Ia akui jika selama ingatannya sudah kembali, ia memilih balik ke Indonesia, namun tak ada niat sedikitpun untuk mencari tahu mengenai Lulanya.

  Alasannya hanya satu, ia ingin bertemu langsung dengan gadis kecilnya dengan mendatangi rumah sahabatnya, tapi ia tak punya cukup keberanian. Bahkan memikirkan gadis kecil itu saja jantungnya sangat menggila di dalam sana.

"Om kenapa?" Lula langsung panik melihat pria di depannya menyentuh dadanya dengan tubuh mematung.

"S-saya nggak papa."

  Arjuna yang sedari tadi mengintip di balik tembok, keluar dari persembunyiannya, lalu menghampiri mereka dan duduk di samping Lula.

"Sayang, aku antar kamu pulang ya. Tadi Eros nelpon aku, dia nyuruh kamu pulang," kata Juna, merangkul pundak Lula, namun segera di tepis oleh Lintang.

  Hum, sepertinya Arjuna sudah mencium bau-bau keposesifan.

"Apa sih bang."

"Nggak usah pegang-pegang."

"Kenapa? Ini kan pacar Juna."

"Mulai hari ini kalian putus, dan kamu," Lintang menarik Lula untuk berdiri, "Jadi pacar saya."

"Hah?" Lula mengerjab bingung, dan detik berikutnya memekik kala tubuhnya di gendong begitu saja.

"Woi bang, Lula jangan di apa-apain," teriak Arjuna saat Lintang membawa gadis itu menuju kamarnya, lantai dua.

"Om! Turunin Lula."

"Diam."

Brak.

  Ia membanting pintu, kemudian mendudukkan Lula di atas kasur.

"O-om." Lula terpaku, menatap setiap sudut kamar yang penuh dengan foto-fotonya sewaktu kecil.

"Hm," balas Lintang, melipat kedua tangannya tanpa melepas tatapannya dari Lula.

"I-ini kamar siapa? Kok semua isinya foto kecil aku?"

"Kamar saya."

"Kok bisa?"

"Karena kamu calon istri saya."

  Lula yang terus di tatap seperti itu entah kenapa malah merasa gugup, bahkan jantungnya berdetak tak teratur. Padahal ia belum pernah begini sebelumnya.

"J-jadi, orang yang suka sama Lula dari kecil itu, om?" Dengan gugup ia melayangkan pertanyaan tersebut.

"Hm, siapa yang ngasih tau?" Kini Lintang merubah posisinya, sedikit membungkuk, lalu meletakkan kedua tangannya di sisi gadis itu, memudahkannya untuk menatap Lula lebih dekat.

"P-papa."

  Lintang mengangguk paham, menampilkan senyumnya yang selama ini tak pernah terlihat oleh siapapun. Terakhir kali ia tersenyum saat pulang dari rumah Arshan selepas menemui Lula, hingga akhirnya mengalami kecelakaan beruntun.

  Dan semenjak saat itu ia menjadi pria yang gampang marah, sangat emosional terhadap hal-hal kecil apapun itu. Namun perlahan semuanya mulai terkontrol kala ingatannya mulai pulih secara perlahan, dan memilih untuk balik ke Indonesia.

"Mulai sekarang kamu jadi pacar om."

"Lula nggak mau."

  Ada secuil rasa tak terima kala mendengar penolakan gadis itu.

"Kenapa nggak mau?"

"Om galak, Lula nggak suka."

  Ia kembali tersenyum."Soal kejadian tadi, om minta maaf. Om janji nggak akan galak-galak lagi sama kamu."

Arshan Gentala [End]Where stories live. Discover now