Aku merasa bosan. Sejak beberapa hari yang lalu aku hanya berdiam diri di kamar. Kondisiku tidak separah itu sampai tidak bisa jalan jauh
Ini karena Lavina, Yah... karena segala keprotektifannya dia menyuruhku untuk terus beristirahat
"Lavina bukankah hari ini cuacanya bagus? aku jadi ingin makan cemilan di taman"
Lavina menatapku tak yakin, "Nona bisa makan di teras kamar"
"Lavina aku sudah cukup lama tidak keluar. Lagian hari ini langitnya berawan pasti hawanya sejuk. Sayang sekali untuk dilewatkan" kataku pura-pura sedih
Lavina selalu tak tega melihatku sedih jadi taktik ini akan selalu berhasil
"Bagaimana kalau nanti siang saja nona? saat waktunya jam makan"
"Kenapa tidak sekarang?"
"Nona harus makan dulu. Nona selalu menolak makanan berat jika sudah makan cemilan. Nona harus lebih banyak makan makanan yang bergizi"
"Iya Lavina"
.
.
.
"Lavina bukankah porsiku terlalu banyak?" ini bukan porsiku yang seperti biasa
"Nona makan terlalu sedikit. Lihat nona terlalu kurus"
"kau menghinaku Lavina?" kataku mengerutkan kening, kurasa aku tak sekurus itu
"Iya, jadi nona harus makan semuanya"
"Ada apa?" aku dan Lavina menoleh. Disana Ronald dan Carolin mendekat
Mereka melihat piring makananku
"keluarga Carolus tak akan bangkrut hanya karena kau makan banyak"
"Kakak jangan begitu. Mungkin ini memang bukan porsi Kak Myra" Carolin melanjutkan, " oh apakah kak Myra sakit? kakak terlihat pucat"
ah aku lupa menyuruh Lavina memakaikan pemerah bibir.
"Bukan urusanmu"
"Dibaikin malah ngelunjak. Lebih baik kita temui ayah saja Carolin" kemudian pergi menggandeng Carolin
"Nona apa tidak sebaiknya nona mengatakan yang sebenarnya"
"Tidak. Ini rahasia kita berdua Lavina"
"Tapi-"
"Aku selalu menurutimu Lavina, apa itu belum cukup?"
"Maaf nona"
Aku menghela napas, "aku akan berusaha menghabiskan ini, setelah itu kita ke kamar"
"Baik nona"
.
.
.
Pagi ini aku menerima surat undangan. Surat ini memiliki logo phoenix, yang berarti berasal dari istana
Surat itu berisi undangan perayaan ulang tahun negara dibagun. Aku menghela napas, tak berminat untuk menghadiri pesta. Lagipula aku tak punya teman
Di pesta seperti itu aku yang dulu pasti akan mencoba segala cara untuk bisa berdansa dengan Edgar. Semua orang tau itu. Kalau di pikir-pikir itu memalukan
"Mau gak mau. Ini acara dari kerajaan, jadi sifatnya wajib" aku manatap Lavina, "Tenang saja kalau aku capek aku akan langsung pulang"
Dengan sifat protektifnya, Lavina tentu tak ingin aku kenapa-napa. Karena pesta akan berlangsung hingga tengah malam atau bahkan dini hari. Tentu tak akan baik bagi tubuhku.
Untuk meredakan rasa khawatirnya aku menyuruh Lavina ke dokter yang biasa kami datangi untuk meminta obat, khususnya digunakan untukku sebelum menghadiri pesta
.
.
.
Pesta diadakan di malam hari. Para tamu telah datang sebelum jam pesta dimulai, termasuk keluargaku
Aku memilih sedikit terlambat. Selain karena wejangan Lavina, juga karena aku memang ingin berangkat setelah keluargaku
Aku berada di sudut ruangan, sambil melihat orang-orang sibuk bercengkrama
Karena watakku, tak ada yang mau mendekat, kebanyakan mereka hanya memberi salam hanya untuk sekedar memberi hormat. Yah... karena kedudukanku sebagai putri Duke
Beberapa orang melirikku sambil berbisik, mereka mungkin menebak kelakuan tak tahu malu apa lagi yang akan aku lakukan.
Sayangnya aku tak akan melakukan itu. Cukup aku yang dulu, tidak sekarang
Saat pesta dansa, Orang-orang mulai ketengah ballroom untuk berdansa
Dari awal aku tak tertarik. Kalau bukan karena milik kerajaan aku tak akan datang
Alkohol telah tertata indah di beberapa meja sajian. Beberapa juga dibawa oleh pelayan dan ditawarkan ke para bangsawan
Beberapa kue-kue juga menghiasi meja sajian.
Aku tak bisa mencicipi keduanya. Jika aku meminum alkohol Lavina akan tahu dari bau mulutku, yang terjadi setelahnya Lavina akan menceramahiku panjang lebar. Aku tak mau
Aku juga sudah makan malam. Jadi sudah tak ada ruang lagi di perutku untuk makan kue. Sayang sekali, padahal kuenya terlihat enak
Pangeran Edgar dan Carolin menuju tengah Ballroom dan mulai berdansa.
Banyak yang mengatakan pangeran Edgar lebih cocok dengan Carolin. Sifat Carolin yang periang, penolong, serta rendah hati membuat mereka terpikat. Mereka hanya tak tahu saja sifat asli Carolin
Aku memilih untuk tutup mata, membiarkan semua rencananya berjalan lancar
Carolin berambisi untuk memiliki kekayaan yang berlimpah, ingin juga menjadi pusat perhatian. Jika perlu menjadi wanita nomor 1, yaitu menjadi permaisuri. Sayangnya sang putra mahkota sudah memiliki tambatan hati. Makanya kali ini ia beralih ke adik putra mahkota, Pangeran Edgar
Aku berjalan keluar menuju taman. Mencari tempat duduk untuk menikmati cerahnya malam. Kapan ya terakhir kali aku duduk diluar dan melihat bintang? mungkin saat umur 7 tahun, aku tak ingat
Seseorang berdiri di belakang kursi panjang yang kududuki. Aku menoleh, dia Edgar
Aku kembali melihat ke depan. Kenapa Edgar ada disini? Apakah dansanya sudah berakhir?
Kami diliputi ketenangan. Aku menunggu, Mungkin Saja Edgar mau menyampaikan sesuatu
Tapi sampai detik ini pria itu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Aku menertawakan kebodohanku. Kenapa aku harus menunggu? sampai kapanpun Edgar tak akan mengucapkan satu patah pun demi aku
Di Kehidupan dulu selalu aku yang bercerita. Jika aku bertanya sesuatu, Edgar selalu menggunakan kata-kata 'hm' atau 'bukan urusanmu'
"Edgar masih tampan seperti biasanya. Sayang bukan aku yang jadi pasangannya" aku ingin melihat reaksinya. Seperti biasa, datar
Aku bangkit, "Semoga Pangeran Edgar selalu diberkati" aku menunduk hormat sebagai formal
Kemudian aku melangkah pergi
Tbc
YOU ARE READING
Second life
FantasyHari eksekusiku berlangsung saat aku berumur 20 tahun. Aku tertawa hambar. Mereka lebih percaya percaya Carolin dan melupakan fakta yang tersembunyi Bagi mereka akulah sang antagonis. Yang tak pantas hidup dan bernapas. Semua perkataanku hanya angi...