Menderita PTSD

424 28 0
                                    


"apa?" Kaget tuan Samuel.

"Bagaimana kamu bisa tahu boy?" Tanya tuan Samuel lagi.

Arsenio pun menceritakan mulai dari awal ketemu sama Devan kemarin malam. Sampai tadi waktu pelajaran sekolah tiba-tiba ingatan tentang Devan kembali sampai ketika Arsenio remaja bunuh diri setelah di lecehkan oleh Devan.

Tangan tuan Samuel mengepal tatapannya nyalang kedepan.

"Pa." Bisik Arsenio takut saat melihat hawa gelap dari papa barunya.

Tuan Samuel yang tersasar kalau masih ada putranya langsung menoleh dan menatap sendu pada Arsenio.

"Papa akan bereskan anak itu, lebih baik kamu ikut papa ke rumah sakit. Sepertinya trauma kamu parah boy." Ucap tuan Samuel mengusap lembut kepala Arsenio.

"Gak perlu pa Arsen_" ucapan Arsenio
terhenti saat perkataan Arsenio di potong oleh tuan Samuel.

"Tidak ada penolakan boy, kamu mau ikut Papa secara sukarela atau dengan paksaan." Kata tuan Samuel seraya menatap dua bodyguardnya.

"Oke fine, Arsen ikut papa." Putus Arsenio pelan seraya berdiri dari duduknya.

Tuan Samuel dengan pelan membantu putranya untuk keluar menuju mobilnya.

"Om, Joshua boleh ikut?" Tanya Joshua harap-harap cemas.

"Tidak usah nak, nanti akan om kabari tentang keadaan Arsen" Kata tuan Samuel tersenyum tipis.

Joshua mengngguk dan mengikuti Arsenio dan tuan Samuel dari belakang.

"GWS bro." Ucap Joshua saat Arsenio akan masuk mobil.

Arsenio hanya memberi jempolnya dan tersenyum tipis sebelum masuk ke mobilnya.

"Gue harap sekarang lu benar-benar sembuh ar, gue juga seneng ternyata bokap baru lu sayang banget sama lu." Gumam Joshua pelan seraya menatap kepergian mobil tuan Samuel yang menghilang di belokan jalan.

.

.

.

"Ara lu kenapa, ada apa hmmm? Lu masih kepikiran tentang Arsen ya?" Tanya Kenzo yang saat ini sedang menyetir mobil menuju arah pulang, sementara Amara duduk di sampingnya.

Amara menjawab dengan menganggukkan kepalanya, tidak dipungkiri oleh Amara kalau sebenarnya dirinya benar-benar merasa khawatir dengan Arsenio.

"Lu sepertinya deket banget ya sama Arsen?" Tanya Kenzo seraya menatap Amara dengan tetapan yang sulit diartikan.

"Biasa saja." Jawab Amara.

'lu gak bisa bohongi gue ra, mulut lu bicara biasa saja tapi mata lu berkata dengan lain.' bisik Kenzo dari dalam hati.

"Lu kenapa pulang-pulang kok gak bilang gue." Kata Amara mengalihkan perhatiannya.

Kenzo terkekeh pelan dan mengatakan.  "Kejutan dong, eh gue pikir lu bakal terkejut saat tiba-tiba gue pulang, ternyata tidak gue yang malah yang terkejut." Kata Kenzo dengan tersenyum kecut.

"Maksud lu ap Ken?" bingung Amara.

Kenzo terkekeh, "bukan hal penting."

"Oh, oke." Jawab Amara.

Dua remaja itu terdiam cukup lama,
sampai tiba-tiba Kenzo mengatakan sesuatu.

"Ra gue masih ada kesempatan enggak sih? Perasaan gue masih sama loh. Gak pernah berubah dari dulu, bisa nggak kalau lu kasih gue kesempatan satu kali saja ra. Lihat gue sebagai seorang pria bukan sebagai teman bisa?"

ARSENIONơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ