Bagian 6. Percakapan diatas meja

19.8K 1.9K 15
                                    


Sore telah berganti malam. Saat ini Lavina tertidur di sofa. Padahal aku menyuruhnya tidur di kasur, tapi Lavina bilang tidak berani, malahan ingin kembali ke kamar. Tentu aku tahan, Lavina harus di kamarku, untuk memantau kondisinya, setidaknya sampai lukanya mengering.

Sempat terjadi perselisihan antara aku dan Jane, dokter pribadi keluarga. Melihat memar di pipiku, Jane menginginkan aku diperiksa dulu, baru setelah itu Lavina.

Aku bilang Lavina saja yang di periksa, luka Lavina lebih parah ketimbang aku yang hanya kena tamparan. Tapi Jane malah ngotot.

Aku bahkan harus mengancamnya baru mau mengobati Lavina dulu. Yah meskipun ancamanku tak akan berlaku mengingat aku tidak dianggap di keluarga ini

aku membuka teras kamar lalu duduk diatas lantai perbatasan antara teras dan kamar. Diposisi ini penjaga yang dibawah tidak akan bisa melihat keberadaanku

Pada malam hari temperatur udara menurun. Udara yang menusuk kulit membuatku merasa lebih rileks

Aku baru menyadari ada gagak di sekitaran dahan pohon. aku tidak akan sadar akan keberadaannya kalau bukan karena mata merahnya.

Gagak itu terus mengawasiku, entah kenapa aku sedikit takut. Jika diperhatikan lagi ukuran gagak itu lebih besar dari gagak umumnya. Karena beda jenis mungkin ya. Aku tak tahu dan tak mau tahu

Merasa tak nyaman aku beranjak dan menutup pintu teras

.

.

.

Lavina berjalan tergesa kesana kemari, memilih aksesoris yang cocok buatku

"jangan lari-lari, lagian kakimu masih belum sembuh. Duduk sini. Rapikan rambutku"

"Anda harus terlihat cantik. Sepertinya aksesoris ini cocok"

Aku memutar bola mata, "aku cuma mau makan bukan mau jalan-jalan"

"Bukan begitu, sudah sekian lama nona tidak sarapan bersama. Tuan Duke bahkan mengajak nona untuk kembali sarapan bersama"

Aku berbalik menghadap Lavina, "Bukankah itu aneh? ayah tidak pernah seperti itu" aku sudah memikirkan berkali-kali apa penyebab perlakuan ayah. Tapi hingga saat ini tidak ada satupun jawaban yang muncul

Takut aku mati? saat aku mau dieksekusi pun ayah tak pernah sekalipun menjenguk ataupun mengeluarkanku dari penjara. Ayah juga yang memasukkanku ke penjara

"Mungkin Tuan Duke menghawatirkan kesehatan nona. Buktinya saya sampai dihukum karena dituduh mencelakai nona"

Aku kembali menghadap cermin, "Itu karena yang ngomong Carolin makanya ayah langsung menghukummu"

Lavina menghampiriku, "saya akan merapikan rambut nona. Nona harus segera bersiap, sebentar lagi waktunya sarapan"

.

.

.

Langkah kaki kubuat selambat mungkin, selain agar datang terlambat juga aku tidak mau bertemu mereka. Untungnya saat ini Lavina tidak bersamaku, kalau tidak ia pasti saat ini mengomel menyuruhku cepat

Saat pintu ruang makan terbuka, Ronald, ayah, dan Carolin beralih menatapku

"Kenapa kakak lama sekali. Aku pikir kakak kenapa-napa" Carolin bersuara

Aku memalingkan muka, malas melihat wajah sok polosnya. Aku memilih duduk di kursi terjauh dari mereka bertiga

Hidangan mulai ditaruh di masing-masing tampat. Suasana kembali hening

Aku melirik ayah. Masih memikirkan kenapa ayah mengajakku ikut sarapan bersama

Apa karena insiden di penjara ya? dimana aku menghina salah satu anak kesayangannya, Carollin. Apa ayah mau memberikanku hukuman?

"apa masakannya tidak sesuai seleramu" ayah bersuara

Mana mungkin. Aku tak nafsu makan karena ayah tahu

"Aku sudah kenyang" aku menaruh alat makan, "Kenapa ayah mengundangku?"

Ayah berdehem, "Bagaimana keadaanmu?"

Tak hanya aku, seisi ruang makan menunjukkan raut wajah heran. Ayah yang biasanya acuh kini melontarkan kata yang tidak pernah diucapkan kepadaku

"Seperti yang ayah lihat"

Aku menatap ke arah lain. Mendadak suasana menjadi canggung, "Ayah tak perlu repot-repot mencemaskan keadaanku" aku berdiri bermaksud meninggalkan ruangan. Suasana saat ini mendadak tak nyaman.

"Duduk!" suara ayah menggema, "Ayah akan menugaskan pengawal pribadi untukmu. Jane juga akan tinggal disini. Pelayan akan diperbanyak, jadi kalau kau kenapa-kenapa bisa langsung ditangani"

Aku menatap ayah tak percaya

"Ayah terlalu berlebihan. Siapa tahu ini cuma ulah barunya lagi. Hentikan dramamu Myra" Ronald melirikku

"Ay-" aku mencoba memprotes

"Tak ada bantahan"

Aku mengerutkan kening. Apa yang sebenarnya yang ayah rencanakan? perbanyak pelayan? apa ayah berniat mengawasiku?

Saat semua telah keluar dari ruang makan, aku berjalan cepat mengejar ayah.

"Mengapa ayah melakukan itu?"

Ayah menatapku, hanya sebentar, kemudian kembali balik badan

"Hanya untuk memastikan kau tetap sehat"

"Apa yang sebenarnya ingin ayah lakukan?"

"Kau juga anakku"

Ha? apa aku tidak salah dengar? aku dianggap anaknya?

Sejak kapan? apa yang membuat ayah sadar?



Tbc

Second lifeWhere stories live. Discover now