RINTIK KEEMPAT

1.4K 50 0
                                    

⚠ Have Harsh Words

"Keluarga ini sakit. Lebih tepatnya rusak. Bahkan dari awal saja mereka semua belajar menjadi monster"

Mengerikan

================================

[Apapun yang terjadi kedepannya,jangan pernah tinggalkan keluarga kita ]

Setidaknya satu kalimat terakhir ini yang dia dapatkan dari Bundanya, mampu menjadi kunci utama seorang Ashakira bertahan. Harapan Bundanya untuk mereka tetap bersatu membuatnya enggan untuk pergi. Andai saja Inayah tau yang dialami putrinya saat ini, mungkin dia akan melepaskan tanggung jawab yang berat itu, sayangnya dia tidak bisa lagi menyaksikan secara langsung penderitaan Ashakira saat ini.

"Ayah Jahat Bun... setelah Bunda pergi, Ayah jadi monster untuk Asha....Bahkan dia juga bawa wanita jahat itu kerumah...dia bawa Karina juga....Bunda tau kan kalau dari awal Asha benci sama wanita itu..."

Kalau saja tidak mengingat pesan bundanya. Asha tentu sudah pergi jauh dari rumah ini. Ditambah lagi dia harus menyembuhkan luka Kakaknya. Setidaknya dia penyebab sakit yang diterima Alan saat ini. Asha juga terus berusaha menyingkirkan Karina si wanita ular itu dari rumahnya.

Sekarang Asha tidak bisa mundur. Jika dia kalah maka bukan hanya dirinya yang rusak tapi semua bagian dari kisah ini. Walau berkali-kali Ayahnya melakukan penyiksaan, tapi tidak, Asha tidak akan meninggalkannya bahkan tidak juga membenci sebab Bundanya selalu berpesan untuk tidak menyimpan benci terhadap orang lain bahkan kini kakak satu-satunya juga ikut berperan dalam menjatuhkan mentalnya. Tapi untuk Karina, sungguh Asha tidak bisa bohong kalau dia benar-benar benci setiap melihat wajahnya.

Menghela napas panjangnya, Asha bangkit dari duduknya saat ini.
"No, Asha... gak ada kata menyerah ! gue harus kuat, hanya segini Hah ? gue masih sanggup !!!"

Berusaha bangkit, Asha tidak boleh terlihat lemah, walau masih kadang-kadang menyakiti dirinya sendiri, tapi itu hanya bentuk penyaluran kecewanya, bukan tahap untuk menyerah. Mungkin ini jalan yang salah, yang seharusnya dilakukan saat dalam kondisi ini memang mendekatkan diri pada Pencipta, tapi untuk saat ini Asha belum bisa menemukan dirinya sendiri. Sayangnya tidak ada yang mengajaknya untuk meminta pertolongan Tuhan. Saat ini Asha serasa hidup sendiri. Hidup yang bagaikan mati. Itulah yang dirasakannya. Bahkan psikiater yang sedang menanganinya selalu memberi nasehat yang bagaikan angin lalu saja baginya.

Menarik napas dalam-dalam, Asha berusaha melewati ini, walau dengan sedikit tertatih. Bangkit dengan mantapnya, Asha membersihkan tubuhnya dan bersiap untuk kembali bersekolah. Ya, saat ini memang Ashakira masih salah satu Siswi SMA kelas XII, walau dia tidak tau apa sekolah itu masih menerima hadirnya, sebab hitungan Alfanya sudah sangat banyak. Untung saja Asha punya sahabat seperti Kinan yang selalu meminta izin atas ketidak hadirannya. Apalagi saat ini Asha sudah berada di semester akhir yang sebentar lagi akan lulus. Tapi tidak mungkin dia datang sekolah dengan wajahnya yang penuh bekas lebam kan ? Kini Asha mencoba mengambil ponsel kecil diatas mejanya. Ponsel sederhana pemberian terakhir dari wanita yang begitu dirindukannya.

Konyol !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Konyol !

Tapi bukankah berpamitan itu diperlukan. Entah diterima atau ditolak. Katakan saja.

Saat semesta menolak hadirnya. Setidaknya Ashakira atau yang biasa disebut Kayra oleh Bundanya itu selalu meyakini sosok mulia itu akan selalu menerimanya, walaupun raganya sekarang sudah tidak bisa di genggam lagi.

Memoleskan sedikit liptint di bibirnya. Asha menuruni tangga dengan sangat pelan. Sangat pelan, bahkan cicak saja tidak akan terbangun karna langkah kaki itu. Ini masih pukul 03.00 AM. Terlalu pagi untuk seseorang berangkat sekolah. Tapi kalau dia berangkat diwaktu manusia-manusia itu telah membuka mata, akan lebih ribet lagi. Karna Ayahnya itu akan memberikannya sarapan pagi yang membuat lebam di wajah Asha.

Ribet kan ?

Apalagi dia harus meminum pahitnya kata-kata dari Alan yang seolah memintanya untuk dibunuh saja oleh laki-laki yang disebutnya kakak itu, serta Karina yang selalu membuat drama memuakkan. Setelah dia menjadi perebut Elang, lelaki yang pernah menjadi bagian dari Ashakira, kini wanita itu menggoda Ayahnya sendiri. Bahkan dengan mudahnya dia bisa masuk ke rumah Pradipta.

Sementara Aksara bersama Mommy nya akan selalu ribut saat bertemu. Sungguh memuakkan. Drama Ayah dan anak bahkan Drama Ibu dan Anak.

Keluarga ini memang RUMIT.

.....

Meninggalkan rumahnya, kini disinilah Asha berada. Di depan gerbang sekolah. Sekarang masih 03.30 AM. Bahkan semut di depan gerbang saja belum bangun.

"Ngitung nyamuk ya neng ?"
"Hah ?". Sedikit terkejut. Ternyata Asha tidak sendiri. Kini ada seseorang yang ikut duduk di sampingnya.

"Kirain lo lagi belajar ngitung nyamuk...". Aksara terkekeh melihat raut kesal Asha.

"Ngapain lo dijam segini udah nyampe sekolah juga? Atau lo ngikutin gue ya ?"

"Maybe soalnya tadi gue ngeliat ada yang turun tangga pelan banget, gue kira maling..."

"Maksud lo gue maling !? setelah Kak Alan nuduh gue maling, sekarang lo juga ikut-ikutan nuduh gue !!?". Dengan perasaan kesal Ashakira memilih untuk meninggalkan Aksara.

"Gue salah lagi ya ?"

================================
"Kita tidak akan mampu untuk membuat diri kita tidak dibenci oleh siapapun, akan tetapi kita mampu membuat diri kita untuk tidak membenci siapapun"
- Habib Jindan bin Novel-

Bantu vote yaaaawww 🤗❤

Rintik Terakhir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang