Bab 26: Kekalutan

200 30 2
                                    

Sudah lebih dari 4 jam Winter meninggalkan apartemen, tetapi sampai saat ini Winter belum juga kembali ke apartemen mereka.

Hari kini sudah sore, perasaan khawatir Jaemin semakin tidak terbendung. Sesekali Jaemin melirikkan matanya ke arah jendela, langit perlahan senja dan Winter belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Tak tahu mengenai keberadaan Winter, Jaemin menggerang frustasi, ia lantas mengutuk dirinya sendiri.

Kalau saja Jaemin sedikit lebih tegas saat memberikan jawaban kepada Winter, semua ini tidak akan terjadi. Winter tidak akan menghilang dan tidak diketahui keberadaannya. Kini nasi sudah berubah menjadi bubur, Jaemin sudah tak tahu lagi harus mencari Winter kemana.

Sejujurnya setelah tiga jam mengitari daerah sekitar apartemen, Jaemin sama sekali tak menemukan keberadaan Winter di manapun. Kalau saja Jaemin langsung mengejar Winter di detik di mana Winter keluar dari apartemennya, Jaemin tidak akan kehilangan jejak gadis itu.

Ingatan terakhir tentang Winter kembali berputar dalam kepalanya membuat Jaemin akhirnya jatuh bersimpuh. Dirinya kini diliputi rasa ketakutan dan kekhawatiran. Apakah ini hukuman untuknya karena dulu menginginkan Winter pergi dari hidupnya?

Jaemin tidak tahu bahwa Jaemin akan kehilangan Winter secepat ini.

Apakah keinginan bodohnya dulu menjadi kenyataan, Winter benar-benar pergi dari hidupnya?

Drrrt ... drrrt ...

Di tengah lamunannya, Jaemin dapat merasakan getaran pada ponselnya, tanda bahwa seseorang kini tengah menelponnya.

Jaemin melirikkan matanya tanpa minat ke arah ponsel. Ia sama sekali tak memiliki minat untuk mengangkat panggilan itu, tetapi saat Jaemin melihat kontak pada dial telponnya, amarah langsung menguasai dirinya.

Buru-buru Jaemin mengangkat panggilan itu dan menyerapahi lawan obrolnya, "Denger ya, bangsat. Ini semua salah lu, sekarang Winter jadi pergi dari sini. Kalau sampe terjadi apa-apa sama Winter, gua bakal buat perhitungan sama lu, sialan."

Sebelum orang di sebrang sana memberikan reaksi balasan atas sumpah serapah yang dilontarkan Jaemin, Jaemin segera menutup panggilannya. Jaemin tak ingin mendengar suara lawan obrolnya.

Ada setitik rasa puas yang bercokol dalam hati Jaemin setelah ia meluapkan perasaan kesalnya pada dalang di balik semua ini; siapa lagi kalau bukan Lee Jeno.

Mengingat Jeno membuat Jaemin teringat kembali akan kesalahannya.

Seharusnya siang tadi Jaemin tidak meninggalkan Jeno bersama Winter di apartemen, seharusnya Jaemin tidak menurunkan rasa waswasnya terhadap Jeno walau sebentar saja, seharusnya ia membawa Winter bersamanya.

Seharusnya, seharusnya, seharusnya, adalah kata yang selalu muncul dalam benak Jaemin saat ini.

Meski sudah meluapkan perasaan kesalnya pada Jeno, nyatanya masih tersisa banyak kekhawatiran dalam benak Jaemin. Merasa berat, Jaemin menghela napasnya, bahunya pun ikut mengendur karena rasa khawatir yang tidak berhenti menderanya. "Kapan lu balik, Winter?"

Jaemin menyalakan layar ponselnya yang mati, melihat jam yang tertera di sana. 30 menit lagi, kalau dalam waktu 30 menit Winter tidak kembali ke apartemen mereka, Jaemin memutuskan akan mencari Winter kemanapun, mungkin ia juga akan membuat laporan ke kepolisian. Jaemin sudah tidak peduli, akan ia lakukan beragam cara untuk menemukan Winter. Walau ia harus pergi ke ujung dunia sekalipun, Jaemin akan melakukannya.

Kini harapan Jaemin yang tersisa hanyalah Winter yang datang sendiri kembali ke apartemen mereka. Jaemin ingin menjadi orang yang menyambut Winter saat Winter pulang ke rumah mereka seperti yang dilakukan Winter selama ini kepadanya.

DE(VI)LICIOUS SERIES [WHITORY VERS.] - TAMATWhere stories live. Discover now