00||04

15.2K 1.1K 89
                                    

PART 04

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PART 04

Rasanya Jadi Ghafi

•••

  Hari ini, Arshan sedang bersiap di kamarnya untuk pergi ke sekolah. Sebelum turun ke bawah, ia menatap pantulan dirinya di cermin.

  Sangat aneh menurutnya. Penampilan seperti ini bukanlah dirinya. Saat berada di raga aslinya ia berpakaian layaknya badboy, bukan nerdboy seperti sekarang.

  Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah kesepakatan bersama. Setelah kemarin ia tertidur berdua dengan Athaya, mereka lanjut membahas tentang Ghafi. Dan ia setuju untuk memulai kesehariannya sebagai Ghafi.

  Sebenarnya Arshan ragu, ia tak yakin jika bisa bertahan lama. Apalagi mendengar cerita Athaya yang mengatakan jika Ghafi selalu dirundung oleh anak-anak sekolah.

"Pagi Mi, Pi." Arshan menyapa kedua orangtuanya dengan kaku.

"Pagi anak gantengnya mami."  Elvisyah tersenyum cerah pada putranya.

"Pagi Son." Begitupun dengan Yudha.

"Selai coklat, Mi." Ia memberi tahu saat Elvisyah ingin memberi selai pada rotinya.

"Loh, bukannya kamu suka stroberi ya?"

"Pengen coba yang coklat," jawabnya kikuk, lagi-lagi menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

  Elvisyah hanya mengangguk saja, lalu memberikan roti dengan selai coklat pada putranya.

"Makasih, Mi."

"Sama-sama, sayang."

  Mereka pun makan dengan tenang tanpa ada yang bersuara. Arshan menikmati rotinya dan meneguk susunya hingga tandas. Hari ini benar-benar sangat berbeda dari hari-harinya yang dulu. Dulu sangat buruk dan suram.

  Bertepatan saat mereka selesai makan, bel mansion berbunyi.

Tingg....

"Kayaknya Athaya udah datang, kalau gitu Ghafi berangkat dulu ya Mi, Pi." Ia tahu jika itu Athaya, karena gadis tersebut baru saja mengirimkan pesan.

  Arshan mencium tangan Elvisyah dan mengecup pipi wanita itu atas inisiatifnya sendiri. Rasanya sangat menyenangkan memiliki seorang ibu. Dan ia beruntung bisa menempati raga ini.

  Berganti pada Yudha, ia sempat mematung saat pria yang menjadi papinya itu menepuk pelan kepalanya.

  Ingatannya seketika terpusat pada sang Ayah, Kin. Apa mungkin ayahnya sedih atas kepergiannya? Atau mungkin sangat senang karena ia sudah pergi. Bukannya itu yang ia mau? Jadi Arshan tidak perlu lagi muncul dihadapan ayahnya.

Arshan Gentala [End]Where stories live. Discover now