RINTIK KEDUA

2K 61 0
                                    

⚠Have Harsh Words

"Apakah tetesan nya bisa membawa sedikit bahagia?"
================================

Hujan di bulan ini sungguh menjadi candu bagi Asha. Setiap hari hadir bagai teman setia. Menemani setiap luka yang begitu menyiksa sekaligus memberi sedikit ketenangan jiwa.

Jika ditanya dimana seorang Aksara ?

Maka, jawabannya .......

Di balik layar, menyaksikan begitu banyak drama pedih yang dijalani Asha. Drama yang entah berakhir berapa episode lagi. Sebenarnya dari awal, Aksara sudah menolak keras untuk masuk ke keluarga Pradipta. Berkali-kali Aksara melarang Mommy-nya untuk jadi Istri dari seorang Anugrah Pradipta. Tapi Sarah tetaplah Sarah, dia tidak akan butuh larangan atau masukkan dari siapapun yang tidak berguna untuknya, baginya uang adalah segalanya.

Sampai niat Aksara berubah saat dia melihat secara langsung seorang wanita yang menangis begitu pilu dan Sialnya dia begitu sakit melihat air mata itu, padahal itu baru pertama kalinya melihat Ashakira, sampai dia mencari tau dan menemukan bahwa wanita itu dari keluarga Pradipta. Tentu bagi Aksara ini seperti jalan untuknya, sampai dia bertekad membantu Mommy-nya untuk masuk di keluarga Pradipta.

Brukkk

"Bangsat, berapa banyak lagi lo nyiksa dia hah ?!!".  Cukup, Aksara tidak mampu lagi. Dia juga sakit. Itu yang wajib diketahui.

"Sebanyak-banyaknya...."

"Lo gila, Lan...gue jamin lo bakal nyesal.."

Mengepalkan tangannya, Aksa memilih pergi. Ya itulah jalan terbaik menurutnya sebelum dia benar-benar menghabisi manusia gila itu.

Melihat tubuh Aksa yang perlahan menjauhinya. Alan merasakan sesak yang luar biasa. Tapi, ini bukan sejenis sesak pada pernapasan tapi lebih kepada sesak dengan kehidupan yang sedang dilaluinya.

"Ya...gue emang gila, Sa....gue gila..." Berdarah. Itulah kondisi tangan Alan setelah puas memukul tembok tak bersalah. Bahkan saat ini Alan justru tertawa dengan jalan yang sudah diambilnya. Walaupun dia sadar cara ini memang salah. Tapi... Ah sudahlah Alan capek walau hanya sekedar menjelaskan. Tetap saja dia memang salah.

"Gue pengen menghilang aja, tapi gak punya ilmu apa-apa sih...". Entahlah mungkin kalimat ini spontan keluar dari mulut seorang Alan Pradipta. Tapi setidaknya dia bisa tertawa sendiri dengan pikiran konyolnya, melupakan tanganya yang masih berdarah itu. Bahkan tidak satupun orang yang memahaminya saat ini.

........

Ditemani sedikit rintik hujan,
Hari kedua,
Ini rintik kedua,
Rintik yang menemani seseorang yang sedang duduk di halte bus sambil menikmati hembusan angin serta rintik yang menjadi saksi seorang Ashakira memulai kebisaaan baru, yaitu melukai dirinya. Tapi kali ini, setiap dia melakukannya, kata-kata wanita paruh baya saat itu selalu menghantui pikirannya. Wanita asing yang datang tanpa Asha ketahui siapa dia.

[Semua takdir Tuhan itu baik, jangan terlalu membenci hidupmu...]

"Kalau semua takdir itu baik...kenapa rasanya takdir gue selalu buruk, Tuhan. Setelah Bunda pergi, Ayah dan kak Alan jahat banget...bahkan sekarang harus ada Mommy Sarah dan Karina...hidup gue lucu banget...bahkan gue harus tinggal di rumah yang sama dengan wanita licik itu"

Masih dengan pandangan lurusnya, hingga buliran air yang bukan hanya setitik itu menyentuh permukaan wajah pucat seorang Ashakira Larasvati, percikan air dari sebuah mobil yang melaju itu membuat lamunan Asha pudar seketika.

"Woi lo buta ya?!".  Asha berdiri melihat mobil yang baru saja berhasil membasahinya itu, tidak peduli pada darah yang sudah menghiasi tangannya dan...

Beruntung sekali !

Gotcha !

Tidak jauh dari tempatnya, mobil itu berhenti. Bukan karna berniat berhenti, tapi di depan ada kucing melintas seolah setuju untuk membantu emosi Asha agar tersalurkan. Berniat melempar mobil itu dengan batu yang lumayan besar. Ah Bodo amatlah kaca mobil itu bakal pecah.

Don't Fucking care! Intinya Asha akan melampiaskan semua beban yang di dapatkannya hari ini lewat percikan air itu. Walau terdengar sedikit tidak masuk akal. Konyol !

Sebenarnya bukan karna wajahnya sudah basah dengan air kotor, bahkan dia sudah pernah mengalami hal yang lebih menjijikan dari hal itu. Hanya saja, bagaimana memanfaatkan keadaan untuk meledakkan bom emosi yang sudah lama bersemayam dikepalanya. Boleh kan? sepertinya tidak masalah. Selain melukai dirinya, dia juga butuh objek lain yang bisa membantu menyalurkan segala sakit yang menyapa itu. Bukankah jika manusia lain di perlakukan dengan hal yang sama pasti akan marah juga ? jadi, Asha tidak salah kan ?. Namun belum sempat melancarkan aksinya, pengemudi mobil itu lebih dulu membuka pintu mobilnya dan keluar dari persembunyiannya.

Aksa... Tidak disangka pemilik mobil kurang ajar itu adalah seorang Aksara.

"Lo sengaja ya? ohh I see.. lo juga penikmat luka gue kan? Kenapa kalian hobby banget liat gue sakit, kenapa hanya air ? kenapa gak tabrak gue aja ? gue akan bersyukur sih kalo lo lakuin itu !!!". Tertawa hambar itulah yang dilakukan Asha. Segitu kah dunia membenci hadirnya. Bahkan batu yang sedari tadi digenggamnya mungkin bisa merasa sesak, sebab tangan Asha kini menggenggam batu itu dengan kuat. Namun yang menjadi pelaku justru menghembuskan napasnya dengan santai. Memandang Asha dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Udah selesai berasumsinya ?"

"Maksud lo apa Hah?"

"Gue pikir hanya tubuh lo yang lo rusak Sha.ternyata jalan pikiran lo juga !"

===============================

================================"Jangan pernah memaksa siapapun untuk memeluk jiwamu, sebab cinta seperti halnya agama tiada paksaan di dalamnya"-Jalaluddin Rumi-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

================================
"Jangan pernah memaksa siapapun untuk memeluk jiwamu, sebab cinta seperti halnya agama tiada paksaan di dalamnya"
-Jalaluddin Rumi-

Bantu Vote yaaaawww🤗❤

Rintik Terakhir (END)Where stories live. Discover now