43. Kejutan Malam

193 42 5
                                    

Hari-hari terus berlalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari-hari terus berlalu. Bahkan lebaran juga sudah terlewat dua Minggu yang lalu. Di Minggu ini, Rena dan Sera disibukkan dengan Ujian Kenaikan Kelas. Sementara Sarah sudah kembali ke Surabaya, Papa dan Mama juga ikut pergi ke sana untuk mengurus permasalahan putrinya dengan Bayu.

Malam ini kamar bernuansa krem milik Sera terpantau hening. Rena mengungsi di kamar kakaknya karena tadi habis menonton Video Nadia Omara. Perempuan itu duduk di kasur dengan buku mata pelajaran Korespondensi, karena besok itu yang akan diujikan.

“Kenapa nggak balance sih? Padahal aku udah masukin bener semua, mana yang salah? Hih!” Sera menggeram demikian sebab angka-angka yang ia masukkan di akhir penjumlahan tidak balance. Sebagai anak akuntansi kalimat balance belum tentu benar, tidak balance sudah pasti salah benar adanya.

“Emang pelajaran akuntansi sesusah itu ya kak?” tanya Rena yang sudah pusing dengan bahasa Inggris handling telephone serta apa-apa yang harus dihadirkan dalam surat menyurat perusahaan. Lipatan surat saja Rena sudah tidak ingat, padahal kemarin Regal sudah mencontohkan dengan banyak kertas. Mulai dari standard fold, accordiom fold, sampai french fold.

Ribet banget deh orang kantor. Masa lipet surat pake tekniknya segala. Tinggal dilipet aja apa susahnya? Yang penting kan isinya. Begitu keluhannya.

Emang susah, tapi aku suka.”

“Apa cuma aku yang nggak suka pelajaran apapun itu?” tanya Rena sambil membuka ponselnya.

“Ya, emang cuma kamu,” balas Sera sudah mumet dengan rentetan berjuta angka-angka penjualan yang mbuhlah Sera bahkan tak pernah memegang uang sebanyak itu. Mungkin kalau angka-angka uang itu ada wujudnya, Sera nggak akan sefrustasi ini.

“Kak Regal!” Rena menghubungi Regal melalui video call. Lelaki itu terlihat sedang rebahan miring menatap ponsel ketika Rena hubungi.

“Lagi belajar apa?”

“Kores.”

“Oh.”

“Dasar bucin,” ejek Sera sambil melirik ke belakang.

“Kak, kalau aku nggak masuk sepuluh besar nanti gimana?” tanya Rena sudah hopeless duluan.

“Saya bunuh kamu.” Balasan Regal membuat Rena bergidik ngeri. Lagian begitu segala ditanyakan. Dasar Jagung!

“Ngeri banget. Nanti Kak Regal nggak bisa lihat aku yang unyu ini kalau mati.”

“Kalau nggak masuk sepuluh besar saya kasih kamu hukuman. Bisa-bisanya murid saya tidak masuk sepuluh besar. Yang ada saya direbus di kuali bakso sama Mama mu.”

“Emang Mama pernah bilang apa?”

“Katanya kalau saya tidak bisa membuatmu mendapat nilai bagus. Saya direbus di kuali bakso.”

Regal & Rena Where stories live. Discover now