Bab 35: Perasaan Jaemin (3) - End S1

283 24 9
                                    

Musik Jazz menjadi alunan suara yang menyapa indra pendengaran Jaemin saat ini. Setelah memijakkan kakinya di atas lantai bar, mata Jaemin sontak menyoroti satu persatu sudut tempat itu, sebelum akhirnya ia menemukan eksistensi yang dicarinya sedari tadi.

Lee Jeno, laki-laki itu duduk di depan meja bar, tampak menyesapi minuman yang dipesannya malam itu. Pun Jaemin segera melangkahkan kakinya menuju (mantan) temannya itu.

Sementara itu, Jeno yang seakan sadar tatapan yang diberikan Jaemin padanya pun menolehkan kepalanya dan menemukan Jaemin tengah berjalan ke arahnya dengan tatapan yang siap menerjangnya dengan satu pukulan. Sepertinya dendam Jaemin tidak hilang juga meski Jaemin sudah memusuhi Jeno dari seminggu lalu.

Melihat hal itu, Jeno hanya mengulas senyum manis bak malaikat miliknya. Dengan ekspresi seakan tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka, Jeno mengangkat tangannya, menyambut kedatangan Jaemin.

"Gua senang lu dateng, Jaemin."

Jaemin mendengus saat mendengar sapaan bersahabat Jeno. Ekspresi polos Jeno membuatnya ingin mengacak-acak wajah tampan pemuda Lee itu.

"Enggak usah basa-basi," tukas Jaemin tajam, "Gua beri waktu 5 menit. Lu mau selesai atau enggak, gua bakal cabut dari sini."

Jeno terkekeh kecil saat mendengar ancaman Jaemin, "Sayang sekali, Jaemin. Padahal gua udah mesenin minuman kesukaan lu. Gimana kalo lu duduk dan kita ngobrol di sini kayak biasanya?"

"Waktu lu tinggal 4 menit lagi."

Jeno tersenyum pahit saat Jaemin sudah tidak lagi menyebut namanya. Apa seburuk itu namanya diucapkan?

"Ini tentang Winter, Jaemin," ujar Jeno.

"Jangan sebut nama dia pake mulut kotor lu itu."

"Hahaha ....," Jeno menyipitkan matanya saat ia tertawa. Matanya yang tertutup tampak indah seperti bulan sabit, semua orang pasti setuju bahwa Jeno adalah keindahan saat melihatnya tertawa.

Namun, Jaemin tidak. Jaemin merasa kesal saat melihat Jeno tertawa seakan perkataan Jaemin adalah lelucon baginya.

"... enggak apa-apa dong gua sebut namanya pake mulut kotor gua? Toh, dia juga sama kotornya kayak gua," Sambung Jeno setelah menyelesaikan tawanya.

Mendengar ucapan Jeno, Jaemin langsung menerjang Jeno dan mencengkram kerah Jeno, "Apa maksud lu, sialan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Jaemin, pandangan Jeno justru jatuh pada bibir penuh Jaemin, "Kalo dari jarak sedekat ini mungkin gua bisa cium lu, Jaem."

"Bangsat!" Seru Jaemin kemudian melemparkan tubuh Jeno hingga punggung Jeno menubruk meja bar dengan keras.

Jeno terbatuk sebentar, "Coba tanya sama dia, kemana dia Minggu lalu?"

Jaemin terdiam. Minggu lalu adalah saat di mana Winter pergi dari apartemen Jaemin karena pertengkaran mereka.

"Itu gara-gara lu, bangsat."

Jeno mengulas senyum remeh, "Yakin gara-gara gua? Bukan gara-gara laki-laki lain, Jaem?"

Tangan Jaemin mengepal saat mendengar perkataan Jeno, "Gua enggak punya waktu ngeladenin laki-laki gila kayak lu."

Saat Jaemin ingin berbalik meninggalkan Jeno, Jeno menghentikan Jaemin dengan suaranya, "Coba lu tanya sama diri lu sendiri? Apa bener Winter setia sama lu?"

"Minggu kemarin gua liat dia dianter sama cowok lain ke depan apartemen kalian."

"Mereka keliatan akrab satu sama lain."

"Lu yakin mereka enggak ada sesuatu, Jaem?"

"Tutup mulut lu, sialan!" Jaemin menggeram saat Jeno berusaha memprovokasinya.

DE(VI)LICIOUS SERIES [WHITORY VERS.] - TAMATWhere stories live. Discover now