meninggalkan Indonesia

425 30 1
                                    


Sementara itu Arsenio baru sampai di
mansion dengan di antar oleh om Wisnu yang merupakan asisten ke 2 tuan Samuel.

"Arsen masuk sendiri saja, om silahkan lanjut lagi kerjanya." Kata Arsenio saat baru sampai di depan pintu mansionnya.

"Baik tuan muda, saya permisi." Ucap om Wisnu dengan sopan.

Baru sampai Arsen menginjakkan kakinya di dalam rumah sudah ada Mama Yasmine dan Asheyra yang langsung menatapnya kaget.

"Arsen dari mana saja kamu? Kenapa pergi gak bilang-bilang kakak. Kamu tahu enggak, semua orang khawatir sama kamu! Apalagi kata Ara kamu tadi dalam keadaan tidak baik-baik saja." Cecar Asheyra.

"Maaf," ucap Arsenio pelan.

"Sudah kak, gak gitu caranya ngomong sama adikmu. Lihat dia wajahnya pucat begini. Kamu bau obat rumah sakit dek? Kamu dari rumah sakit?" Tanya mama Yasmin seraya membawa Arsenio untuk duduk di sofa.

"Tadi di antar Papa ke rumah sakit ma, tapi Arsen tidak apa-apa kok hanya perlu rawat jalan saja. Mama gak usah khawatir." Lanjt Arsenio.

"Papa? Lalu papa kamu dimana?" Tanya mama Yasmin lagi.

"Katanya masih ada urusan, jadi Arsen pulang dianter sama om Wisnu." Jawab Arsenio.

"Tapi kata pak satpam kamu tadi di jemput anak SMA tapi seragamnya beda, memangnya dia siapa?" Tanya Asheyra.

"Joshua, teman Arsen kak." Kata Arsenio apa adanya.

"Oh yaudah, kamu istirahat dulu di kamar. Mama akan membuatkan bubur untuk kamu." Kata mama Yasmin.

Arsenio hanya menggunakan kepalanya, jujur saja badannya saat ini benar-benar capek.

"Asheyra antar Adikmu." Perintah mama Yasmine.

Dengan patuh Asheyra mengantar Arsenio menuju kamarnya.

.

.

.

Tuan Dirga masuk ke dalam rumahnya dengan wajah yang memerah penuh amarah.

"Devan!!!'

"Devan!!!"

"Devan, di mana kamu? Cepat turun temui papa." Pekik uncle Dirga.

"Pa ada apa?" Tanya aunty Sela.

"Dimana Devan?" Tanya Uncle Dirga dingin.

"Devan mungkin lagi mandi pa, ada apa sih? Kenapa Papa kelihatan marah banget sama Devan?" Tanya aunty Sela beruntun.

Uncle Dirga tidak menjawab hanya sekarang dadanya naik turun menahan amarah.

Beberapa saat kemudian Devan turun
dengan keadaan yang sudah segar.

"Kenapa Papa cari Devan?" Taya Devan santai saat sudah berada didepan sang papa.

Tanpa kata Uncle Dirga langsung memukul rahang Devan sehingga Devan terjatuh. Tidak hanya itu, sebelum Devan sempat bangkit uncle Dirga juga menendang Devan tepat di ulu hatinya sehingga membuat Devan mengeluarkan seteguk darah. Uncle Dirga masih belum puas di tariknya badan sang anak agar berdiri, uncle Dirga kembali memberikan bogeman mentah pada Devan.

Aunty Sela langsung berteriak dan meminta bantuan para bodyguard untuk memegangi suaminya.

Aunty Sela langsung menghambur kearah sang putra dan membantunya untuk duduk.

"Apa salahku pa?" Tanya Devan lirih.
Sebenarnya Devan bisa saja langsung menangkis dan melawan sang Papa.

Tapi tidak mungkin dilakukannya karena dirinya sangat menghormati orang tuannya.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang