29. Ambulance

164 48 5
                                    

Rena

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rena

Lima belas menit berlalu setelah aku dan Kak Regal pelukan. Aku juga udah nggak nangis lagi. Sekarang aku lagi bantu Kak Regal buat obatin memar dan luka sobek di sudut bibirnya. Aku tau Kak Regal bingung mau bilang ke Tante Indah kayak gimana. Aku juga bingung mau bilang apa ke Mama Nita soalnya udah di WA, kenapa nggak pulang-pulang katanya.

“Aku bisa bantu Kak Regal buat bilang ke Tante Indah. Aku punya jurus seribu ngeles, belajar dari Revan,” ucapku. Kak Fandi kembali masuk. “Aku juga bakal bantu kamu bilang ke Ibumu,” kata Kak Fandi.

“Makasih, tapi itu nggak perlu. Aku bisa bilang sendiri,” balas Kak Regal sambil natap Kak Fandi.

“Kalau Kak Regal kena marah gimana?” tanyaku khawatir.

“Saya dengarkan dan akan lebih berhati-hati lagi,” balas Kak Regal dengan santainya.

Ponselku berdering. Bener aja, Mama Nita pasti telpon. Aku nggak langsung angkat karena takut diomelin. Mau bilang ke rumah Salsa sama Ona, tapi nggak mungkin. Soalnya rumah dia lebih jauh dari rumah Kak Fandi. Berakhir aku angkat telepon dan dengerin omelan Mama.

“Kok belum pulang? Kamu ke mana? Beli alat tulis lama banget.”

“Ma...”

“Dijawab!”

“Aku nggak ke mana-mana. Aman, nanti aku jelasinnya kalau sampai rumah aja ya?”

“Jangan bikin Mama khawatir, Serena. Kamu kenapa? Kamu ditabrak kayak waktu itu? Kamu nabrak orang? Apa yang jelas!”

“Aku nggak kenapa-napa. Beneran ini masih sehat wal afiat. Aku nolongin seseorang. Tapi aku ceritanya nanti di rumah aja ya. Mama jangan marah-marah, aku takut.”

“Kamu tuh ada-ada aja. Yaudah cepetan pulang. Nanti kemaleman bahaya.”

“Iya, Ma.”

Mama Nita matiin telepon. Aku kembali masukin hp ke dalam saku jaket. Habis itu aku mendongak ke arah Kak Regal. “Kalau kayak gini aku harus jujur ke Mama. Aku ceritain ke Mama nggak apa-apa kan? Nanti aku suruh Mama diem-diem deh,” yakinku pada Kak Regal.

“Beritahu saja. Saya juga akan memberitahu Ibu saya secepatnya. Di saat kondisi seperti ini, tidak baik jika saya diam saja,” jawab Kak Regal dan buat perasaan aku sedikit lega.

“Aku mau pulang dulu boleh kan? Kak Fandi, aku minta tolong jagain Kak Regal ya. Aku mau pulang,” ucapku pada Kak Fandi. Dia mengangguk. “Mau dianterin?” tanya Kak Fandi.

“Anterin sampai depan pager aja. Terus tungguin sampai belok gang ya, aku takut lihatin pohon pisangnya,” kataku membuat Kak Regal tersenyum. Hati aku jadi menghangat lihat pacarku senyum.

“Kak Regal bakalan di sini sampai kapan?” tanyaku penasaran.

“Nanti saya minta antarkan Fandi ke rumah.”

Regal & Rena Where stories live. Discover now