Aisyah hanya diam tak mengubris ucapan suaminya.

Saat tiba di dalam rumah. Mereka langsung mendengar pekikan dari kedua anaknya.

"Umi! Abah! Kucing nya nambah dua!" Pekik Arsya memperlihatkan empat jarinya.

"Dua apa empat?" Tanya Gus Ilham.

"Dua!" Ucap Arsya.

"Terus kenapa tunjukkan empat jari?" Tanya gus Ilham tertawa.

"Oh salah ya?" Pikir anak laki-laki itu.

"Loh? umi kenapa di gendong?" Tanya Arsyi mengernyit bingung.

"Umi capek, makanya mau di gendong." Ucap Gus Ilham. "Kalau begitu, abah bawa umi keatas dulu ya, kalian tunggu di bawa aja. Nanti abah nyusul, kita beli kandang baru buat anak-anak kucing kalian."

"Ciap abah!"

Gus Ilham tersenyum. Sebelum melangkah naik keatas kamarnya membawa sang istri untuk beristirahat.

Tibanya di kamar mereka, Gus Ilham membaringkan tubuh Aisyah dengan hati-hati. "Mau aku temenin?"

Aisyah menggeleng. "Aisyah mau sendiri."

Gus Ilham mengangguk, menerima keputusan istrinya. Ia pun segera keluar.

"Mas Ilham?" Panggil Aisyah sebelum Gus Ilham benar-benar keluar.

Gus Ilham berbalik menatap istrinya. "Kenapa sayang?"

"Kalau lagi tidur, ruh kita berada di genggaman Allah. Ya?"

Gus Ilham mengangguk. "Selamat istirahat, Aisyah cantik," ucap pria itu tersenyum sambil mengacungkan jari tangan bentuk love.

Aisyah hanya mampu tersenyum.

Setelah menutup pintu, Gus Ilham menghela nafas lega. Ia benar-benar takut Aisyah pergi darinya.

"Abah!" Pekikan keras itu menggema, berasal dari bawah rumah. Gus Ilham segera melangkah turun kebawa. Mendapati Arsya mengejar Arsyi yang menarik kaki kucing bulu putihnya.

"Astaghfirullahaladzim." Gus Ilham langsung turun tangan mengejar Arsyi.

"Arsyi, lepasin kucingnya!"

Arsyi sempat mematung mendengar teguran abah nya yang tegas. Ia pun melepas kucing tersebut.

"Nakal!" Bentak Arsya.

Arsyi mengulurkan lidahnya. Gus Ilham memukul pena mulut Arsyi. "Nggak boleh ngulur lidahnya."

"Cakit!" Pekik gadis kecil itu. Padahal abahnya memukul pelan sebagai bentuk teguran.

"Iya, maafin abah. Lain kali jangan keluarin lidah kayak gitu,  Arsya juga, awas aja kalau abah liat kalian, keluar lidah buat ngejek satu sama lain, atau ke orang lain. Abah pukul kalian." Ucap Gus Ilham dalam hati di akhir kalimatnya.

"Aci mau cama umi!" Arsyi kesal pada Abahnya pun, hendak pergi bersama sang umi. Namun tangannya di cekal oleh abahnya.

"Ayo kita beli es krim." Ucap Gus Ilham.

"Katanya mau beli kandang buat kucing-kucing baru?" Tanya Arsya.

"Habis dari beli es krim." Ucap Gus Ilham menuntun anaknya keluar rumah.

"Umi nda ikut, abah?" Tanya Arsyi.

Gus Ilham tersenyum tipis. Mengusap kepala Arsyi. "Umi lagi istirahat. Makanya nggak boleh diganggu."

Arsya dan Arsyi mengangguk.

"Aci mau naik motor, yang di belikan nenek," rengek anak itu. Motor adalah kado dari nenek dan kakeknya yang diberi beberapa bulan yang lalu.

Aisyah Aqilah || TERBITKde žijí příběhy. Začni objevovat