Bab 14. Festival

10.3K 1K 24
                                    


Festival adalah perayaan yang ditunggu sejak minggu kemarin. Karena cerita Lavina waktu itu aku jadi penasaran untuk kesana. Meskipun sejak pagi tadi banyak sekali dramanya.

Dimulai dengan debat panjang dengan ayah tentang masalah izin keluar. Ayah dan aku saling keukeuh mempertahankan pendapat. Ayah yang tak mengizinkan dan aku yang bersikeras untuk keluar. Ditambah Carolin yang juga ingin ikut ke festival

Aku memijat pelipis. Padahal tujuan ke perayaan ini adalah untuk bersenang-senang, tapi mengapa malah merasa tertekan. Aku malah mengekor 2 orang didepan.

"Apa nona baik-baik saja?"Lavina bertanya dengan nada khawatir

"Ya, tapi mengapa kita harus mengikuti dua orang ini?" kataku sambil menunjuk Carolin dan Ronald dengan ujung dagu

"Perintah dari tuan Duke nona"

"Mending kita berpencar saja"

"tap-" aku segera menaruh jari telunjuk di depan bibir Lavina. Memblokir semua kata-kata yang akan keluar. Aku capek untuk berdebat lagi setelah tadi pagi berdebat dengan ayah.

Tanganku memegang erat lengan Ronald. Sebenarnya tak sudi memegangnya, Aku terpaksa. Keadaan sekarang lumayan ramai. Saat mengobrol dengan Lavina tadi, yang berada disamping saja aku harus sedikit berteriak. Bagaimana dengan Ronald yang di depannya. Aku tak yakin orang itu mendengarnya. Dengar pun mungkin dia akan pura-pura tidak dengar.

"Kita berpisah disini. Saat sudah selesai kita berkumpul di pintu masuk"

Kening Ronald berkerut, "Ayah menyuruh-"

"Ayah tak akan tahu kalau tak ada yang kasih tahu" potongku

"Kalau terjadi apa ap-"

"Ada Sir Ethan. Dia bisa diandalkan" potongku yang kedua kali

"Ap-"

"Sampai jumpa di pintu masuk" potongku yang ketiga kalinya.

Aku segera menarik tangan Lavina. Mumpung Pria itu belum murka dan mencaci karena memotong perkataan terus. Tak peduli Sir Ethan mengikuti atau tidak.

.

.

.

ah begini kan lebih baik. Aku jadi bisa menikmati festivalnya. Dari sudut mata, aku dapat melihat siluet Sir Ethan. Ternyata dia beneran mengikuti

"Lavina jika ada yang ingin kamu beli bilang ya"

"Tidak ada nona. Saya kan disini bertugas menemani nona"

"Jangan pikirkan soal harga. Ayahkan sudah memberikan banyak uang. Kita bisa bersenang-senang"

Aku melirik Sir Ethan, "Sir Ethan bilang juga jika ada yang ingin dibeli"

"baik nona"

Sebelah alis terangkat, "Sir Ethan aja menyetujui tanpa ragu, jadi jangan sungkan Lavina"

.

.

.

Selama berkeliling aku membeli segala macam jajanan untuk kami bertiga. Sedikit terkejut karena makanan yang dijual sangat enak dan murah, beberapa ada jenis makanan yang baru aku tahu. Meskipun terkadang Lavina mengomel karena menganggap jajanan tak sehigienis dan bermutu di massion. Lavina terlalu khawatir dengan kesehatanku.

Karena Lavina tetap bilang tidak ada yang mau dibeli. Aku berinisiatif membelikannya beberapa baju. Awalnya Lavina tentu merasa tak enak apalagi katanya harganya yang mahal. Aku tertawa kecil, bagiku hadiah ini tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang selama ini Lavina berikan kepadaku. Hanya Lavina yang bisa kupercaya.

Aku memandang Sir Ethan. Ucapan yang mengatakan aku akan membelikan apa yang Sir Ethan inginkan tak bohong. Tapi sampai sekarang pria satu ini belum meminta apa pun.

"Sir Ethan ingin beli apa?"

"Tidak ada nona"

"Tadi katanya ada"

Sir Ethan memalingkan muka, kemudian berdehem, "Sebenarnya harga barangnya sedikit mahal"

"Sir Ethan kira aku tak sanggup bayar"

"Sebenarnya saya tidak mau ada hutang budi"

"Tak usah pikirkan hutang budi. Aku memang niat membelikan. Jadi barang apa yang Sir Ethan maksud?"

.

.

.

Aku memandang benda yang sedang Sir Ethan pegang. Barang yang dimaksud adalah pedang. Aku yang awam mengenai pedang mengakui pedang itu terlihat tajam, menawan dan kokoh. ya, sebanding dengan harganya

"Setelah ini kita ke pintu masuk?" Lavina bertanya

"Nanti saja. Kita masih belum lihat semuanya"

"Tapi apa nona tidak apa-apa? kita sudah lama berjalan"

"iya, jangan khawatir. Kan aku sudah minum obat sebelum berangkat tadi" aku melirik ke samping, "Kalau aku kecapean, masih ada Sir Ethan yang akan menggendong"

"Akan ada kembang api kan?"

"Iya nona, mungkin 30 menit lagi"

"Apa Lavina?"

Suara Lavina semakin lama semakin mengecil. Apalagi keadaaan sekitar banyak orang. yang tentunya rame

eh?

Saat memandang kiri dan kanan aku tak menemukan Lavina dan Sir Ethan.

Dimana mereka?

Apa kami terpencar? ah Tahu begini harusnya gandengan tangan. Aku tak terlalu hafal jalan disini. Dan lagi mencari mereka di lautan manusia ini tentu akan susah


Tbc

Second lifeWhere stories live. Discover now