Ke-tujuh teman masa SMP yang berpisah karena sekolah di SMA yang berbeda, Kembali berkumpul saat mereka akan menjadi Mahasiswa baru di sebuah kampus.
Dua dari ke-tujuh orang itu sama-sama memiliki perasaan sejak SMP, tapi belum saling mengungkapka...
Melihat postingan mervin ditwitter dengan foto hillyan disana membuat jendral tak menyangka dirinya sudah dibohongi, jendral putuskan untuk bertanya pada Jeremy untuk memastikan kecurigaannya benar atau tidak.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Setelah pesannya tak kunjung dibaca hillyan langsung menolehkan kepalanya kearah mervin, menatap mervin dengan mata yang beraca-kaca.
"lo bikin tweet foto gue?" tanya hillyan pelan.
"iya Ly, kenapa?" tanya mervin sambil menyetir.
"Lo lupa kalo gaga ngga tau kita pergi bareng? Gaga jadi tau dan marah sama gue" tanya hillyan yang sudah mulai berkaca-kaca.
"Ly sorry, gue beneran lupa" mervin memandang hillyan tak enak.
"anter gue kerumah gaga" ucap hillyan ketus.
Mervin mengangguk lalu melajukan mobilnya menuju rumah jendral, mervin merasa sangat bodoh mengapa dirinya bisa lupa kalau hillyan pergi tanpa izin dari jendral, mervin bisa habis dipukuli setelah ini, sedangkan hillyan dikursi sebelah sedang sesenggukan karena merasa bersalah pada jendral.
Begitu sampai dirumah jendral, hillyan turun dari mobil mervin dan berlari masuk kedalam rumah jendral, berjalan cepat menuju kamar milik jendral, dapat hillyan lihat jendral sedang duduk dikamarnya sambil menghisap rokok.
Hillyan duduk di samping jendral dan jendralpun menyadari itu, tapi dirinya tak berniat untuk menatap kekasihnya itu.
"Maafin aku" ucap hillyan sedikit takut karena jendral sedang mengeraskan rahangnya.
"mau dengerin aku dulu ngga? aku mohon jangan marah ga" ujar hillyan lagi.
"Mending lo pulang, bang Jeremy khawatir sama lo" ucapan jendral membuat hillyan semakin ingin menangis.
"Gaga, aku Cuma anter mervin buat pergi ke rumah kakaknya karena ponakan mervin ulang tahun, ponakan mervin kenal sama aku dari duu, dan kedatangan aku kesana itu sebagai kado dari mervin" jelas hillyan panjang lebar.
"Pulang Lyan!" sentak jendral.
"Please gaga aku gga mau kamu salah paham" hillyan mencoba menggapai tangan jendral namun segera ditepis oleh jendral
"Sekarang gue tanya, kenapa lo ngga izin sama gue?" tanya jendral dengan wajah datar.
"Mervin bilang takut kamu ikut kesana kalo aku cerita, mervin cuma mau ponakannya seneng karena cuma gue yang mervin bawa" ucap hillyan memberi penjelasan.
"Gue ngga akan tega rusak kesenengan ponakan mervin kalopun lo cerita, se nggak percaya itu Lo sama gue?" jendral menatap wajah hillyan yang sudah basah.
"Dengan lo pergi tanpa izinbatau tanpa sepengetahuan gue, gue berasa diselingkuhin" ujar jendral sudah merasa emosi.
"Sekarang lebih baik lo pulang, abang lo pasti khawatir"
"Gue belum bisa diajak ngobrol baik-baik sekarang, gue masih emosi, gue ngga mau nyakitin lo, mending sekarang lo pulang" ujar jendral lalu berdiri dari duduknya.
"ohh okey, aku pulang, sekali lagi maafin aku ya take your time gaga" hillyan mengusap air matanya kasar.
Hillyan pergi dari kamar itu, berjalan gontai menuruni tangga, masuk kedalam mobil mervin tanpa banyak kata, hillyan hanya butuh menangis sekarang ini, mervin yang paham hillyan tidak ingin diajak bicara pun langsung mengantarkan hillyan pulang kerumahnya.
Sesampainya mereka dirumah, hillyan tanpa pamit langsung keluar dari mobil itu laku masuk kedalam rumahnya, meninggalkan mervin yang semakin merasa bersalah.
Jeremy yang melihat hillyan berjalan sambil menangis pun buru-buru mengikuti adiknya itu, mengekori hillyan hingga duduk dikasur besar miliknya itu masih dengan air mata yang terus mengalir.
"kamu dari mana aja dek? kenapa nangis gini pulangnya? ada yang jahatin adek?" tanya Jeremy panik.
"Jendral marah sama adek, adek ngga zin waktu pergi sama mervin, mervin post foto adekdi twiter makanya jendral marah,adek datengin kerumahnya tapi jendral-nya belum mau diajak bleara baik-baik masalah ini" hillyan masih terus menangis sambil berusaha menjelaskan.
"adek harus gimana?" tanya hillyan lirih.
Jeremy bawa tubuh adik kecilnya ke dalam pelukannya, mengusap rambut halus itu lembut, hillyan tak membalas pelukan itu, dirinya hanya meracau kata maaf karena rasa bersalah yang masih bersarang dihatinya.
"abang paham posisi jendral dek, jendral pasti marah karena adek ngga izin waktu mau pergi padahal adek itu pacarnya jendral" ujar Jeremy dengan nada lembutnya.
"Abang saranin adek biarin, Jendral sendiri dulu, nanti kalo jendral udah tenang pasti dia sendiri yang akan ajak kamu buat omongin hal ini, percaya sama abang" Jeremy memberi nasihat pada hillyan.
"Tapi mau sampe kapan" tanya hillyan pelan.
"Kalo itu abang juga ngga tau, tapi abang yakin rasa cinta yangendral punya itu lebih besar dari rasa marahnya, pasti secepetnya dia akan maafin adek, asal adek ngga akan nglakuin kesalahan yang sama" ucapan Jeremy membuat hillyan semakin menangis.
Kenapa dirinya tidak jujur saja pada jendral, jendral itu orang yang sangat baik, pasti dirinya akan mengizinkan hillyan pergi karena tau hillyan akan berbuat baik pada orang lain.
Malam itu Jeremy temani hillyan untuk tidur karena adiknya itu merengek ketika pelukannya dilepaskan.