Prolog

87.4K 1.6K 32
                                    

Sudah sebulan kami tinggal bersama, tidak. sebenarnya aku yang menumpang di apartemen milik adik tiriku. Itu yang dikatakan Anindira padaku sesaat setelah orang tua kami pergi, ia menegaskan bahwa aku harus membersihkan apartemen karena sudah diberi izin menumpang secara gratis.

Saat pertama kali kami bertemu, Anin terlihat lebih cantik dari foto yang ditunjukkan ibu tiriku sebelumnya. Posturnya tinggi untuk gadis seusianya, namun tidak kurus seperti gadis-gadis yang ingin menjadi langsing.

Anin justru memiliki perawakan yang sintal, sepertinya Tuhan tahu bagian mana dari tubuh Anin yang bagus untuk diberikan sedikit lemak sehingga membuat tubuhnya pas di bagian-bagian tertentu.

Wajahnya manis dengan kulitnya yang sawo matang, sangat berbeda dengan kulitku yang pucat bak ketumpahan susu kambing. Mungkin karena aku lama tinggal di desa dekat pegunungan, aku jarang merasakan panas matahari yang menyengat tubuh.

"Jadi lo harus bersih-bersih, cuci baju lo sendiri dan jangan sembarangan masuk ke kamar gue!" Anin mendecak padaku sesaat setelah orang tua kami pergi, ia menyilangkan tangannya di dada.

Adik tiriku ini memang manis dan cantik, hanya satu kekurangannya. Ia sangat ketus dan keras kepala, aura sombongnya sangat jelas tercetak di wajahnya yang angkuh, aku tak tahu apakah ia hanya bersikap ketus padaku, namun yang pasti dia berani menatap langsung mataku dengan mendongakkan kepalanya.

Aku menunduk mensejajarkan tatapan kami,  "Ya. Ibu bilang tadi, kamu harus panggil saya mas."

"Apa? Mas? jangan ngarep!" ia mencemooh, berbalik dan menghilang ke dalam kamarnya, tepat di seberang kamarku.

Aku mendesah, sudah seharusnya ia memperlakukanku seperti orang asing. Karena, siapa yang bisa menerima gelandangan yang tiba-tiba datang ke dalam hidupnya?

Sebulan aku tinggal di apartemen ini, tidak ada yang spesial. Kami tidak pernah bertemu atau mengobrol lebih lama dari 10 detik. Kami makan terpisah, Anin juga memiliki kamar mandi sendiri di dalam kamarnya.

Semester ini aku kebanyakan memiliki kelas pagi, sedangkan yang kutahu, Anin banyak memiliki kelas siang. Ia juga sering pulang larut, seperti malam ini, aku terjaga sampai pukul 1 dini hari hanya untuk menunggunya pulang.

Sebenarnya aku bisa saja tidur, toh Anin bisa membuka pintu apartemen dengan kartu akses yang ia miliki. Namun aku telah diwanti-wanti oleh ibu tiriku untuk mengunci pintu apartemen dengan kunci manual dari dalam setiap malam setelah Anin tertidur.

Aku memang tidak pernah tahu apakah kunci otomatis dalam apartemen juga memerlukan kunci manual, namun apartemen Anin memiliki keduanya, seperti sengaja diprogram dan dibuat khusus agar pintunya bisa dikunci dari luar ataupun dalam.

Ibu tiriku juga berpesan untuk menyimpan kuncinya, jangan biarkan menggantung atau tergeletak, maka selama ini aku membawa kuncinya dan meletakkan di dalam laci nakas di kamarku.

Tiit tiit.. Klang...

Akhirnya adik tiriku pulang, ada suara kedebug dan rintihan sakit dari luar kamarku. Aku bergegas membuka pintu, mendapati Anin yang tengkurap dengan sepatu berserakan di lantai.

"Nin?.. " aku memanggil namanya, namun tak ada jawaban, adikku ini malah bergeser, menelungkup memeluk lututnya sendiri.

Aku mengangkat tubuhnya, ada aroma manis yang memuakkan menguar dari tubuhnya. Aku tahu ini alkohol, berapa banyak yang dia minum sampai bisa tepar seperti ini.

Aku menggotongnya ke kamar, menidurkan tubuhnya dan menyelimuti kakinya yang bergetar kedinginan. Aku mematikan lampu kamar, dan melakukan ritualku yang biasa, mengunci pintu depan secara manual.

Setelah meletakkan kuncinya ke dalam laci, aku menyelimuti diriku sendiri dan bergegas tidur, sudah dari dua jam yang lalu aku menahan kantuk, ditambah besok aku memiliki kelas pagi.

Sepertinya aku sudah berada di langit ketujuh saat kurasakan sesuatu yang basah menyentuh kulitku secara langsung. Kemudian beban berat ada di atasku, aku membuka mata, mendapati sosok wanita yang sedang menjilati bibir dan kulit wajahku.

Aku mengerjap, menyesuaikan penglihatanku dengan dibantu cahaya temaram yang datang dari celah pintu kamarku yang terbuka.

"Anin?" aku memanggil namanya, berusaha menyingkirkan tubuhnya yang menindihku.

Sialan, aku lupa mengunci pintu kamarku. Kulirik jam kecil di nakas, demi tuhan ini jam 2 dini hari. Belum ada sejam semenjak aku tertidur.

Anin terlihat linglung, ia diam saja menatapku. Matanya yang biasanya waspada dan galak, kini sendu dan sayu. Ia masih mengenakan pakaian yang tadi, masih ada juga noda eyeliner di bawah mata dan pipinya.

Aku berusaha bangkit berdiri, ingin mengantarnya kembali ke kamarnya. Namun Anin menubrukku, membuatku kembali tertidur di kasur. Ia kemudian menurunkan celana tidurku, kami sama-sama kaget saat penisku meloncat keluar dari sana.

Anehnya Anindira terpekik girang ketika melihat penisku berdiri tegak dan mengeras, sedangkan aku hanya diam menatapnya seperti orang tolol, aku sendiri tidak tahu kapan aku ereksi dan mengapa aku bisa ereksi.

"Behhsarr.. " ia tersenyum padaku, suaranya terdengar melantur, ia menangkup ereksiku dengan jemarinya yang lentik.

Aku terkesiap, tidak. Bukan seperti ini harusnya, dimana Anindira yang galak dan sangat membenciku. Anindira yang normal tidak akan mau melakukan hal seperti ini, ia bahkan benci untuk sekadar mengobrol denganku.

Aku berusaha menyingkirkan tangannya, namun ia mencengkram penis tegangku dengan ketat, mengocoknya girang layaknya anak kecil yang memiliki mainan baru.

***

Catatan:

Hi, aku membawa cerita baru...

Sebenarnya cerita ini sudah lama menganggur di folder yang berisi banyak plot-plot cerita yang tidak kuteruskan haha... Maafkan aku Rangga dan Anin.. Tapi sepertinya aku akan mulai melanjutkan cerita ini karena Tetangga Dudaku dan Marcus Uncle yang rencananya akan segera kutamatkan.

Aku tidak berjanji, namun akan kuusahakan upload cerita ini secara teratur seminggu sekali karena ada beberapa part yang sudah kubuat sebagai draft, jadi aku tinggal melakukan penyuntingan di sana sini saja.

Untuk teman-teman yang tertarik, jangan lupa masukan cerita ini di library atau reading list kalian yaa.. Follow juga akun wattpadku ini untuk mendapatkan notification update-nya..

Sampai jumpa di Part 1 cerita Rangga dan Anin.. See you...!

Kamar SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang