Part 5

45.5K 1.6K 98
                                    

Kalian pernah gak, ngerasa kehilangan sesuatu tapi gak tahu sesuatu itu apa, gak tahu kalian itu kehilangan apa. Pernah gak? Kalau pernah, berarti kita sama.

Sejak bangun pagi ini, aku merasa ada sesuatu yang aneh terjadi pada diriku. Bukan perasaan buruk sih, masalahnya aku justru merasa lebih santai dan bahagia?

Aneh bukan? Belum pernah aku merasa tubuhku sesantai ini semenjak si brengsek Wisnu mengkhianati hubungan kami.

Tapi pagi ini, sejak aku membuka mata sampai masuk kelas pagi karena dosen manajemen bisnis seenaknya membuat kelas pengganti, aku merasa bahagia dan santai.

Aku seperti habis menenggak minuman berisi hormon dopamin di dalamnya. Aku bahkan tidak sadar terus tersenyum sepanjang hari, Caca yang merasakan perubahan drastis pada suasana hatiku terus-terusan bertanya apa penyebab diriku sangat amat murah senyum hari ini.

"Apa?" aku bertanya padanya yang terus memandangiku, kami ada di kantin kampus sekarang.

"Kenapa sih lo, kaya abis menang lotre satu milyar tau gak. Tumben-tumbenan murah senyum." Caca memicingkan mata, menatapku curiga.

"Apasih, senyum salah, gak senyum dibilang galak."

"Hmm..iyasih, bagus juga sebenernya lo lebih murah senyum. Tapi aneh banget, apa yang ngebuat suasana hati lo baik hari ini?"

"Karena cuaca yang cerah?" aku menjawab sambil tersenyum, Caca menepuk bahuku keras membuatku mengaduh.

"Lo sehat kan, Nin? Liat ke luar, dari pagi sampe sekarang tuh masih gerimis. Makannya kita terpaksa makan di kantin! Cuaca cerah dari hongkong?" Caca histeris, aku terkikik geli mendengar suaranya yang meninggi.

"Jadi kenapa lo bisa seneng banget hari ini?" ia melanjutkan pertanyaannya, tidak mau meninggalkanku dengan kebahagiaanku sendiri.

Tapi kebahagiaan apa? Masalahnya aku tak tahu apa yang membuat hatiku merasa bahagia.

"Gak tahu, mungkin gue lagi goodmood. Kaya lo gak pernah goodmood aja sih." aku mengangkat bahu, menyeruput jus wortel sambil bersenandung.

"Gila, serius? Lo bahkan nyanyi sekarang. Gue ngerasa de javu."

"De javu apaan?" aku bertanya, menatap Caca yang masih memicingkan matanya padaku.

"Gue pernah ngerasa sebahagia lo, sampe bikin gue senyum terus sepanjang hari, bahkan ampe seminggu kayanya." Caca berkata, membuatku sedikit tertarik dengan ceritanya.

"Ohyaa? Kenapa tuh?" tanyaku, tidak terlalu antusias sebenarnya.

"Waktu gue dibobol." Caca menerawang, aku mengernyit menatapnya, tidak mengerti dengan apa yang ia maksud.

"Pertama kalinya gue ngentot, saking enaknya gue jadi melayang sampe seminggu."

Aku tersedak jus wortelku, sialan Caca! Untung kami duduk di barisan paling belakang dan jauh dari banyak orang di kantin.

"Gendeng, kalo ada yang denger gimana. Sialan.." Aku melotot padanya, Caca malah ngakak sambil menepuk meja dan berlagak sok seksi saat mengatakan bahwa cuma diriku seorang yang masih perawan di kampus ini.

Aku memutar mataku, seakan status perawan di zaman sekarang adalah hal yang aneh. Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan urusan keperawanan, alasan mengapa aku masih menjaga status itu hanya karena aku merasa belum siap.

Aku tipe orang yang harus mempersiapkan segala hal sebelum melakukan sesuatu. Aku sangat suka dengan pepatah, siapkan payung sebelum hujan, dan pepatah itu seakan menjadi pedoman dalam hidupku.

Kamar SebelahWhere stories live. Discover now