Part 19 (Karena Aku Sakit)

13.1K 364 48
                                    

Aku menghitung dari satu sampai seratus setiap kali tidak bisa tidur, itu yang selalu disarankan Dokter Gita tiap mamah mengajakku konsultasi.

Setiap aku memejamkan mata, ada gelap yang mencengkram tubuhku, rasanya memang tidak sakit atau membuatku ketakutan. Hanya saja, gelap itu membuatku sulit tertidur lelap.

Aku tidur, namun dengan pikiran yang masih aktif bekerja. Otakku tak bisa berhenti berpikir, bahkan sampai membuatku merasa sangat jengah ketika hal itu terjadi.

Umumnya seperti itu, tanda-tanda saat otakku terus bekerja namun tubuhku terlelap. Aku bisa merasakan bahwa kemungkinan aku akan tidur sambil berjalan.

Gejala seperti itu yang membuatku sadar kalau aku memiliki penyakit yang tidak bisa kutahu kapan akan kambuh.

Entah apa yang nantinya akan kulakukan, aku hanya tahu bahwa itu tak membahayakan, baik bagi diriku ataupun orang lain.

Maka aku sama sekali tidak protes saat seluruh keamanan ketat dilakukan oleh mamah selama aku tinggal sendiri.

Aku juga tahu tujuan yang sebenarnya dari adanya Rangga di sini, mamah meminta Rangga untuk menjagaku karena sleepwalking yang kumiliki.

Mamah meminta itu, tapi ia tak tahu bahwa keadaan kami jadi serumit ini kemungkinan karena sleepwalking yang kumiliki.

Aku mencengkram bahu kakak tiriku yang sedang asik menciumi payudaraku dari balik baju tidur, ia terus menggerakkan pinggangku untuk menggesek kelaminnya yang menggembung keras.

Aku ingin menangis, ingin berteriak pada Rangga bahwa apa yang ia lakukan menyakitiku.

Namun keinginan itu hanya semu, aku tidak benar-benar menginginkan itu. Kenyataannya, tubuhku bereaksi positif terhadap semua yang dilakukan Rangga.

Bahu lelaki ini mengetat saat ia berjalan, ototnya menyembul ketika lengannya membawaku terduduk di atas meja rias, ia menyingkirkan semua kosmetik di atasnya dengan hati-hati, membuat ruang untuk diriku duduk di atasnya.

"Anindira...." Aku tak tahu bahwa diriku bisa bergetar saat mendengar seseorang memanggil namaku di sela gairahnya.

Mata Rangga yang biasanya lembut kini terlihat menyala, membakar rasa warasku menjadi serpihan abu yang tak terlihat.

Kini aku hanya bisa memandangi matanya yang menghipnotis, membiarkan kakak tiriku untuk melakukan hal-hal yang harusnya tidak ia lakukan pada adik tirinya.

Mulutku terbuka saat telunjuk besar Rangga mengarah pada bagian bawahku yang terasa basah, menggesek bahan celana dalamku yang basah, menggeseknya seperti sebuah kebiasaan yang sering ia lakukan pada bagian itu.

Aku gemetar, mencengkram bahunya lebih kuat, merasakan sesuatu yang licin mengalir dari vaginaku yang gemetaran.

"Mas..." Ingin rasanya aku mengutuk diriku sendiri, bisa-bisanya aku memanggilnya 'Mas' di situasi yang berbahaya seperti ini.

Rangga mengangkat wajahnya, memandangi wajahku dengan ekspresi ganjil, kemudian ia mengangkat ujung bibirnya saat tersenyum, sekaligus memasukkan jari telunjuk dan tengahnya ke dalam lubang yang ada di vaginaku.

"Aaaaaahhhhh...." Aku menjerit, tidak menyangka kalau lubang di sana bisa dengan mudah dimasuki oleh jarinya yang panjang.

Mulutku menganga, memandangi wajah kakak tiriku yang tersenyum makin lebar dengan pandangan buram.

"Hangat sekali di dalam sini, dua jari mas kamu hisap, apakah ini juga jadi kesukaanmu selain sosis yang biasanya masuk ke dalam mulut ini?"

Mataku melebar, mendengar tiap kata yang keluar dari mulutnya membuatku merasakan sesuatu yang aneh, lebih aneh dari kenyataan bahwa diriku membiarkan Rangga melakukan semua ini, mencabuliku dengan kesadaran penuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kamar SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang