01.

64.4K 953 33
                                    

"Ayah, Ibu. Ayla pamit pergi sekolah ya .... Kemungkinan hari ini Ayla pulang sedikit terlambat. Karena hari ini ada GR untuk acara perpisahan besok," jelas Ayla pada kedua orang tuanya.

Orang tua dari gadis cantik itu justru tidak menanggapi ucapan sang anak. Mereka justru masih sibuk dengan sarapan, melahap dengan nikmat.

"Ayah, Ayla pamit." Ayla mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Namun tangannya di tepis cukup kuat oleh sang ayah. "Apa kau buta! Aku sedang makan bodoh!" umpat Rido yang tak lain adalah ayah dari Ayla.

"Maaf, Ayah."

"Sudah, sudah. Kau merusak mood-ku di pagi hari. Lebih baik sekarang kau pergi," tukas Farida istri dari Rido.

Ayla tersenyum kecut. Dia sudah biasa seperti ini di perlakukan oleh ayah ibunya. Jadi, Ayla tidak perlu bersedih di hadapan mereka atau bahkan menangis. Hal itu malah membuatnya semakin di amuk oleh kedua orang tuanya.

Kakinya melangkah keluar dari rumah sederhana tempat tinggalnya. Saat menutup pintu, Ayla tetap mengucapkan salam meskipun tidak mendapatkan jawaban apapun.

"Argh! Aku menjadi tidak selera menghabisi sarapanku ini. Semua ini gara-gara anak sialan itu!"

Melihat suaminya yang marah, Farida berusaha menenangkannya. "Sabarlah sedikit lagi. Tinggal hitungan hari, kita akan segera mengusir anak itu."

***

Ayla berjalan hingga halte bus. Setiap hari dia pergi ke sekolah menggunakan kendaraan umum. Meskipun di rumahnya terdapat kendaraan roda dua, Ayla tidak pernah di perbolehkan menaiki motor tersebut.

Kini hari-hari Ayla semakin sepi. Dia selalu murung saat berangkat ke sekolah. Jika biasanya setiap pagi dia selalu pergi dengan keadaan senyum, sudah hampir dua bulan ini dia selalu murung.

Di tinggal oleh satu-satunya orang yang menyayangi serta mencintainya sangat membuat Ayla sedih. Jika kedua orang tuanya selalu bersikap kasar, ada satu orang yang dulu begitu menjaga dan menyayanginya.

Kakek dari Ayla. Hanya paruh baya itu yang menerima kehadirannya di muka bumi ini. Selama kakeknya masih hidup, Ayla masih merasakan kebahagian di hari-harinya.

Setiap sebelum berangkat sekolah, sang kakek akan selalu menyiapkan sarapan untuknya. Tidak sampai disitu, kakeknya pasti akan menyelipkan uang saku untuk Ayla.

Kakek Ayla meninggal dunia dua bulan yang lalu. Meninggal karena kelelahan akibat setiap hari bekerja, bersama dengan penyakit orang tua yang lainnya. Kepergian kakek Ayla semakin membuat kedua orangtuanya membencinya.

Mereka menyalahlan Ayla atas kematian sang kakek. Padahal sangat jelas jika Ayla ikut terpuruk atas meninggalnya orang tua tersebut. Apalagi hanya dia yang memberi kasih sayang untuk Ayla sedari kecil.

Kadang Ayla bertanya pada Tuhan. Kesalahan apa yang di perbuat olehnya, sehingga Farida dan Ridho membencinya hingga seperti ini? Apa lahirnya Ayla di dunia ini sebuah kesalahan?

"Huft ...." Helaan nafas berat keluar dari mulut Ayla.

"Jika saja kakek masih hidup. Mungkin aku tidak akan selalu kelaparan seperti ini," ucap Ayla sambil menekan perutnya.

Sejak semalam perutnya belum terisi. Dia belum memasukkan makanan apapun ke dalam ususnya. Hanya air putih yang dia teguk untuk menghilangkan dahaganya.

Malam tadi saat dia melihat ke meja makan, semua makanan sudah habis tak tersisa. Orang tuanya benar-benar tidak memikirkan Ayla yang juga hidup bersama mereka.

Ayla bahkan tidak pernah di beri ongkos saku untuk sekolah. Dia hanya mengandalkan sisa-sisa tabungannya yang dulu di berikan oleh kakeknya semasa masih hidup.

AYLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang