RINTIK KEDELAPAN

1K 45 0
                                    

Have Harsh Words

"Kalau gak bisa keluarin kata-kata yang baik, maka tahan untuk gak keluarin kata-kata yang buruk"
-Ashakira

=====================================

Setelah puas meluapkan segala bentuk rasanya, Asha memilih kembali kerumahnya. Jika kebanyakan orang menikmati hujan dengan tawa sambil berlarian seperti anak kecil, maka Asha hanya berdiri di tempat seolah tidak merasakan hujan yang bahkan sudah membuatnya sangat basah bahkan untuk mengeluarkan air mata sudah tidak sanggup lagi. Asha menatap kosong kedepan di tengah derasnya hujan ini. Bayangan akan Bundanya yang meninggal karna ajakannya yang terkesan memaksa itu, ditambah bayangan akan Ayahnya yang selalu memberi lebam pada wajahnya serta Alan yang terus menyalahkannya atas perginya Bunda mereka dan kini Karina yang yang bahkan jadi penguasa di rumahnya sendiri padahal dari awal Karina sudah merebut orang yang disayangnya, lalu sekarang apa wanita itu juga merebut Ayahnya. Berbagai pikiran ini sudah menjadi satu di kepalanya.

Sampai dirumah, Asha tidak langsung masuk ke dalam rumah, dia memilih duduk di pojok teras rumahnya, menunggu hingga bajunya tidak menetes lagi. Tapi belum sempat dia benar-benar duduk, Aksa sudah datang dengan membawa dua handuk untuk Asha.

"Masuk... ini rumah lo, jangan diluar aja...jangan lupa mandi"

"Iya...."

Mengambil handuk itu dengan tangan bergetar menahan dingin, Asha berusaha menguatkan langkahnya.

"Pakai air hangat "

"Iya...."

"Abis itu tidur "

"Seharusnya ini dialog bokap gue... Lo mau belajar Jadi maling juga ?"

"Setidaknya gue hanya maling kata-kata"

"Gue akan kalah sih kalau debat sama lo "

Aksara membantu Ashakira untuk naik tangga menuju lantai dua, tempat kamarnya berada. Sebab Ashakira begitu lemah untuk membawa tubuhnya yang begitu kedinginan. Namun saat Aksara berbalik, mereka di kejutkan dengan kedatangan Karina yang naik dengan wajah sok berkuasanya.

"Ini bukan jalan menuju kamar lo....ngapain lo kesini ?"

"Opss....lo gak tau ya ? mau gue yang jelasin atau bokap lo aja ? emm kayaknya kalau nunggu bokap lo kelamaan deh...."

Mendengar itu, Aksara seperti kehabisan kesabarannya.
"Gak usah banyak basa-basi ! maksud lo apa hah ?!"

"Santai dong...for your Information...kamar lo udah gak ada, baju-baju lo udah di dalam koper bawah, bukan kamarnya sih yang gak ada, tapi lebih tepatnya, pemilik lama yang gak ada...lo bebas milih kamar dibawah, bebas loh...baik kan gue...tapi kamar ini udah jadi milik gue..."

"Maksud lo apa ngomong gitu, Hah ? ini kamar gue dan selamanya akan jadi kamar gue !!"

Melihat Asha yang mulai melawan tapi dengan suara yang bergetar menahan tangis, Aksa tau sebenarnya Asha berada di titik terlemahnya untuk melawan. Laki-laki itu maju dan menarik paksa tangan Kinan untuk turun dari tangga lantai dua.

"STOP IT ! Gue bukan barang yang seenaknya lo seret gini...ingat ya, Ayah Anugrah udah setuju dan ini rumah dia, kalian gak punya hak !!"

"Cih ! seharusnya lo malu, yang suaranya paling gede tapi ditarik dikit aja udah kesakitan...gimana kalau gue dorong lo aja yah dari tangga ini ?". Aksara melirik Karina yang mulai gentar dengan ancamannya barusan. Pertengkaran itu terus berlanjut sampai suara pintu dibuka dari kamar sebelah mengalihkan tatapan tiga orang itu.

Rintik Terakhir (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum