RINTIK KETUJUH

1K 39 0
                                    


⚠ Have Harsh Words

"Kalau ada yang membuatmu sedih, maka jauhi. Kamu berhak bahagia !"
-Aksara Abrisam

=====================================

[Kalau lo masih nekat buat kesini lagi, jangan salahkan gue kalau kaki lo gak baik-baik aja kedepannya]

Mengingat kembali kalimat terakhir dari kakaknya di pemakaman itu. Asha mengacak rambutnya secara frustasi, apa segitu besar rasa benci Alan padanya. Asha mengakui semua ini memang salahnya, dia yang terlalu keras terhadap keinginannya justru membuat Bundanya pergi untuk selamanya, tapi tidak bisakah dia mendapat maaf dari Alan atau Ayahnya ?

"Arrghhh...lo pikir hanya lo yang bermasalah setelah kepergian Bunda kak ? Hah? Lo pikir hanya lo !!!?? Gue juga kak...Asha juga.... !!?"

Sekencang apapun Ashakira berteriak, tetap suara hujan adalah pemenangnya.

"Sakit yang lo rasain sama dengan yang Asha alami kak.... Bahkan Asha juga harus menerima kebencian dari kalian karena ini..."

Asha berteriak sekencang mungkin di pinggir jalan. Tidak peduli lagi pada orang lain yang mungkin menganggapnya gila. Toh Asha yakin mereka tidak mengenalnya.

Jalan hidup yang menyebalkan.

Kisah ini membuat Asha memohon untuk kematiannya. Bertahan dijalan ini semakin membuatnya tersiksa tapi lagi-lagi dia harus bisa menenangkan hati dan pikirannya.

.....

Sementara di ruang tengah rumahnya, Aksa berjalan dengan mengepalkan tangannya. Memandang tajam pada Alan yang bersandar di sofa.

Bughhh

"Lo bener-bener bajingan Lan.... Lo pantas... bahkan sangat pantas di sebut kakak yang brengsek."

Bughhh

Alan bangkit untuk melakukan pukulan yang sama seperti yang dilakukan Aksara.

"Dia bukan adek gue lagi kalau lo lupa !!"

"Sadar Lan... Dia adek lo... bahkan berkali-kali lo nyakitin dia, tetap dia nganggap lo adalah kakaknya !!"

"Terus lo apa ? Kakaknya juga ?!!"

"LAN !!!"

"Oh gue lupa lo adalah bayangan yang selalu bersembunyi dibalik sakitnya Asha kan... Lo suka kan sama dia ? Terus kenapa gak berani muncul buat nolongin dia....kalau lo mau jadi pahlawan, bebasin dia dari bokap gue... Gak berani kan lo buat ngelawan, kalau lo sendiri se-cemen ini, gak usah berani sentuh gue !!"

"Lo juga monster !!"

"Tapi setidaknya gue gak jadi bayangan seperti lo, Sa..."

"Gue gak muncul aja, dia udah disiksa mati-matian sama bokap lo...gimana kalau gue muncul ? Dia bisa mati Lan... Lo tau itu kan ?!!!"

"Itu hanya karna lo Bodoh !!"

"Ya...gue bodoh...gue bodoh karna terlalu yakin kalau lo bakalan bisa berubah. Lo satu-satunya harapan buat bebasin dia !"

"Gue gak akan pernah berubah selagi masih liat mata itu, apalagi dia penyebab utama bunda gue meninggal..lo pikir gampang HAH !?"

"Berhenti untuk nyalahin dia atas perginya nyokap lo, itu takdir Lan, lo gak bisa terus-terusan buat gini ke Asha..."

"Terus mau lo apa ? gue suruh dia pergi dari rumah ini atau lo nyuruh gue buat bunuh bokap gue ?"

"Gue gak minta lo untuk lakuin dua-duanya, Asha akan tetap disini dan lo gak perlu buang-buang waktu untuk memikirkan cara ngebunuh bokap lo, walau gue terlihat sesat tapi gue masih takut sama Tuhan untuk nyuruh lo lakuin itu. Gue hanya berharap lo ngomong baik-baik ke bokap lo, biar bagaimanapun lo anaknya juga, dia aja bisa gak sentuh Asha saat ada lo, siapa tau lo bisa hentiin ini.."

Alan justru tertawa miring mendengar kalimat panjang yang keluar dari mulut Aksa barusan. Apa Aksa sudah pandai menyusun skenario ? Tapi sayangnya skenario yang dicoba buat Aksa itu hanya seperti lelucon untuk Alan.

"Kali ini gue setuju sama lo, Sa..."

Mendengar kalimat itu, Aksa bernapas lega, apa ini artinya Alan sudah mulai mempunyai hati yang besar untuk menolong adiknya.

"Lo serius Lan ?"

"Ya, tapi gue setuju sama kata-kata lo yang tadi kalau lo itu bodoh Sa....gue bukan setuju pada usulan lo...tapi ke kata bodoh kalau lo berharap sama gue....nyatanya lo hanya manusia yang gak tau apa-apa dengan rumitnya permasalahan keluarga gue... lo gak akan dapat solusi juga buat ngusir Karina dari rumah kan ?...jadi, dari pada lo buang waktu, mungkin lebih baik lo nyari nyokap lo yang udah sepekan ini gak balik-balik juga..."

.....

"Sialan !!!... Gue gak akan pergi sebelum kalian membayar air mata itu !".

Mengepalkan tangannya, Aksara keluar dari rumah yang penuh perdebatan itu. Percuma saja bicara pada Alan, tetap tidak memberikan hasil. Dengan kecepatan penuh, Aksa tidak lagi mempedulikan pengendara lainnya.

Perlahan Aksara mulai memelankan laju mobilnya. Di depan sana dia mengenali seseorang. Seseorang yang selalu membuatnya jadi bayangan yang tidak terkendali.

 Seseorang yang selalu membuatnya jadi bayangan yang tidak terkendali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"kalau hujan ini bisa buat lo bahagia...maka temui dia, Sha...."

- Aksara Abrisam

==============================

"Tidak mudah untuk menyembuhkan setiap rasa sakit bersama traumanya, melewati fase demi fase yang akhirnya menyadarkan kamu bahwa rencana Allah lebih baik"
- Ustadz Hanan Attaki-

Next ???
Bantu vote yawwww🤗❤

Rintik Terakhir (END)Where stories live. Discover now