pantai

282 17 0
                                    

Tidak lama handphone Gilang berdering menandakan ada panggilan masuk. Dilihatnya siapa yang memanggil ternyata adalah pemilik W.L.Corp siapa lagi kalau bukan bos besarnya yaitu Agam Immanuel Aldibaran.

"Sudah selesai? Silahkan kembali ke kantor, banyak pekerjaan yang belum kamu selesaikan Gilang" Perintah Agam dari seberang sana.

"Baik tuan," kata Gilang dengan singkat dengan mata yang tidak lepas dari punggung kecil Asheyra yang tengah berlari menjauh darinya.

.

.

.

Setelah berganti kostum, Arsenio langsung kembali ketempat acara tapi tidak menemukan Amara di sana. Arsenio berpikir Amara mungkin berada di kantin tapi tidak menemukannya.

Karena capek telah berkeliling gedung
sekolah, akhirnya Arsenio memilih ketaman belakang untuk merokok sebentar.

Mata Arsenio langsung berbinar saat melihat sosok yang telah di carinya dari tadi.

Arsenio menemukan Amara yang saat itu tengah duduk sendiri di taman belakang dengan bermain ponsel.

Dengan cepat Arsenio duduk di samping Amara tanpa aba-aba.

"Lo!" Amara hampir saja melempar
ponselnya karena ulah Arsenio yang seenak jidatnya duduk di sampingnya.

"Apa sayang? Kamu aku cariin dari tadi ternyata mojok disini ya. Pasti lagi nungguin aku nyamperin kamukan?" Arsenio menaikkan
turunkan alisnya tidak lupa senyum menggoda yang selalu terpatri dibibir indahnya.

"Siapa yang mojok." Ketus Amara.

"Oh ya? Aku kirain kamu lagi mojok disini karena nungguin aku datang nyamperin kamu. Karena kamu tahu kalau aku pasti akan datang kesini." Arsenio masih terus saja menggoda Amara.

Pipi Amara kembali merona malu, karena godaan Arsenio. Tanpa mejawab godaan Arsenio, Amara langsung saja berdiri dan berniat pergi dari sana.

Tapi dengan cepat Arsenio menarik tangan Amara sehingga tubuh Amara terhuyung dan duduk di pangkuan Arsenio.

Mata kedua remaja itu membulat sempurna, Arsenio tidak menyangka kalau tarikannya yang cukup keras akan membuat Amara terhuyung dan duduk dipangkuannya.

Begitupun Amara tidak menyangka hanya karena tarikan Arsenio bisa seperti ini.

Tangan Amara berada di pundak Arsenio dan tangan Arsenio melingkar di pinggang Amara.

Mata mereka terkunci cukup lama, jantung keduanya berdetak dengan cepat.

"Lepas!" Berontak Amara setelah sadar dari rasa terpesonanya pada Arsenio.

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Arsenio malah semakin mempererat kuncinya.

"Arsen, jangan aneh-aneh deh lo. Lepas enggak atau gue bakalan marah sama lo." Tegas Amara.

"Baiklah aku lepas, tapi jangan marah lagi ya." Kata Arsenio dengan wajah memelas.

Amara hanya berdehem pelan.
Dengan enggan Arsenio melepaskan Amara.

Amara langsung berdiri dan berlari dari hadapan Arsenio. Mau duduk lagi di samping Arsenio jelas tidak mungkin.

Setelah kepergian Amara, Arsenio mengusap wajahnya kasar lalu menyugar rambutnya
kebelakang.

Kejadian tadi benar-benar di luar
ekspektasinya. Tapi tidak dipungkiri kalau hari ini Arsenio bahagia karena bisa sedekat itu dengan Amara. Hari ini adalah hari paling bahagia baginya karena hubungannya dengan Amara ada kemajuan, apalagi Amara sudah menunjukkan secara terang-terangan kalau dia cemburu padanya.

ARSENIOOnde histórias criam vida. Descubra agora