Bab 23: Perseteruan Pertama

353 51 2
                                    

Setelah teman-teman Jaemin satu per satu pergi meninggalkan apartemen, Jaemin merapihkan kembali bencana yang mereka bawa ke dalam apartemen. Sesudah memastikan apartemennya kembali bersih, Jaemin masuk ke dalam kamar dan menemukan Winter masih berada dalam posisi tidur yang sama seperti saat terakhir Jaemin tinggalkan.

Melihat hal itu, Jaemin berdecak dalam hati. Tangannya kemudian mencari saklar dan menyalakan lampu kamar, membuat keadaan lebih baik dengan cahaya yang menemani kesuraman dalam kamar.

Winter menggerakkan tubuhnya hingga membuat gundukan di ranjang terlihat semakin menggemaskan meski itu bukan maksudnya.

"Kenapa dinyalain lampunya?!" Protes Winter tak terima.

Jaemin mendekatkan tubuhnya ke arah Winter dan memeluk tubuh mungil gadis itu saat dirinya sudah berada di atas ranjang yang sama dengan Winter, membuat Winter semakin memberontak.

"NA JAEMIN!" Winter menyembulkan wajahnya dari balik selimut. Alisnya bertaut dengan dahi berkerut. Matanya menatap tak suka ke arah Jaemin yang saat ini sedang memperhatikannya dirinya.

Buru-buru Winter bangkit dari posisi berbaringnya dan duduk di atas ranjang. Jaemin mengikuti pergerakan Winter membuat Winter merasa jengkel setengah mati saat melihat wajah Jaemin. Seperti orang polos yang tak tahu apa-apa. Dan itu semakin menyebalkan dalam pandangan Winter.

"Aku benci sama kamu, Jaemin!"

"Lu kenapa, Win? Gua ada buat salah?" tanya Jaemin yang membuat Winter membuang pandangannya.

Jaemin kemudian mengingat-ingat kembali apa yang terjadi belakangan ini. Tak ada masalah, semua baik-baik saja, bahkan mereka semakin erat beberapa hari ini. Kemudian ingatan Jaemin terlempar pada kedatangan teman-temannya. Ya, Winter berubah saat Jaemin meninggalkan Winter di apartemen bersama teman-temannya.

"Apa temen gua yang buat salah?" tanya Jaemin yang mengundang atensi Winter. Gotcha! Seru Jaemin saat menemukan akar masalahnya.

"Siapa? Chenle? Mark?" tanya Jaemin dan Winter masih menutup mulutnya. Pilihan terakhirnya hanya satu, "Jeno?"

Saat Jaemin mengajukan pertanyaan terakhir, Winter menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Melihat gerakan Winter ini, Jaemin kembali mengajukan pertanyaan.

"Kenapa sama Jeno? Dia ngapain lu?"

"Enggak tahu. Tanya aja sama orangnya sendiri," ujar Winter membuat Jaemin mengembuskan napasnya perlahan, berusaha menyetok rasa sabarnya menghadapi Winter yang sedang ngambek saat ini.

"Winter, gua enggak bakal tau kalo lu enggak buka mulut lu. Plis, cerita sama gua ya. Gua kan enggak mau kalo tau masalah istri gua dari orang lain. Plis," ujar Jaemin memohon.

Melihat Jaemin memohon, Winter sedikit luluh. "Oke, tapi kamu harus janji satu hal padaku. Kamu harus jawab apapun pertanyaanku."

"Oke, janji. Pokoknya janji."

"Sekarang jawab pertanyaanku, Jaemin. Sebenernya apa hubungan kamu sama Jeno?"

"Y-yah, temen. Temen aja, Winter. Emang kenapa?"

"Yakin cuma temen?"

Jaemin tampak bingung saat mendengar pertanyaan Winter. Matanya menatap linglung sebelum akhirnya mengangguk, mempertegas pernyataannya tadi.

"Jaemin, kamu tau perasaan Jeno, kan?"

Jaemin terbelalak saat mendengar pertanyaan Winter. Darimana Winter tahu tentang 'perasaan' Jeno?

Sebelumnya Jaemin menutup mulutnya rapat-rapat mengenai kejadian itu, kejadian Minggu lalu dimana Jaemin sedang galau-galaunya dengan Winter dan Jake.

DE(VI)LICIOUS SERIES [WHITORY VERS.] - TAMATΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα