Part 3

46.9K 1.6K 95
                                    

Part ini khusus aku dedikasikan untuk kamu reedlyfxr Alhamdulillah aku sehat, makasih yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part ini khusus aku dedikasikan untuk kamu reedlyfxr Alhamdulillah aku sehat, makasih yaa..

***

Anindira masih tidur, padahal jam alarmnya sudah protes berkali-kali. Entah sudah berapa kali ia menekan tombol tunda pada alarm, membuat benda kecil cerewet itu diam, namun kembali berbunyi 10 menit kemudian.

Matanya sulit dibuka, ia merasa sangat lengket dan menyadari bahwa ia tidur menggunakan baju pestanya semalam. Anin mengucek mata kanannya, mendapati belek berwarna hitam di telapak tangannya. Sial, ia tidak membersihkan wajah semalam.

Gadis dengan tinggi 165cm itu mencoba duduk di ranjang, merasakan sengatan sakit di belakang kepala dan lehernya. Ia masih mencoba mengumpulkan nyawa saat bunyi pintu depan menyadarkannya bahwa seseorang baru saja masuk ke dalam apartemen.

Itu pasti kakak tirinya, Rangga. Sebenarnya Anin sudah merasa terbiasa dengan kehadiran kakak tirinya itu, apalagi Rangga seakan membuat jejak kehadirannya ada di mana-mana. Ia selalu membuatkan makanan untuk Anin, padahal sekalipun tidak pernah Anin sentuh.

Namun kali ini, sepertinya Anin terpaksa akan memakan masakan Rangga. Cacing di perutnya meronta, ia terlalu malas untuk membuat makanan. Ia hanya akan makan apapun yang ada di kulkas sekarang.

Anin melirik alarm yang menunjukkan pukul 2 siang. Sudah lebih dari setengah hari ia tertidur, ia ingat pulang ke rumah sekitar jam 12 menggunakan taksi, tapi ia lupa bagaimana caranya bisa sampai ke kamarnya kemarin malam.

Sialan Caca, dia tahu hari ini Anin harus masuk kelas, tapi tetap mencekoki alkohol padanya. Sudah bisa dipastikan ia telat masuk, dan absensinya yang berharga akan melayang sia-sia.

Tubuhnya terasa remuk, apalagi bagian belakang kepala dan tengkuknya. Ia seperti terjatuh atau menubruk sesuatu yang keras. Tapi Anin sama sekali tidak ingat mengapa belakang kepalanya terasa sangat sakit.

Ia merenggangkan otot di tubuhnya, mencoba berdiri dan menuju kamar mandi untuk membersihkan wajah, menggosok gigi dan buang air kecil. Perutnya sangat mual, lehernya benar-benar sakit, Anin tidak heran jika ia jatuh di suatu tempat saat menuju apartemen mengingat dirinya merasa sangat mabuk semalam.

Ia berjalan ke dapur dan membuka kulkas. Tebakannya benar, Rangga meninggalkan makanan untuknya. Kali ini ada sepotong sandwich isi kornet sapi di sana. Setelah dipanaskan, Anin menggigit sepotong, rasa meleleh keju di mulutnya membuat Anin terpejam.

Sudah lama Anin menebak bagaimana rasa masakan Rangga yang berasal dari kampung itu. Ternyata tidak buruk, seleranya terhadap makanan lumayan cocok dengan selera Anin.

Anin masih sibuk mengunyah sandwich-nya di atas bangku tinggi dapur saat Rangga keluar dari kamar. Anin menoleh dan tatapan mereka bertemu, Rangga langsung mengalihkan pandangan, berjalan mengitar untuk mengambil minum di kulkas.

Kamar SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang