta lima ratus rupiah dari Kak Regal. Tapi, Kak Regal malah memberikan dua biji permen kembalian dari kasir bawah. Dua biji permen itu adalah barang untuk menggantikan kembalian lima ratus di kasir bawah tadi.

“Iya makannya. Kalau tidak bisa membayar dengan permen. Kenapa tadi di kasir bawah saya diberi permen untuk kembaliannya? Dan kenapa di mesin kasir mbak sengaja dimasukkan permen. Oh jadi sekarang permen itu alat tukar ya?”

Aku udah beneran mundur dan masuk ke rak jepit rambut karena takut. Orang yang mengantri di belakang Kak Regal makin banyak. Kenapa sih Kak Regal pakai acara ribut segala? Diterima aja lah itu permennya.

“Tidak pak.”

“Yaudah, ini permen saya diterima tidak?”

“Maaf pak, kami tidak bisa menerima.”

“Ya sudah. Saya tidak ada lima ratus rupiah. Kembalian lima ratus rupiah saya tadi digantikan permen di bawah. Di dalam prinsip ekonomi, tidak ada permen yang menjadi alat tukar, asal kedua belah pihak setuju mengenai hal itu. Kalau memang permen bukan alat tukar di swalayan ini, kenapa banyak sekali stok permen yang ada di mesin kasir mbak? Harusnya permen tempatnya bukan di situ jika permen bukanlah alat tukar,” jelas Kak Regal dan semua mbak kasir terdiam.

“Panggil supervisor ke sini.”

“Maaf pak-”

“Panggil, atau saya viralkan ini,” kata Kak Regal dengan kamera ponsel yang entah sejak kapan merekam. Ia juga mengarahkan kamera ponselnya pada mesin kasir yang satu kotaknya berisi permen penuh.

“Baik pak.”

Mereka memanggil supervisor. Setelah datang, Kak Regal menjelaskan semuanya dan supervisor itu berkata, “Benar, permen bukan alat tukar di swalayan ini pak.”

Regal & Rena Where stories live. Discover now