Bab 15. Penusukan

11.4K 970 27
                                    


Seseorang tiba-tiba memelukku erat dari belakang. Refleks aku berontak.

 Siapa orang ini?. Pakaiannya serba tertutup. Jubah yang ia pakai pun hampir menutupi seluruh wajahnya. Dan lagi ada masker yang juga menutup wajah.

Penerangan yang minim karena mulai memasuki malam hari juga membuatku tak bisa melihat dengan jelas rupa orang ini.

Apa dia suruhan orang?. Dari postur badannya aku tahu dia seorang laki-laki dan orang yang terlatih.

Aku tak bisa menebak siapa lelaki ini. Apa dia salah satu suruhan orang yang membenciku, mengingat banyak orang yang tak menyukaiku. atau jangan-jangan suruhan Carolin? mengingat dia pernah bilang akan membunuhku

.

.

.

Tenaganya kuat. Sudah berkali-kali aku mencoba memukul membabi-buta, tapi pukulanku sama sekali tak membuat ia kesakitan apalagi mengendorkan pelukan.

"Tol-" Aku merasakan suatu benda menyentuh kulit perut. Semakin lama semakin menekan kedalam.

Aku menggigil, tubuhku syok tak bisa bergerak. Sensasi dingin terasa saat benda tersebut membelah perut.

bulir keringat membasahi dahi. Dalam pikiranku muncul spekulasi mengerikan.

'Apa aku ditusuk?'

Tubuhku kembali menegang saat benda yang kuyakini belati ditarik. Secara bersamaan, aku dapat merasakan cairan mengalir keluar.

Lelaki ini menggendongku dan membawa ke salah satu gang sempit. Kemudian menaruhku di antara tumpukan kotak kayu

Secara perlahan aku merasakan pusing dan pandangan sedikit memudar. Tubuhku melemas, Tenaga yang kumiliki seolah hilang entah kemana.

Aku melirik ke bagian perut. Sudah banyak darah yang tercetak dibaju, dan ada garis sobekan disana. Dugaanku benar, aku ditusuk.

Orang itu memegang daguku dan mengarahkan keatas keatas, tangan satunya menuangkan sesuatu ke dalam mulutku.

Setelah memastikan tertelan semua, orang itu memasukkan kembali botol itu dan berbalik pergi

.

.

.

=Author POV=

"Sir, Nona Myra menghilang?!" Lavina berteriak panik

"Kita berpencar, aku ke utara kamu ke selatan" Sir Ethan kemudian berlari ke arah utara

Lavina mengikuti instruksi Sir Ethan, menuju arah selatan. Selama menyusuri jalan, Lavina berteriak memanggil Myra sekeras mungkin. Tak dihiraukan dirinya menabrak orang berkali-kali.

Lavina khawatir hari semakin gelap, pencarian akan semakin sulit

"Nona Myra!"

Suara kembang api bergema keras. Orang-orang berteriak keras memeriahkan suasana. Hal ini memuat Lavina takut suaranya akan kalah dengan mereka. ia takut nona Myra tak akan mendengar panggilannya.

Lavina khawatir, nonanya kenapa-kenapa. Fisik nona lemah akhir-akhir ini, Lavina takut nonanya pingsan atau dijahati orang.

Lavina sontak menoleh saat merasakan lengannya ditarik, "Kita kembali, nona Myra sudah ketemu"

.

.

.

Lavina menunduk sedih. Untuk kesekian kalinya nona Myra kembali terluka. Padahal niat awal ingin nonanya bisa keluar sesekali, tidak terkurung di mansion terus. Kalau tahu begini, Lavina tak akan merekomendasikan festival. lebih baik tetap di mansion.

Kenapa dirinya sampai kehilangan nona Myra. Seharusnya ia lebih fokus. Jika dirinya tidak lalai, kejadian ini pasti bisa dihindari.

Lavina memandang sendu pintu yang menghubungkan dengan ruangan nona Myra. Rasanya Lavina ingin menangis, duduk disamping tubuh nonanya dan mengucapkan kata maaf berkali-kali. Tapi saat ini sedang ada keluarganya didalam.

Lavina bersyukur Ayah dan saudara nona Myra mulai memperhatikan nona Myra. Tak seperti dulu yang terkadang menganggap nonanya 'bayangan' di mansion ini.

Untuk sekarang sikap nona Myra seperti menolak kasih sayang. Mungkin karena ini hal yang mengejutkan bagi nona.

.

.

.

"Kenapa bisa begini?!" suara Bashan Carolus menggema

"Myra sendiri yang ingin berpencar, dia bahkan sudah pergi saat aku memanggilnya" Ronald menjawab

"Dan kamu biarkan?!"

Ronald menatap sang ayah, merasa tak terima seakan ini kesalahannya, "Itu keinginan Myra sendiri. Aku sudah menyuruhnya mengikuti kami tapi dianya yang keras kepala"

"Ayah sudah bilang, jaga Myra! dia itu sedang sakit. Padahal ayah juga sudah mengerahkan pengawal secara diam-diam. Tapi kenapa bisa kecolongan begini"

Bashan memijat pelipisnya. Kenapa para pengawal tak becus. Kemampuan prajurit milik Duke Carolus terkenal bagus. Tapi sekarang untuk menjaga satu anaknya saja tak becus.

"ayah, kak Ronald tidak salah. Kak Ronald benar-benar sudah menyuruh kak Myra untuk bersama. Tapi kak Myra sendiri yang ingin memisah" Carolin mendekat dan memegang lengan ayah

"Setidaknya kalian bisa memikirkan keadaanya"

"Kenapa ayah mengkhawatirkan kak Myra?" Carolin bertanya

"Dia juga anakku, sama seperti kalian. Apa yang salah"

"Tapi dulu tak begitu. Ayah bahkan tak peduli"

"Ayah tak ingin kehilangan Myra. seperti dulu ayah kehilangan Adeline"

" Lalu bagaimana dengan ibuku?". Kenapa hanya menyebutkan ibu kak Ronald dan Myra. Apa ibu Carolin tak penting bagi ayah, " Apa ayah tak merasa kehilangan juga?"

Bashan beralih memandang Carolin. Bukan itu maksudnya. Ia juga kehilangan Bella, tapi dari tadi yang berada di pikirannya hanya sosok Adeline.

"Asal ayah tahu, terakhir aku menjenguk Kak Myra, ia mengataiku dan ibuku. Saat itu aku cuma bisa menangis, aku tak berani membalas kak Myra. Kalau tidak percaya, ayah bisa tanya ke kak Ronald" Carolin mencoba memikirkan hal-hal sedih, berusaha mengeluarkan air mata agar terlihat meyakinkan.

"Dan perkataan ayah barusan menyakitiku" Carolin berjalan menuju ke pintu. Sebelum membuka, ia menoleh, ingin melihat bagaimana reaksi sang ayah setelah perkataannya barusan. Dalam hati Carolin tersenyum puas. Ayah masih percaya dengan aktingnya.

Ronald memandang kepergian Carolin, "Yang dikatakan Carolin benar. Aku melihatnya menangis waktu itu"

Ada perasaan campur aduk yang dirasakan Ronald, "Apa menurut ayah kebencian ini bisa hilang dalam sekejap?"

Bashan merasa frustasi. Kenapa masalah keluarganya menjadi rumit begini?. ia ingin memperbaiki, tapi bukannya lebih baik, malah tambah berantakan.

Ronald terkekeh ringan, "ayah tahu kenapa aku bisa benci Myra? "

Ronald menatap sang ayah, "itu karena ayah"

Ronald mengamati perubahan ekspresi ayah, "Ayah yang waktu itu menunjukkan ketidaksukaan ke Myra disaat ibu meninggal. Aku melihat itu, memori itu terus membekas sampai sekarang. Setiap melihat Myra, aku terus teringat ayah yang menangisi ibu, perkataan ayah yang menyalahkan Myra, dan wajah ibu yang terlihat pucat pasi. Apa menurut ayah akan gampang buat melupakan?"

Ronald menghela napas. Emosinya sedang naik, tapi ia tak bisa melampiaskan. Pria didepannya adalah sosok yang dirinya hormati.

Netra Ronald menatap sosok tubuh yang sedang terbaring di kasur. Memikirkan jika adik kandungnya tidak membuka mata selamanya. Ronald rasa ia akan sanggup. Sepertinya.

Bashan menghela napas,"Ayah mau ke ruang kerja. Kamu tidak ke istana?"

"Siang aku berangkat"

"Kalau begitu ayah pergi dulu"

Ronald mengangguk



Tbc

Second lifeWhere stories live. Discover now