RINTIK KEENAM

1.1K 45 0
                                    


Have Harsh Words

"Yang mereka sebut rumah ternyata bukan tempat  pulang ternyaman untukku"
-Ashakira

================================

Pulang

Lagi-lagi Asha harus bertemu rumah ini. Setelah hampir seharian mencoba berteman dengan bahagia, kini harus berusaha berdamai lagi terhadap luka ?

Ah kenapa harus luka lagi, jalan ini rasanya penuh duri.

Sepulang dari sekolah, Asha tidak langsung menuju rumah. Dia berjalan tanpa tujuan dengan terus memandang kebawah. Menghayati setiap langkahnya, sampai tiba pada pukul 14.30 barulah dia memiliki keinginan untuk balik kerumahnya, walau masih dengan sedikit keraguan karna Asha menginginkan kedamaian saat seperti di jalan ini. Sebelum dia benar-benar memutuskan untuk pulang, Asha memilih duduk sebentar di bangku kecil, mungkin bisa dikatakan kursi taman, walau tempat ini masih jauh jika dikatakan taman. Tapi lagi-lagi Asha tidak sendirian, kini ada sosok wanita itu lagi. Wanita yang sempat memberinya nasehat sepekan yang lalu. Menatap aneh pada wanita itu, entah apa yang membawa pertemuan ini, apa sebuah kebetulan atau memang di sengaja, sebab wanita ini selalu datang secara tiba-tiba di samping Asha. Mencoba acuh pada kehadiran wanita ini, Asha memilih memejamkan matanya, hari ini rasanya Asha tidak butuh nasehat lagi, kepalanya terlalu penuh saat ini.

Namun, kali ini wanita itu tidak mengeluarkan suara, justru Asha measakan usapan lembut pada bahunya. Namun Asha tetap diam pada posisinya tanpa membuka mata.

"Saya tidak akan memberikan kamu kata mutiara lagi hari ini, saya tau kamu capek, Nak..."

Wanita itu menatap Asha dengan senyuman tulusnya, walau si pemilik tubuh enggan untuk membuka matanya.

"Tuhan mempertemukan kita bukan tanpa sebab, mungkin ini sudah rencanaNya. Ashakira Larasvati Pradipta, anak paling kuat yang pernah saya jumpai..."

Mendengar nama lengkapnya disebut oleh wanita ini, Asha baru membuka matanya. Menatap seorang ibu yang kini memberikan senyum tulusnya lagi. Namun belum sempat mengeluarkan pertanyaannya, wanita itu sudah lebih dulu angkat biacara.

"Jangan tanya saya siapa dan bagaimana saya mengenalmu, cukup ingat saja nasehat saya, Kamu.....bisa melewati ini. Seorang Ashakira adalah sosok yang kuat, jangan menyerah atau membenci keadaan, ya !".
Kali ini Asha melihat ketulusan dari mata ibu itu. Keyakinan yang kuat seolah memang memaksanya untuk bangkit. Asha membalas senyuman tulus itu dengan anggukan kecil.

"Semoga saya kuat seperti harapan Ibu..."

Ini pertama kalinya Asha merasakan ada kekuatan baru untuk bangkit, walau yang memberinya kekuatan ini entah siapa.

.....

Setelah benar-benar memutuskan pulang dan berpamitan pada ibu itu, Asha memang langsung menuju rumahnya. Tapi masih jauh dari kata sampai sudah bisa dipastikan, di dalam rumah itu sedang tidak baik-baik saja. Teriakan, cacian bahkan barang yang mungkin tiba-tiba punya sayap sampai ikut berterbangan. Mencoba mendekat pada sumber suara, Asha terdiam di depan pintu tidak berniat masuk sama sekali.

[Anda bukan bapak saya terus kenapa saya harus sopan sama anda !? ]

[Anak kurang ajar kamu !!! ]

[Saya memang kurang diajari sama orang tua saya ]

[Kamu sama Ibumu sama saja, merepotkan !!! ]

[Kalau merepotkan, kenapa anda menikahi ibu saya hah !! ]

[Lupa kalau mommy mu itu yang memaksa masuk di keluarga saya hah ?!!]

Cukup !

Asha bosan mendengar itu. Penyesalan karna sudah saling mengenal. Drama memuakkan.

Aksara. Ya, Aksara sedang berdebat bersama Ayah tirinya itu. Ayah tiri dari Aksara adalah Ayah kandung Ashakira.

Memilih mundur dan berbalik 180°. Asha menuju jalan lain. Mereka cukup dewasa untuk menyelesaikan itu. Persetan sampai kapan mereka berteriak. Intinya Asha tau mereka tidak akan berani untuk saling membunuh. Setelah lumayan lama berdebat dengan isi kepalanya, Ashakira memutuskan menjumpai seseorang.

"Assalamualaikum Bunda.... Maaf Kayra lama tidak berkunjung..."

"Bunda..... ". Tidak sanggup lagi. Asha memeluk nisan itu. Menumpahkan segala beban yang begitu berat bahkan berkali-kali lebih berat saat kepergian Bundanya.

"Bunda.....kenapa Bunda ninggalin Kayra..... Apa sekarang bunda juga ikut membenci Kayra ?"

Belum selesai sesi curhatannya, Asha mendengar langkah kaki mendekat dengan hentakan yang keras.

"Ngapain lo disini hah ?!!".

Walau tidak mengangkat kepalanya sama sekali, tapi Asha kenal dengan suara yang begitu familiar. Suara yang dirindukannya untuk berubah jadi lembut. Sepertinya hanya Khayalan !

"Lo budek ? Ngapain lo disini hah ?!! Mau ambil apa lagi dari Bunda gue ?!"

"Kak.. bisa gak sih sekali aja lo gak perlu teriak ?"

"Bisa... Tapi untuk lo...gue gak akan bisa !!"

Malas berdebat, Ashakira memilih berdiri. Mungkin pergi lebih baik. Rintik hujan bahkan lagi-lagi mendukung Asha untuk pergi dari tempat ini. Namun langkahnya terhenti saat Alan membuka suaranya saat Asha beranjak pergi.

"Jangan datang lagi, gue gak akan izinin !!"

Menghentikan langkahnya, dengan sorot matanya yang tajam, Asha berbalik menatap laki-laki itu.

"And I don't need your permission..."

=====================================

=====================================

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kayra kangen Bunda...."
-Ashakira Larasvati-

=============================
"Jika kamu kehilangan sesuatu dalam hidupmu, sebenarnya kamu hanya lupa. Lupa kalau semua itu hanya titipanNya"
- Gus Baha -

Next ??
Bantu vote yaawww 🤗❤

Rintik Terakhir (END)Where stories live. Discover now