RINTIK KELIMA

1.2K 52 0
                                    


⚠ Have Harsh Words

"Happy time"

🌧🌧🌧

=====================

Setelah puas mengelilingi area Sekolah dari arah depan bahkan sampai belakang, tapi perjalanan Asha hanya diluar bangunan sekolah, sebab dari jam yang masih sangat pagi itu, pintu gerbang belum terbuka. Sampai Asha menjadi siswi pertama yang masuk di area sekolah saat gerbang baru saja dibuka.

Tapi yang dilakukannya setelah masuk diarea sekolah hanya berdiam diri dikelas, menatap ruangan yang begitu berantakan. Jangan lupakan pada kursinya yang sudah berpindah tempat. Bagaimana dia tau ? Asha memberikan tinta Tipe-X dengan inisial namanya (ALP) dibawah bangkunya. Tapi saat dia baru masuk, sudah ada tugas saja. Mencari keberadaan kursinya, karena Asha malas berdebat dengan temannya saat dia sembarang menduduki kursi, sebab temannya juga punya caranya sendiri dalam menandai kursinya. Mungkin lama tidak masuk sekolah sampai teman-temannya menyingkirkan kursinya.

Tapi itu hal yang mudah bagi Asha, kemampuannya dalam menjadi detektif kursi tidak diragukan lagi. Dia menemukan kursinya sudah menempati pojok kelasnya. Akhirnya Asha bisa duduk dengan tenang sambil menunggu datangnya Kinan. Hanya Kinan yang mau berteman dengannya, ralat bukan yang mau berteman dengannya, tapi Asha memang menolak teman yang ingin menyapanya. Sangat sulit baginya mempercayai orang baru. Padahal sebelumnya Asha adalah siswi periang yang gampang dapat teman. Tapi sampai saat ini dia hanya bisa percaya pada Kinan. Walau saat ini dia juga sekelas dengan Aksara.

Aksara sedari masuk di kelas hanya memilih diam memperhatikan gerak-gerik Asha. Bahkan sebelumnya, dia sengaja tidak masuk saat Asha sibuk mengeksekusi kursi-kursi di kelasnya. Jujur saja, Aksa lebih suka melihat Asha sibuk seperti itu, dibandingkan dia hanya menghayal. Sampai datangnya seseorang, mengalihkan perhatian Aksara. Kini Asha tidak sendiri lagi, sudah ada Kinan masuk di kelasnya.

"Ya ampun Sha, gue kira lo berhenti sekolah tau.... Kemana aja sih ?"

"Libur gue.. lagi latihan jadi maling yang handal"

Melirik kesal kearah Aksara yang memang berhenti berdebat saat merasa dituduh jadi maling subuh tadi. Aksara yang sedang disindir justru tertawa tipis. Setidaknya Asha masih bisa bercanda dari segala kerumitan yang dihadapinya.

"Hah? Seriusan, Sha? Lo..... Maling?" Tanya Kinan sedikit berbisik pada kata Maling. Lingkungan Asha memang rusak. Selain keluarganya. Temannya ini juga ternyata lemot, Mana ada orang mengaku jadi maling.

Mendengar respon Kinan yang justru sepertinya percaya saja pada perkataannya, membuat Asha ingin menambah beban otak temannya ini.

"Mau ikutan gak?". Asha menaik turunkan alisnya seolah benar-benar mengajak Kinan untuk jadi maling.

"Lo ngajak gue jadi maling, Sha ?". Kinan berusaha mendekatkan dirinya pada Asha.

"Iya dong, tuh kalau mau lo daftar aja sama dia!". Menunjuk Aksara sambil tersenyum puas. Namun, yang ditunjuk justru mengerutkan keningnya, menatap penuh tanya pada dua wanita ini.

"Gue sih ayo-ayo aja kalo lo mau daftar Kin.. tapi yang petama gue maling adalah sahabat lo itu. Ashakira namanya, gue mau nyulik dia, soalnya cantik". Aksara menoleh pada Asha sambil mengedipkan matanya.

Cih, gombalan klasik!

Bukannya baper Asha justru menatap jijik pada Aksara. Moodnya sudah tidak baik lagi untuk sekedar menanggapi candaan itu. Seolah lupa pada sosok Kinan yang makin dibuat pusing.

"Ini gimana sih ?" Kinan menoleh dengan aneh pada dua orang ini.

Asha maupun Aksa hanya mengembuskan napas beratnya. Percuma membuat Jokes kalau sama Kinan, tidak akan nyambung.

Rintik Terakhir (END)Where stories live. Discover now