"Kamu!" Lintang cukup terkejut mendapati gadis aneh yang tadi ia temui di jalan.

Lula terbelalak. "Om galak!"

"Ngapain kamu di rumah saya?!"

"Ini kan rumah pacarnya Lula."

"Lula?" Beo Lintang dengan alis bertaut.

"Kenapa nih pada berdiri semua," kata Arjuna baru saja datang dari arah tangga.

"Kak, anterin Lula pulang."

"Loh kenapa? Aku mau ngenalin kamu dulu sama Abang aku."

"Jangan bilang om galak ini abangnya kakak?"

  Lula yang mendapat anggukan, seketika cemberut. "Nggak suka ih, galak."

  Lintang yang mendengarnya, mendelik."Ngomong apa kamu!"

"Om galak! Kenapa? Nggak suka? Om kan emang galak."

"Dasar bocah."

"Dasar om-om."

  Alhasil keduanya kembali adu mulut. Ya Tuhan, tolong Arjuna agar tidak menyemburkan tawanya, ia tak bisa membayangkan jika abangnya tahu siapa gadis menggemaskan yang saat ini sedang ia ajak berdebat.

"Pulang kamu dari rumah saya!"

"Nggak mau!"

"Aiss, apa sih bang, galak bener sama calon adek iparnya. Udahlah duduk dulu."

"Ck." Lintang berdecak, namun tak ayal tetap menurut dan duduk di sofa.

"Duduk dulu ya cantik," pintanya pada Lula, gadis itu langsung menurut, menjulurkan lidahnya pada Lintang. Lagi-lagi membuat pria itu mendelik. "Gadis aneh."

"Bang, kenalin ini pacar gue, namanya Lula."

"Hm." Lintang hanya berdehem, memilih fokus pada ponselnya.

"Nggak papa, Abang aku emang gitu," ia memberi senyum pada Lula yang tersenyum manis ke arahnya.

"Bang, main ponselnya nanti dulu lah, ngobrol dulu sama pacar gue. Gue mau ke belakang bentar."

"Kakak mau ninggalin Lula berdua sama om galak?"

"Stop panggil saya begitu, saya punya nama."

  Lula memutar bola matanya malas, lalu kembali menatap Arjuna.

"Aku bentar doang kok, kamu anteng di sini ya, harus akur."

Cup.

  Arjuna tersenyum geli melihat raut kesal abangnya saat ia mengecup kening Aluna.

   Keduanya pun saling melirik saat Arjuna sudah menghilang dari pandangan mereka.

"Om." Akhirnya Lula memberanikan diri untuk mengajak pria itu berbicara lebih dulu.

"Hm."

"Kata Abang aku, om itu temennya papa ya?" Ia bertanya dengan hati-hati, disertai raut penasaran.

  Lintang yang sedari tadi pura-pura sibuk dengan ponselnya, lantas menoleh mendengar pertanyaan gadis itu.

"Siapa papa kamu?"

"Papa Arshan."

Deg.

"A-arshan?" Tanyanya memastikan, mendapat anggukan antusias dari gadis di sebelahnya.

"Iyya om, Arshan Gentala, kalo mama namanya Athaya putriana."

  Tubuh Lintang menegang, jantungnya berdegup kencang, rasa gugup mulai menjalar di tubuhnya, bahkan berbicara pun kesulitan.

Arshan Gentala [End]Där berättelser lever. Upptäck nu