chapter 7 - mesin waktu doraemon

Start from the beginning
                                    

"Kita mau ke mana?"

"Ikut saja. Tidak usah berisik."

Kiel membawa kaitan yang masih erat satu sama lain ke sebuah ruangan dengan plang nama: Jonquil.

"Nah- kita- aman sekarang ... haaaah." Kiel bernapas seperti orang sekarat, mengempaskan diri ke sofa.

Sementara Primrose di sebelahnya tidak bisa menahan diri untuk tidak meneliti sekeliling.

Kamar ini adalah yang paling mewah. Memiliki sirkulasi udara yang baik, luas dan nyaman. Ranjangnya ukuran besar, ada vas bunga daffodil di ambang jendela. Berbeda sekali dengan miliknya yang kadang dihuni bersama kecoa. Sekali lagi Kiel membenarkan jika ia memang si paling istimewa, seperti kata anak-anak lain.

"Apa yang kamu lihat?"

Sekonyong-konyong wajah Kiel berada dekat sekali di sebelah, membikin Primrose kaget bukan kepalang.

Mau marah tapi Kiel punya kamar impiannya. Tempat ini tidak dipantau CCTV. "Aku akan memberi tahu siapa namaku kalau kamu membiarkanku tinggal di sini."

Hah?

Kiel bingung total. Blank.

"Kamu mau kita bertukar kamar?" tebaknya setelah bisa menguasai diri, namun si lawan bicara menggeleng.

"Biarkan aku di sini semauku. Aku akan menjadikan kamar ini tempat sembunyi. Kamu tidak boleh membocorkan hal ini atau aku tidak mau bicara denganmu selamanya."

Setelah diam menimbang, anggukan setuju dari Kiel dihadiahi senyum puas oleh Primrose.

"Baiklah. Aku setuju." Kiel mengacungkan jari kelingking tapi alih-alih menyabut, Primrose malah mengernyit tidak paham. "Aduh. Bodoh sekali sih kamu. Caranya seperti ini. Nah. Ini artinya kita sudah berjanji dan tidak boleh diingkari."

Primrose hanya menurut sambil dalam hati mengejek Kiel yang menuturnya lebih pantas disebut bodoh.

"Eh, kamu mau ke mana?" sergah Kiel saat Primrose berjalan menuju pintu dengan gelagat ingin pergi.

"Kembali ke kamarku. Sepertinya wanita jelek itu sudah tidak mencariku."

"Jangan dulu. Sebentar lagi jam makan siang. Akan ada yang mengantar makanan ke sini dan kamu bisa ketahuan olehnya kalau keluar sekarang."

Tetapi yang ada di pikiran Primrose bukan itu. "Selain tidak makan bersama yang lain, kudengar kamu mempunyai menu yang berbeda, betulkah?"

Kiel tampak berpikir, menyajikan pemandangan wajah menggemaskan. "Tidak tahu sih. Selena tidak pernah mengizinkanku makan di kantin."

"Apa menu makanmu hari ini?"

Dilihatnya Kiel berdiri di atas sofa, memperhatikan kertas yang tertempel pada dinding belakangnya. "Hari ini steik dan jus buah."

Senyum Primrose kembali, lebih mengembang dari sebelumnya. "Kalau begitu aku akan tinggal sebentar."

*

Pasca insiden selumbari, aku mengulang metode "menghindari seorang Na Jaemin". Tidak hanya disebabkan ingatan yang selalu memutar otomatis rekam kejadian tanpa tendeng aling-aling, tapi juga karena keinginanku untuk memiliki mesin waktu Doraemon kian tidak masuk akal.

Mau bagimana lagi, peristiwa itu makin teringat makin memalukan.

Aku juga mulai merasakan dampaknya pada psikisku. Bukan niat mendrama tapi serius, badan besar Jaemin selalu sukses membuat jeri. Bahkan seringkali gesturku langsung defensif jika ada dirinya.

cromulent | jaemrenWhere stories live. Discover now