Extra Part 6

Mulai dari awal
                                    

"Wah nggak beres nih," kata Arshan setelah tersadar, segera mengejar Lintang, disusul Argo, juga Eros.

"Woi Lintang."

  Sang empu yang sudah menaiki seperdua bagian tangga, terpaksa menoleh saat mendengar teriakan sang mertua di bawah sana.

"Lo bawa Lula ke kamarnya, habis itu turun. Lo mau gue sidang!"

  Arshan mendelik kala Lintang membalas ucapannya dengan jempol. Ck, gini amat punya menantu sahabat sendiri.

"Yah, Pa, ini udah sepuluh menit, tapi kok om Lintang nggak turun-turun juga."

  Benar juga apa kata Eros, mereka sudah menunggu sedari tadi, tapi tak ada tanda-tanda kedatangan Lintang.

"Gue coba cek ke atas," ucap Argo, segera ke atas.

"Eros ikut."

  Belum sempat ia berdiri, bahunya sudah ditarik lebih dulu oleh Arshan. "Anak kecil di sini aja."

"Apa sih pa, Eros udah gede. Udah bisa jadi suami yang baik buat Aluna."

Pletak!

"Nggak usah ngadi-ngadi, fokus aja sama kuliah kamu biar bisa jadi dokter. Soal jodoh biar Tuhan yang atur. Kamu nggak usah mikirin soal nikah-nikahan kalau belum mapan." Arshan memberi wejangan setelah menjitak kening putra sahabatnya itu.

"Elleh, bilang aja papa nggak restuin Eros sama Lula."

"Sebenarnya itu salah satunya." Eros mendelik, membuat Arshan terkekeh.

  Ia menepuk puncak kepala Eros. "Papa bukan nggak restuin, tapi selama ini yang papa lihat di antara kalian nggak ada tatapan cinta antara laki-laki dan perempuan, hanya ada tatapan seorang kakak yang begitu ingin melindungi adiknya."

  Eros diam, ia merasa jika ucapan papanya itu memang benar.

"Kamu pernah gugup atau ngerasa jantung kamu detaknya benar-benar gila saat sama Lula?"  Pertanyaan Arshan tersebut mendapat gelengan dari Eros.

"Pernah ngerasain itu sama seseorang?" Kali ini Eros mengangguk.

"Sama siapa, temen kamu? Pacar? Perasaan kamu belum punya pacar." Arshan mencerca Eros, dirinya cukup penasaran.

"Anaknya om Vernan sama tante Zahra," jawabnya, setengah menyengir kala mendapati raut sang papa berubah datar.

"Kamu jatuh cintanya sama anak sepuluh tahun? Nggak ada yang lain gitu. Masa kamu ikutan kayak om kamu."

"Beda lah pa, om Lintang suka sama Lula waktu masih bayi, lebih parah dia."

"Terserah."

  Sedangkan di lantai dua, Argo mengumpat kasar kala pintu kamar Lula di kunci dari dalam.

"Lintang darat sialan! Ngapain coba di dalam berdua sama anak gue!"

  Ingin mendobrak, tapi takut Lula terbangun. Berarti yang paling benar adalah menggunakan kunci cadangan. Dengan terburu-buru Argo menuruni tangga, lalu menghampiri Arshan dan putranya yang duduk di sofa.

"Kenapa?"

"Kunci cadangan di kamar Lula ada nggak?"

"Buat apa?"

"Lintang ngekunci dari dalam."

"Pantes nggak turun-turun," decak Arshan.

"Yaudah buruan kuncinya," Argo mengulurkan tangannya, meminta kunci.

"Di kamar Lula."

"Lah, gimana ceritanya?"

"Tau ah, sidangnya besok aja, gue ngantuk, mau kelonan."

  Argo melongo melihat Arshan pergi begitu saja.

"Jangan lupa tutup pintu rumah gue ya Go," teriak Arshan yang sudah tak terlihat dari pandangan Argo.

"Ogah!" Balasnya, menarik Eros untuk pergi.

  Keesokan harinya, Arshan bangun pagi-pagi sekali, ingin mengecek kamar putrinya. Tepat sekali, kamar itu langsung terbuka menampakkan putrinya yang baru saja bangun tidur.

"Jangan dikucek matanya," ia menahan tangan Lula.

Gadis itu menatap papanya. "Papa liat om Lintang nggak?"

  Kening Arshan berkerut, lalu menggeleng. "Malah papa ke sini mau ketemu Lintang. Bukannya semalam dia tidur di sini?"

"Iyya, tapi pas Lula buka mata, om Lintang udah nggak ada."

  Arshan tersenyum ke arah putrinya, sembari mengumpati sahabat laknatnya itu dalam hati.

"Kamu mandi gih, habis itu siap-siap ke sekolah, keburu abang kamu nunggu."

"Siap pa." Ia kembali masuk ke kamarnya setelah memberi hormat pada sang papa.

Ting.

  Baru saja masuk ke dalam kamar, ponselnya sudah berbunyi, pertanda ada pesan masuk. Segera ia mengecek, barangkali itu dari kantor.

  Dan detik berikutnya wajahnya berubah merah seperti menahan mual selepas membaca pesan tersebut.

'Monyet bekantan'
Pesan

Pa, maaf ya, Lintang tadi nggak sempet pamit soalnya ada hal penting yang harus diberesin di kantor.
Tapi tenang aja, nanti malam Lintang pulang kok. Sampai jumpa papa mertua, mmuuach.

"HUEEEK... LINTANG KAMPRET! DASAR SAHABAT LAKNAT!"

•••
Ngantuk 😴

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arshan Gentala [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang