Part 15

34.8K 1.8K 280
                                    

Rangga hanya mencintai dua hal dalam hidupnya, yang pertama adalah neneknya, kedua adalah foto buram wanita yang nenek bilang merupakan sosok dari ibunya.

Tapi ternyata, dua hal itu benar-benar menghilang.

Walau kebanyakan orang berkata kita bisa menyimpan sosok yang kita cintai dalam hati, meskipun mereka sudah pergi ke dunia yang tak bisa kita kunjungi.

Rangga mencoba melakukan itu, selama setengah dari hidupnya, mengingat wajah nenek dan foto buram ibunya yang mulai memudar dalam ingatan, ia selalu berusaha dan berhasil. Meski sedikit, ia mempunyai gambaran dari dua hal yang paling ia cintai di dunia.

Selama ini Rangga merasa cukup, ia juga tak pernah peduli dengan perasaan sepi yang mengintainya sepanjang waktu, atau rasa ingin memiliki teman bicara yang tidak pernah ia punyai.

Rangga merasa nyaman, sampai ia bertemu Anindira Arabel.

Adik tirinya yang galak itu benar-benar menjungkir-balikkan kehidupan Rangga yang baik-baik saja dan lurus, benar-benar lurus karena ia bukan tipe anak yang akan membuat ayahnya kecewa.

Rangga tidak merokok, ia juga tidak minum alkohol. Satu-satunya kenakalan yang pernah ia lakukan adalah diam-diam menonton film porno yang teman sekelasnya masukkan ke dalam laptop Rangga, dan setelah itu ia mengocok penisnya sampai muncrat.

Hanya itu yang Rangga lakukan, dan lambat laun ia mulai mengerti kalau apa yang ia perbuat bukanlah kenakalan. 

Ia masturbasi karena kebutuhan, gairahnya sebagai lelaki tentu saja akan muncul sewaktu-waktu, dan jalan keluar paling aman adalah mengocok penisnya sendiri.

Rangga belum pernah melakukan hal intim dengan lawan jenis, merasa akan menyesal jika melakukan hal-hal seperti menjalin hubungan dan melakukan seks, Rangga mencoba menjadi pria sopan yang berpikiran matang sebelum melakukan apapun, ia benar-benar berusaha menempatkan otaknya di kepala, bukan diantara kedua pahanya yang menggembung seperti kebanyakan dari lelaki di dunia.

Itu yang Rangga kira, dan memang selama ini ia sudah berhasil.

Tapi kehadiran Anindira mengacaukan segalanya, Rangga lepas kendali, bagai hewan karnivora yang dipaksa berpuasa dan hanya makan sayuran selama ini, gairah Rangga sudah sampai tahap tak bisa dibendung.

Kepalanya panas saat melihat lubang vagina adik tirinya yang merekah indah, merah muda warnanya membuat Rangga ingin kembali memasukkan lidahnya ke sana, mencicipi cairan creamy hasil dari vaginanya yang lembut.

“Anin…” Rangga menyebut nama adik tirinya yang sibuk mengocok penis dan dua bolanya yang menegang.

Adiknya itu tersenyum sumringah, seakan sedang bermain game dan berhasil memenangkan permainan sulit itu.

Rangga menyentuh bibir Anindira, memasukkan jari telunjuknya yang besar ke dalam mulut adiknya yang hangat, melakukan hal yang ingin sekali ia lakukan pada vagina Anin yang cantik.

Ia ingin memasukkan penisnya kemudian menggenjot lubang bergetar itu sampai adiknya sakaw, memanggil nama Rangga dan orgasme dengan jutaan volume cairan cinta yang berbau wangi.

Tapi semua hal yang dia ingin lakukan tidak akan bisa dengan mudah ia dapatkan, apalagi sekarang ia sudah tahu bagaimana ekspresi takut sekaligus marah yang Anin miliki, adik tirinya itu berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis di depannya, wajah eksotisnya memerah karena amarah, Rangga yakin jika sedikit saja ia mengonfrontasi adiknya, maka Anin akan kembali menampar wajahnya.

Mungkin malah membunuhnya….

“Gak usah gila, gue gak mungkin lakuin itu ke el-mas.” Anin mengernyit, masih menatap tubuh telanjang Rangga yang juga penuh bilur kemerahan.

Kamar SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang