Bagian 2. Kehidupan kembali dimulai

20.3K 2.1K 17
                                    


Lavina menggerutu, Hasil dari pemaparan dokter sepertinya tidak memuaskan Lavina. Dokter belum mengetahui penyebab pasti mimisan yang terjadi. Dokter hanya memberikan resep ramuan penambah zat darah mengingat setelah mimisan aku jadi merasa lelah dan mengantuk

"Bagaimana kalau kita beli cemilan, aku lapar" usulku

"Tidak, mulai sekarang anda harus makan makanan yang bergizi"

Aku menoleh, "Kita bisa beli di restoran nanti"

"Masakan di rumah lebih lebih terjamin kualitasnya. Jika nona lapar kita bisa pulang sekarang"

Aku menatap Lavina, " Kau berani memerintah ya. aku jadi heran yang mana majikan disini. Kau tahu aku bisa marah dan memecatmu karena sikapmu ini"

"Tentu saja nona adalah majikan saya. Tapi yang terpenting saat ini adalah kesehatan nona"

" Ya, kau benar Lavina" Lavina adalah satu-satunya orang yang memperdulikanku. Aku tak ingin menjadi bodoh seperti di kehidupan dulu

.

.

.

Melihat kereta itu bertengger di depan rumah membuatku jadi malas untuk masuk rumah. Bukan karena kereta itu menghalangi jalan masuk, tetapi melihat lambang yang tertera membuatku tahu siapa yang berkunjung.

Lambang phoenix adalah lambang kerajaan, yang menandakan Edgar bertamu

"Astaga! apakah pangeran Edgar datang? Nona harus dandan secantik mungkin. Ayo nona" Lavina berteriak heboh

"Lavina aku mau langsung istirahat aja. Kita sudah berkeliling jauh tadi. Aku lelah"

Lavina menatapku cemas.

Aku malas bertemu Edgar. Disaat seperti ini aku tahu Edgar akan berduaan dengan Carolin. Di Kehidupan ini aku tak akan mengganggu mereka. Biarkan mereka berdua

Aku menyerah. Aku tak mempermasalahkan semua milikku diambil Carolin. Ambil semua, aku sudah tidak peduli

"Benar, nona harus beristirahat"

.

.

.

Kupikir mereka berada di ruang tamu jadi aku melewati jalan memutar dan beralasan ke Lavina ingin melihat taman dulu. Sayangnya perkiraanku salah, mereka, Carolin dan Edgar sedang duduk berhadapan di gazebo

Aku yang dulu pasti sudah langsung berlari kesana. Mengucap salam dengan senyum lebar dan duduk sedekat mungkin dengan Edgar

Ada kesamaan antara aku di kehidupan dulu dengan sekarang, yaitu aku masih mencintai Edgar.

Edgar tak seperti Ronald yang memihak secara terang-terangan. Edgar melihat dan bergerak jika Carolin mengalami masalah

"Nona" aku tersentak. Tanpa sadar aku berhenti dan memandangi mereka

"Sepertinya aku kurang enak badan" kataku lirih

Lavina menatapku sedih. Entah sedih karena keadaanku atau sedih karena Lavina tahu aku sedang sakit hati

"Ayo nona kita ke kamar" Lavina memegang lenganku erat. Untuk seorang pelayan melakukan ini, akan dianggap tidak sopan. Tapi aku tahu Lavina melakukannya karena khawatir

Sejak dulu hanya Lavina yang menyayangiku. Betapa bodohnya aku, bahkan buta sampai tidak bisa melihat ketulusannya

Dikehidupan ini aku tak akan meminta apapun. Aku hanya ingin bersama Lavina.

Aku akan menyerah pada segalanya, keluargaku dan laki-laki yang saat ini bersama Carolin

"Kakak" Carolin berteriak dan menghampiriku

"Kakak, kakak tau? pangeran Edgar memberikanku bunga mawar" Carolin memperlihatkan buket bunga dengan tersenyum

Aku tahu perempuan ini berusaha mengomporiku. Biasanya aku akan emosi lalu mengatakan kata-kata tak pantas atau terkadang juga menjambaknya

Bohong jika saat ini aku tak marah. Mengetahui orang yang dicinta memberikan bunga ke perempuan lain, siapa yang tidak geram

Aku menghela napas, mengatur emosi. Aku telah berniat untuk merelakan semuanya, jadi seharusnya sekarang bukan urusanku

"Hm... kembalilah. Edgar menunggumu" Aku berbalik dan pergi menjauh

.

.

.

Hari telah menjelang malam. Tak terasa aku telah tidur sampai malam

Aku mimisan. Setiap bangun tidur selalu begini. Aku tak mempermasalahkannya

Pernah terpikir kalau mimisan ini adalah bayaran karena aku telah hidup kembali, tapi aku tak tahu itu benar apa tidak

Untungnya Lavina telah menaruh banyak sapu tangan. Dalam sekali mimisan aku bisa membutuhkan 2-3 lembar sapu tangan, mengingat banyaknya darah yang keluar. Tak heran Lavina memperlakukanku seperti orang sekarat yang dapat pingsan atau bahkan mati kapanpun

Lavina menigawasi apa yang kumakan, menentukan pekerjaan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, memastikan aku telah minum obat. Sebelumnya Lavina pernah bolak balik ke dokter yang di kota hanya untuk bertanya apakah aku boleh makan ini atau itu. Ya seprotektif itu dia

Aku tak marah. Perlakuan Lavina mengartikan bahwa dia mempedulikanku. Mengingatkanku bahwa masih ada orang yang peduli dan mengharapkanku untuk tetap hidup

Padahal aku baru saja bangun tapi masih merasa capek. Hah... kalau begini aku beneran jadi orang sekarat


Tbc

Second lifeWhere stories live. Discover now