Ke-tujuh teman masa SMP yang berpisah karena sekolah di SMA yang berbeda, Kembali berkumpul saat mereka akan menjadi Mahasiswa baru di sebuah kampus.
Dua dari ke-tujuh orang itu sama-sama memiliki perasaan sejak SMP, tapi belum saling mengungkapka...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hillyan sudah berada di basecamp saat ini, dirinya masih sedikit mengantuk jadi dia putuskan untuk merebahkan kepalanya dipaha jio yang sedang duduk bermain game bersama mervin.
sedangkan keempat temannya yang lain sedang berada di dapur karena akan memasak ramyeon untuk dimakan bersama.
"tidur dikamar aja, kemaren udah dipasangin sprei baru kok sama cello" ucap jio tanpa menatap hillyan.
"Ngga mau ah" jawab hillyan singkat.
"Lo jauh jauh dari qumah kesini, cuma mau molor lagi?" ucap Rey saat sudah berada di samping hillyan.
"Brisik amat sih lo, gue cuma masih lemes aja, sini bagi ramyeon-nya" hillyan mendudukan dirinya.
Tanpa diminta dua kali, cello mengambilkan ramyeon itu untuk hillyan, hillyan menerimanya lalu langsung melahapnya, tanpa perduli dengan jendral yang sedari tadi menatapnya sambil tersenyum gemas.
Mereka bertuju langsung menyantap ramyeon itu sama-sama, setelahnya mervin terkena hukuman untuk menyucikan piring mereka semua.
Setelah mervin menyelesaikan hukumannya, mereka bertujuh duduk melingkar di karpet, mereka ingin memainkan sebuah game.
"oke, kali ini kita main TOD ya" ucap Rey memulai.
"Peraturannya, kita putar botol ini, kalau ujung tutupnya mengarah ke salah satu diantara kita, itu dia harus milih Truth or Dare, habis itu gue akan putar botolnya lagi, untuk menentukạn siapa yang berhak bertanya atau memberi hukuman"
"sekarang kita mulai ya" ucap Rey lagi.
Rey mulai memutar botol itu, ujung tutup botol itu mengarah pada jio, lalu rey kembali memutar botol itu dan ujungnya mengarah ke nathan, nathan tersenyum jahil saat kepala botol itu mengarah kepadanya.
"Truth or Dare?" tanya nathan lalu terkekeh.
"truth aja deh" jawab jio cepat.
"Ok, pertanyaannya kenapa lo dulu bisa suka sama cello?" tanya nathan sambil sesekali menaikan sebelah alisnya.
"Gue juga ngga tau, kenapa dulu gue bisa suka sama cello,tapi kan gue udah omongin semuanya baik-baik jadi gue udahngga ada masalah sama dia" jawab jio lalu tersenyum kearah cello.
"Lucu anjir keinget jaman dulu, yaudah gue lanjut ya" ucap Rey menambahi.
Rey kembali memutar botol itu, kepala botol mengarah kearah mervin dan semuanya tertawa, mervin yang tau pasti akan dijahili pun menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Rey memutar botol itu lagi dan mengarah kepada dirinya sendiri, Rey tertawa kencang karena punya kesempatan menjahili mervin.
"Lo harus pilih dare mervin" ucap Rey sambil memukul paha mervin.
"ngga seru lo, terlalu cupu" teriak cello pada mervin.
"bodo amat" jawab mervin cuek.
"Pertanyaan-nya, diantara keenam temen lo disini, lo pernah naksir salah satunya ngga? trus sebutin namanya" ucap Rey memberi pertanyaan.
"Jangan diledekin ya, gue pernah naksir Lyan, tapi sumpah sekarang udah biasa aja" mervin menjawab itu sambil memperhatikan jendral.
Mereka yang mendengar itu tertawa termasuk hillyan, namun tidak dengan jendral, jendral mengeraskan rahangnya karena dugaannya selama ini terbukti benar, jendral pernah berfikir mervin menyukai hillyan karena mervin sering kali menggoda hillyan.
Belum juga dirinya mereda, Rey sudah kembali memutar botol itu lalu kepala botolnya mengarah kepada hillyan, jendral pandangi wajah manis itu dalam diam.
Setelahnya Rey kembali memutar botolnya, dan kepalanya berhasil mengarah pada cello.
"Pilih dare dong Ly masa dari tadi ngga ada yang pilih dare" ucap cello malas.
"gue pilih dare, tapi lo jangan aneh-aneh ya" jawab hillyan ragu.
"ngga aneh kok, gue jamin" ucap cello semangat.
"ok gue pilih dare" ucap hillyan singkat.
"Gue mau, sekarang juga lo telfon orang yang lo suka, dan bilang lo sayang dia" hillyan memenangi wajah-wajah temannya lalu tersenyum canggung.
"ngga bisa gitu dong, gue kan udah pilihin dare-nya, buruan telfon" ucap cello tak mau kalah.
Hillyan mengambil ponselnya yang berada didalam saku celananya, lalu dengan ragu menelfon orang yang sedang hillyan suka saat ini untuk memenuhi persyaratan dare tadi, beberapa detik nomor yang dipanggil sudah terhubung, lalu mereka semua dikejutkan dengan bunyi ponsel jendral yang berada diatas meja.
Semaunya menatap hillyan yang kini menunduk malu, mereka semua tersenyum karena misi mereka telah berhasil dijalankan, jendral tatap wajah pujaan hatinya dengan senyum manisnya, jendral kini tau bahwa hillyan punya rasa yang sama terhadapnya, namun belum juga jendral menjawab telfon itu, hillyan mengambil tasnya lalu bergegas lari keluar dari base camp, hillyan berlari secepat mungkin agar teman-temanya tak mampu mengejarnya.
Hillyan hanya masih takut terhadap tanggapan jendral yang kini sudah mengetahui dirinya menyukai jendral.
Semua orang yang berada di basecamp kini panik karena ini buka seperti yang mereka harapkan, mereka ingin setelah hillyan menyelesaikan dare-nya, jendral bisa meminta hillyan menjadi kekasihnya laku mereka berpacaran, Lagi-lagi mereka menghela nafas panjang, merasa tak enak pada jendral yang kini masih duduk termenung.